Majukan Fisheries Main Industry Dengan Kedepankan Kolaborasi
Farid Naufal Aslam selaku Co Founder dan CEO Aruna membagikan pengalaman yang dikenyam olehnya selama menjalankan Aruna yang merupakan perusahaan perikanan yang berkeinginan menjadikan sustainable fisheries sebagai motor untuk memajukan sektor fisheries main industry. Apalagi pengimplementasian keberlanjutan ini sekarang sudah dilandasi oleh pemerintah yang menjadikan ekonomi biru sebagai haluan pembangunan negara, dimana kemaritiman merupakan poros penting.
Aruna Telah Memberi Dampak di 190 Lokasi
Aruna merupakan perusahaan integrated fisheries commerce sekaligus supply chain aggregator yang kini telah berhasil menghubungkan para nelayan kecil di Indonesia ke importir produk perikanan dari mancanegara. Tentu saja seperti yang suah awam untuk diketahui, untuk memenuhi standar mutu ekspor bukanlah hal yang mudah, apalagi produk perikanan yang disalurkan langsung dari tangan para nelayan. Namun karena impian Farid dan Aruna untuk memajukan fisheries main industry tidak tergoyahkan, kini Aruna justru telah menjangkau lebih dari 190 mini site bernama Aruna Hub dan telah bermitra dengan lebih dari 40.000 nelayan yang disebut juga Nelayan Aruna.
Presiden Joko Widodo pertama kali menyampaikan di depan anggota Konferensi Tingkat TInggi (KTT) ke-9 East Asia Summit (EAS) pada 14 November di Nay Pyi Taw, Myanmar bahwa visinya adalah untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Bahkan pemerintah telah menetapkan 5 pilar kebijakan maritim demi mendukung visi tersebut, yakni budaya maritim, sumber daya maritim, infrastruktur dan konektivitas maritim, diplomasi maritim, serta pertahanan maritim.
Kunci Aruna Majukan Fisheries Industry: Sinergi dan Kolaborasi
Aruna sebagai perusahaan perikanan lokal yang memiliki visi yang sama dengan pemerintah, disertai misi “Laut Untuk Semua” memiliki keinginan yang kuat menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Dengan membenahi rantai pasok perikanan domestik yang terlanjur kusut selama berpuluh-puluh tahun, meningkat inklusi keuangan, serta menerapkan perikanan berkelanjutan, Farid yakin bahwa fisheries main industry akan maju karena memulai perbaikan langsung ke ke bagian hulunya, yakni para pelaku usaha perikanan yang tak lain merupakan para nelayan.
Farid juga menyoroti pengelolaan limbah di industri perikanan yang dapat menelan kerugian pasca panen sekitar 43% karena banyak bagian dari ikan yang tidak terpakai dan akhirnya terbuang sia-sia karena memang pihak pembeli atau supplier seafood yang dituju tidak mau menerima bagian dari ikan tersebut. Di Aruna Hub Bangkalan yang kegiatan utamanya mengolah daging rajungan untuk pelanggan, cangkang yang sebelumnya merupakan limbah tidak berguna kini diolah menjadi pakan ikan.
Selalu Libatkan Masyarakat Lokal Dalam Berbagai Program
Cara kami melibatkan masyarakat dan bagaimana kami melestarikan lingkungan adalah hal terpenting untuk memastikan keterlibatan masyarakat dalam program kami,” pungkas Farid. Dengan menggandeng masyarakat pesisir khususnya perempuan dan para pemuda untuk mengoptimalkan pengelolaan limbah ikan, selain meningkatkan pendapatan masyarakat, Aruna juga melibatkan masyarakat untuk turut melestarikan lingkungan.
Farid menekankan agar perusahaan dan pihak lainnya tidak takut untuk berkolaborasi. Karena menjadi kompetitif memang penting bagi perusahan, namun ada juga solusi dari masing-masing yang justru dapat saling melengkapi. Kolaborasi antara pihak swasta dan publik pun dapat membantu percepatan pertumbuhan industri maritim, karena dapat menyediakan pendanaan, dukungan penelitan dan pengembangan, investasi, infrastruktur, mengembangkan bakat, serta mempromosikan industri.
Dengan pola pikir, tim kerja disertai strategi yang tepat, para pendiri dan pemilik perusahaan yang bergerak di fisheries industry dapat membangun bisnis yang sukses sambil memberikan dampak yang positif sekaligus bagi ekonomi dan ekologi.
Leave a reply
No comments found.