Serupa Tapi Tak Sama, Ini Bedanya Anjing Laut, Singa Laut, dan Walrus!
Anjing laut, singa laut, dan walrus adalah hewan berjenis mamalia. Mereka berasal dari Sub-Ordo Pinniped, tetapi dikelompokkan ke dalam famili yang berbeda, yaitu Phocidae (anjing laut), Otoriidae (singa laut), dan Odobenidae (walrus). “Pinniped” artinya berkaki sirip. Banyak orang kesulitan membedakan ketiga hewan tersebut karena bentuk tubuhnya yang mirip. Padahal, mereka memiliki beberapa perbedaan, baik secara fisik maupun perilaku. Penasaran apa saja perbedaannya? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini!
Anjing Laut (Seal)
Anjing laut berukuran rata-rata 1,2 meter dan berat 30 kg. Namun, ada juga yang berukuran besar, yaitu anjing laut gajah selatan (Southern elephant seal) yang memiliki panjang tubuh hingga 4 meter dan berat 2.200 kg. Umumnya, mereka hidup di perairan kutub utara dan selatan, tetapi anjing laut hawai (Hawaiian monk seal) tinggal di perairan yang hangat.
Permukaan tubuh mereka tertutup bulu tebal dan halus. Mereka tidak memiliki daun telinga, melainkan hanya lubang kecil di sisi kepala. Anjing laut berjalan dengan menyeret tubuh mereka, dibantu oleh sirip belakang. Karena sirip depan mereka lebih lemah, sirip belakang merekalah yang digunakan untuk berenang.
Mamalia laut ini adalah hewan yang tenang dan tidak suka lingkungan yang berisik. Biasanya, mereka berkomunikasi dengan mengendus atau mengerang saja. Mereka juga lebih senang menghabiskan waktunya di dalam air.
Singa Laut (Sea Lion)
Rata-rata singa laut memiliki panjang 2,4 meter dan berat 300 kg. Singa Laut Steller (Eumetopias jubatus) adalah spesies singa laut terbesar dengan ukuran tubuh mencapai 3 meter dan berat 1.000 kg. Habitat singa laut berada di hampir seluruh perairan dunia, kecuali Samudra Atlantik.
Mereka memiliki daun telinga seperti mamalia darat pada umumnya. Di samping itu, mereka juga memiliki empat sirip yang digunakan untuk berjalan dan berenang. Sirip-sirip ini sekaligus berfungsi untuk memutar badan mereka. Permukaan tubuh singa laut cenderung licin dan tidak berbulu.
Singa laut adalah hewan sosial dan sangat senang berkomunikasi. Dalam kawanan singa laut, sering terdengar teriakan atau gonggongan yang keras. Singa laut betina juga mengeluarkan suara agar dikenali oleh anak-anak mereka.
Walrus
Walrus dapat tumbuh sepanjang 3,6 meter dengan berat rata-rata 1.000 kg. Walrus hidup di perairan dingin, yaitu di Samudra Arktik dan sub-Arktik. Di alam liar, hewan ini dapat bertahan hidup hingga lebih dari 40 tahun.
Ciri khas walrus yang paling menonjol adalah sepasang gadingnya. Gading berfungsi sebagai alat pertahanan dan penentu status sosial. Walrus jantan maupun betina sama-sama memiliki gading. Walrus berjalan dan berenang menggunakan empat siripnya dengan kecepatan hingga 35 km/jam.
Sama seperti singa laut, walrus adalah hewan yang suka bergerombol. Satu kawanan walrus bisa berisi ratusan hingga ribuan ekor, terutama ketika masa kawin. Walrus jantan dengan gading terbesar menjadi pemimpin dalam kawanan. Selain itu, walrus jantan terkuat juga menjadi yang pertama memilih betina untuk berkembang biak.
Meskipun memiliki perbedaan, ketiga hewan ini sama-sama berperan penting dalam ekosistem laut. Mereka membantu mengendalikan populasi ikan dan hewan laut kecil lainnya. Oleh karena itu, kita harus menjaga kelestarian laut agar hewan-hewan ini dapat tetap hidup dan berkembang biak. Kita dapat menjaga laut dengan mengurangi penggunaan plastik, tidak membuang sampah sembarangan di laut, dan mendukung kegiatan konservasi laut.
Udang dan Tuna Kembali Jadi Primadona Ekspor Perikanan Indonesia
Udang dan tuna kembali menjadi komoditas unggulan ekspor perikanan Indonesia pada periode Januari-Juni 2023. Berdasarkan laporan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), total nilai ekspor perikanan Indonesia pada periode tersebut mencapai sekitar 2,8 miliar dolar AS, atau setara dengan Rp 44 triliun.
Amerika Serikat, Jepang, dan China menjadi pasar utama ekspor perikanan Indonesia pada periode ini. Tingginya nilai ekspor perikanan merupakan hasil kontribusi dari sektor perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Kali ini, kita bahas kondisi ekspor perikanan Indonesia di paruh pertama 2023 dan potensinya di masa depan, yuk.
1. Udang dan Tuna Sebagai Komoditas Utama
Udang merupakan kategori dengan nilai terbesar dalam ekspor perikanan, yaitu 567 juta dolar AS, atau setara dengan Rp 8,9 triliun. Ada 3 jenis udang yang menjadi unggulan, yaitu udang vaname, udang windu, dan udang merguensi. Pasar utama udang Indonesia adalah Amerika Serikat.
Pada tahun 2022, Amerika Serikat juga menjadi negara tujuan utama ekspor udang Indonesia dengan share pasar sebesar 60%. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara pengekspor udang terbesar ketiga di dunia.
Selanjutnya, tuna-cakalang-tongkol (TCT) menjadi komoditas ekspor terbesar yang kedua, dengan nilai ekspor mencapai 282 juta dolar AS, atau setara dengan Rp 4,4 triliun. Jepang menjadi pasar utama ekspor kategori ini, terutama ikan tuna yang menjadi produk dengan permintaan tertinggi.
Ikan tuna sangat diminati di pasar global karena memiliki rasa yang lezat dan bergizi tinggi. Sebagai sumber protein hewani, ikan tuna sering dijadikan bahan utama dalam hidangan populer, seperti sushi dan sashimi.
2. Diversifikasi dan Potensi Produksi Perikanan
Cumi-sotong-gurita (CSG) juga menjadi salah satu komoditas ekspor perikanan dengan nilai yang tinggi, yaitu 195 juta dolar AS, atau setara dengan Rp 3 triliun. Pasar utama CSG adalah China. Selain ketiga kategori yang telah disebutkan, komoditas ekspor perikanan juga meliputi rajungan, kepiting, lobster, rumput laut, mutiara, dan produk laut lainnya, termasuk produk olahan.
Direktur Pemasaran Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Erwin Dwiyana, mengatakan bahwa potensi perikanan Indonesia dapat mencapai 12 juta ton per tahun. KKP optimistis bahwa sumber daya laut Indonesia yang kaya dapat mendukung aktivitas ekspor produk perikanan.
3. Masa Depan Ekspor Perikanan Indonesia
Ekspor perikanan Indonesia diperkirakan akan terus tumbuh di masa depan. Hal ini didukung oleh berbagai upaya pemerintah untuk meningkatkan daya saing produk perikanan Indonesia di pasar internasional.
Salah satu upaya KKP untuk meningkatkan ekspor produk perikanan adalah dengan menggelar Foreign Buyers Mission (FBM). Dalam kegiatan ini, KKP mengundang importir potensial dari berbagai negara untuk melihat langsung produk perikanan di Indonesia. Kegiatan ini bertujuan agar importir dapat lebih memahami potensi produk perikanan Indonesia, sehingga akan meningkatkan peluang ekspornya.
Udang dan tuna adalah produk perikanan Indonesia yang paling banyak diekspor. KKP berupaya mengoptimalkan produksi perikanan untuk memenuhi target ekspor 2023 sebesar USD 7,66 miliar, atau setara dengan Rp 116,1 triliun.
Aruna berkomitmen untuk mendukung peningkatan ekspor perikanan Indonesia. Kami menyediakan platform digital yang menghubungkan nelayan dengan pembeli dari berbagai negara, sehingga membantu nelayan untuk dapat menjangkau pasar yang lebih luas. Sejak 2016 hingga kini, Aruna telah ada di 31 provinsi di Indonesia dengan lebih dari 40.000 Nelayan Aruna yang teregistrasi. Pada awal 2023, Aruna telah bertumbuh sebanyak 62% dibandingkan tahun sebelumnya, lho.
Selain itu, kami juga menerapkan praktik perikanan berkelanjutan untuk menjaga kelestarian sumber daya perikanan di Indonesia. Dengan demikian, komoditas perikanan Indonesia akan terus menjadi unggulan dan dapat memenuhi kebutuhan pasar perikanan, baik lokal maupun internasional.
Mekanisme Direct Call Jadikan Waktu dan Biaya Ekspor Produk Perikanan Lebih Efisien
Ekspor produk perikanan berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), pada tahun 2022 nilai ekspor produk perikanan Indonesia tercatat sebesar USD 6,24 miliar, meningkat sebesar 9,15% dari tahun sebelumnya.
Tujuan utama ekspor produk perikanan Indonesia didominasi oleh negara-negara Asia, seperti Malaysia, Singapura, Jepang, Hongkong, dan Tiongkok. Selain itu, ekspor produk perikanan juga dilakukan ke Amerika Serikat, Australia, dan berbagai negara lainnya.
Sampai saat ini, pengiriman produk perikanan melalui jalur udara merupakan pilihan yang populer. Namun, rute penerbangan yang mengharuskan transit menjadi kendala dalam pengiriman produk perikanan melalui jalur udara. Pemerintah berupaya untuk mengatasi kendala tersebut dengan membuka akses penerbangan ‘Direct Call’.
1. Direct Call sebagai Upaya Efisiensi Ekspor
Penerbangan direct call adalah penerbangan langsung dari satu bandara ke bandara lain tanpa transit. Sebelumnya, penerbangan kargo dari Indonesia ke negara tujuan ekspor harus transit di Jakarta. Namun saat ini, pengiriman kargo ke negara tujuan dapat dilakukan dari kota asal secara langsung, seperti pada rute Manado-Tokyo, Ambon-Sidney, dan Makassar-Hongkong. Ekspor produk perikanan melalui penerbangan direct call memiliki tiga keunggulan, yaitu:
- Waktu pengiriman lebih singkat
Produk perikanan dari Indonesia dapat dikirim secara langsung ke negara tujuan, sehingga waktu pengiriman menjadi lebih singkat. - Biaya lebih murah
Biaya pengiriman melalui direct call umumnya lebih murah dibandingkan dengan pengiriman melalui jalur transit. Selain itu, tidak ada biaya tambahan untuk penyimpanan produk sementara. - Mutu produk lebih terjaga
Produk perikanan tidak perlu mengalami proses transit yang dapat mengurangi kualitasnya.
2. Menjaga Mutu Produk Ekspor Perikanan
Produk perikanan yang diekspor harus terjamin kualitas dan keamanannya. Dalam hal ini, Balai Besar Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) berperan untuk memastikan hal tersebut. BKIPM melakukan pemeriksaan karantina ikan dan pengujian mutu untuk memastikan produk perikanan yang diekspor memenuhi standar mutu yang ditetapkan.
Kepala BKIPM Makassar, Siti Chadidjah, menegaskan bahwa BKIPM akan senantiasa mendukung langkah dalam upaya penjaminan mutu dan keamanan produk perikanan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan peluang ekspor, harga jual produk, dan kepercayaan konsumen terhadap produk perikanan Indonesia.
3. Dukungan Pemerintah Terhadap Ekspor Produk Perikanan
KKP bersama dengan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota berkolaborasi untuk menyukseskan ekspor produk perikanan. Kolaborasi ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ekspor, serta meningkatkan daya saing produk perikanan di pasar global.
Dinyatakan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, KKP akan memberikan dukungan kepada para pelaku usaha perikanan. Dukungan tersebut meliputi pendampingan, sertifikasi, analisis potensi pasar, serta penjaminan mutu dan keamanan produk perikanan.
Penerbangan direct call merupakan langkah yang positif untuk meningkatkan ekspor produk perikanan. Mekanisme ini diharapkan dapat mengurangi biaya dan waktu ekspor, sehingga produk perikanan Indonesia dapat lebih cepat dan mudah mencapai pasar internasional.
Aruna, sebagai perusahaan perikanan yang berkomitmen pada perikanan berkelanjutan, turut mendukung peningkatan ekspor produk perikanan. Kami membantu para nelayan untuk menjangkau pasar yang lebih luas, baik di dalam maupun luar negeri.
Kamu juga dapat mendukung ekspor produk perikanan dengan lebih sering mengonsumsi seafood lokal. Hal ini akan meningkatkan permintaan produk perikanan Indonesia dan menciptakan peluang ekspor yang lebih besar bagi sektor perikanan. Dengan upaya bersama, Indonesia dapat menjadi produsen produk perikanan terbesar di dunia.
Aruna Zero Waste Olah Limbah Perikanan buat Ekosistem Laut Berkelanjutan
Industri perikanan adalah salah satu sektor yang vital bagi Indonesia. Dengan skala produksi yang sangat besar, industri ini menghadapi tantangan dalam pengelolaan limbahnya. Limbah perikanan yang terdiri dari kepala, tulang, kulit, sirip, sisik, dan jeroan, diperkirakan mencapai 30-40% dari total berat produk perikanan.
Limbah perikanan yang tidak dikelola dengan baik dapat berdampak negatif terhadap lingkungan, termasuk pencemaran dan kerusakan ekosistem laut. Untuk mengatasi masalah ini, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong semua elemen untuk menerapkan zero waste dalam industri perikanan. Bagaimana konsep zero waste pada produk perikanan dan apa upaya Aruna dalam menerapkan hal ini?
Zero Waste pada Produk Perikanan
Konsep zero waste perikanan adalah memanfaatkan seluruh bagian produk perikanan, serta meminimalkan limbahnya. Budi Sulistiyo, Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), menyampaikan bahwa semua komponen dalam ikan dapat dimanfaatkan menjadi produk bernilai ekonomis.
Contohnya, pada penerapan zero waste ikan, daging ikan dapat diolah menjadi fillet, steak, dan loin. Sedangkan tulang dan kepala ikan dapat dibuat menjadi camilan, bahan farmasi, dan bahan industri. Selain itu, jeroannya juga dapat dijadikan tepung pakan ternak.
Trisna Ningsih, Kepala Balai Besar Pengujian Penerapan Produk Kelautan dan Perikanan (BBP3KP), menjelaskan, nilai produk perikanan dapat ditingkatkan dengan pengolahan. Ikan mentah memiliki nilai yang rendah karena mudah membusuk. Sementara pengolahan ikan menjadi makanan olahan, suplemen kesehatan, kosmetik, obat-obatan, dan pakan ternak dapat meningkatkan nilai produknya.
Zero Waste Bagian dari Perikanan Berkelanjutan
Penerapan zero waste produk perikanan merupakan salah satu bentuk praktik perikanan berkelanjutan. Prinsip ini terdiri atas 3 hal, antara lain:
Penangkapan ikan secara selektif, yang dilakukan dengan metode dan alat tangkap ramah lingkungan, serta menghindari penangkapan ikan secara berlebihan (overfishing).
Pengolahan ikan secara efisien, yang mencakup pemanfaatan seluruh bagian ikan.
Pemanfaatan limbah secara kreatif, yang mengolah limbah menjadi produk bermanfaat dan bernilai tambah.
Dengan menerapkan 3 hal tersebut, limbah perikanan yang berakhir menjadi sampah akan berkurang, sehingga dapat mendukung keberlanjutan ekosistem laut.
Aruna Zero Waste Hub
Sebagai perusahaan perikanan yang berkomitmen pada keberlanjutan lingkungan, Aruna juga menerapkan zero waste management. Kami memiliki Aruna Zero Waste Hub yang didirikan untuk mengurangi, bahkan menghilangkan, limbah produksi perikanan.
Salah satu Hub kami di Bangkalan, Jawa Timur, memiliki rumah pengering untuk mengolah cangkang rajungan menjadi tepung pakan ikan. Aktivitas di Aruna Zero Waste Hub melibatkan masyarakat pesisir yang didampingi oleh Local Heroes Aruna. Tujuannya adalah meminimalkan limbah dan melakukan diversifikasi produk.
Jerry Sambuaga, Wakil Menteri Perdagangan, menyatakan bahwa program zero waste yang dilakukan Aruna merupakan bagian dari upaya untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) pada aspek Sustainable Cities and Communities. Melalui Aruna Zero Waste Hub, kami mendukung inisiatif KKP dalam menerapkan zero waste produk perikanan. Selain itu, kami juga melakukan edukasi dan sosialisasi tentang pemanfaatan limbah perikanan untuk mendukung perikanan yang berkelanjutan.
Sebagai konsumen, kamu dapat turut mendukung program zero waste ini dengan memilih produk perikanan dari sumber yang berkelanjutan dan memanfaatkan seluruh bagian produk untuk dikonsumsi. Misalnya, mengolah kepala ikan menjadi hidangan lezat, mengonsumsi udang beserta kepala dan kulitnya, dan memasak cumi-cumi dengan tintanya.
Penerapan zero waste produk perikanan dapat memberikan manfaat yang luas bagi lingkungan, ekonomi, dan masyarakat, serta merupakan langkah penting untuk mewujudkan masa depan laut yang berkelanjutan.
Aruna Dukung KKP Kembangkan SDM untuk Implementasi Penangkapan Ikan Terukur
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya untuk mewujudkan pengelolaan perikanan berkelanjutan di Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan adalah penerapan kebijakan Penangkapan Ikan Terukur (PIT), salah satu agenda prioritas KKP dalam Ekonomi Biru. PIT adalah kebijakan yang mengatur kuota dan zona penangkapan ikan. Tujuannya adalah untuk menjaga sumber daya perikanan dan lingkungan, serta pemerataan ekonomi nasional.
Kebijakan PIT melibatkan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dalam sektor perikanan. Melalui program ini, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPPSDM KP) menempatkan taruna-taruni satuan pendidikan lingkup KKP di pelabuhan-pelabuhan perikanan di berbagai daerah di Indonesia.
Tempatkan SDM Melalui Program PKL
Para taruna dari satuan pendidikan lingkup KKP diberikan kesempatan untuk belajar di pangkalan pendaratan ikan pasca produksi. Penempatan taruna di 30 pelabuhan perikanan ini juga dilaksanakan untuk menjalankan kurikulum pendidikan Praktik Kerja Lapang (PKL).
PKL dianggap sebagai langkah strategis untuk mengembangkan SDM perikanan. Dalam program PKL, para taruna terlibat dalam manajemen landing, termasuk pencatatan data jumlah dan jenis ikan, pengetahuan tentang Alat Penangkapan Ikan (API), dan aktivitas di pelabuhan perikanan. Hal ini bertujuan meningkatkan skill dan kompetensi taruna, serta melibatkan taruna dalam praktik pengelolaan perikanan berkelanjutan secara langsung.
Pentingnya Implementasi PIT untuk Perikanan Berkelanjutan
Kepala BPPSDM KP, I Nyoman Radiarta, menyadari pentingnya PIT sebagai metode yang efektif dalam menerapkan perikanan berkelanjutan dan menjaga keseimbangan ekosistem laut. BPPSDM KP juga berkomitmen untuk mendukung penuh seluruh program yang berkaitan dengan PIT.
Implementasi PIT memerlukan SDM yang terlatih dan kompeten dalam berbagai aspek pengelolaan perikanan. Oleh karena itu, pemerintah akan terus meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan bagi taruna-taruni satuan pendidikan lingkup KKP. “Kita semua akan bekerja sama dengan tim, instruktur, dan stakeholder terkait untuk memastikan bahwa kegiatan ini berjalan dengan lancar dan efektif.” kata Nyoman.
Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, menekankan pentingnya SDM unggul dalam mencapai keberhasilan Program dan Kebijakan Ekonomi Biru. Kualitas SDM harus menjadi prioritas utama untuk ditingkatkan, terutama dalam pengelolaan perikanan yang berkelanjutan.
Dukungan Aruna dalam Kebijakan PIT
Sebagai perusahaan perikanan yang berkomitmen dalam sustainablity, Aruna menggunakan standar ketertelusuran produk (traceability) untuk melacak seluruh produk yang dihasilkan. Selain itu, kami juga menerapkan praktik penangkapan ikan yang ramah lingkungan dan menghindari overfishing, sesuai dengan regulasi dan prinsip pengelolaan perikanan berkelanjutan.
Lebih dari itu, kami meyakini bahwa pengembangan SDM adalah salah satu upaya untuk mewujudkan keberlanjutan perikanan. Dalam konteks ini, kami memastikan seluruh SDM Aruna, termasuk para nelayan, komunitas pesisir, dan Local Heroes, memahami prinsip sustainable fisheries dan pentingnya menjaga kelestarian laut.
Kami mengajak masyarakat dan para pelaku usaha perikanan untuk bergabung dalam upaya mendukung kebijakan PIT. Semua pihak harus berperan aktif dalam melestarikan laut dan menjaga keberlanjutan sumber daya perikanan.
Melalui kolaborasi dan komitmen bersama, kita dapat mewujudkan pengelolaan perikanan yang berkelanjutan dan menjaga ekosistem laut. Laut adalah sumber kehidupan bagi seluruh makhluk hidup. Laut yang lestari tentu akan memberikan manfaat bagi masyarakat, kelautan, dan perikanan di Indonesia.
Alat Tangkap Ikan Ramah Lingkungan untuk Keberlanjutan Laut
Laut menyediakan berbagai sumber daya, seperti makanan, mineral, dan minyak. Kelestarian ekosistem laut perlu dijaga agar dapat terus memberikan manfaat bagi manusia. Namun, aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab, seperti destructive fishing, dapat mengancam kelestarian laut.
Destructive fishing adalah penangkapan ikan dengan alat bantu yang merusak ekosistem laut. Cara ini juga dapat menyebabkan kematian ikan-ikan, termasuk ikan yang tidak ditargetkan. Contoh destructive fishing adalah menggunakan racun, bom, setrum, pukat harimau, atau cantrang. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukkan bahwa terdapat 653 kasus destructive fishing di Indonesia pada rentang tahun 2013-2019. Bukti ini menunjukkan bahwa perilaku destructive fishing telah menyebabkan kerusakan laut yang sangat besar.
Alat Tangkap Ramah Lingkungan
Alat tangkap yang ramah lingkungan adalah alat tangkap yang tidak merusak ekosistem laut dan ikan. Berikut adalah tiga contoh alat tangkap ramah lingkungan yang digunakan oleh nelayan, yaitu:
a. Bubu
Bubu adalah alat tangkap ikan tradisional yang terbuat dari potongan bambu yang disusun dan diikat dengan tali plastik. Bentuk bubu bervariasi, bisa berupa segi empat, silinder, atau trapesium. Cara menggunakannya adalah dengan meletakkannya di jalur yang biasa dilalui oleh ikan. Prinsip kerja bubu adalah menjebak ikan dengan cara membingungkan penglihatannya. Ikan yang masuk ke dalam bubu akan terperangkap dan tidak dapat keluar lagi. Bubu juga dapat digunakan untuk menangkap rajungan.
b. Jaring Insang (Gillnet)
Jaring insang adalah alat tangkap ikan berbentuk persegi panjang dengan mata jaring yang sama. Alat ini berfungsi untuk menjerat ikan, terutama ikan berukuran kecil dan menengah. Dengan menggunakan jaring insang, sekali tangkap bisa mendapatkan banyak ikan sekaligus.
c. Pancing (Hook and Line)
Alat tangkap ini dapat digunakan untuk menarik perhatian ikan target, dengan atau tanpa umpan. Ikan target akan tertangkap pada mata pancing yang terpasang pada tali, lalu ikan ditarik hingga ke permukaan laut. Yang termasuk dalam kategori ini adalah rawai dan pancing. Pancing biasanya digunakan untuk menangkap ikan berukuran besar.
Dampak Penggunaan Alat Tangkap Ramah Lingkungan
Penggunaan alat tangkap ramah lingkungan dapat memberikan berbagai manfaat, antara lain menjaga keanekaragaman hayati laut, mencegah kerusakan habitat laut, dan meningkatkan kualitas produk perikanan yang dihasilkan. Nelayan dan kapal yang menggunakan alat tangkap ikan ramah lingkungan, turut mendukung perwujudan keberlanjutan ekosistem laut. Hal ini sejalan dengan kebijakan KKP dalam implementasi Ekonomi Biru.
Aruna Menggunakan Alat Tangkap Ramah Lingkungan
Sebagai salah satu supplier perikanan di Indonesia, Aruna berkomitmen untuk menggunakan alat tangkap ikan ramah lingkungan dalam proses produksinya. Kami bekerja sama dengan nelayan untuk mengembangkan dan menggunakan alat tangkap ikan ramah lingkungan, seperti bubu. Bubu digunakan untuk menangkap rajungan, yang merupakan salah satu komoditas perikanan unggulan kami.
Penggunaan alat tangkap ikan ramah lingkungan merupakan salah satu upaya untuk menjaga lingkungan laut. Untuk ikut mendukung keberlanjutan ekosistem laut, kamu dapat memilih produk perikanan yang dihasilkan dengan menggunakan alat tangkap ikan ramah lingkungan. Dengan memilih produk Aruna, kamu dapat membantu menjaga laut tetap lestari. Bersama-sama, kita dapat berkontribusi dalam merawat sumber daya laut demi generasi mendatang.
Jaga Kualitas Produk Perikanan, Aruna Terapkan Higiene dan Sanitasi dalam Produksi
Produk perikanan merupakan sumber protein hewani yang penting bagi masyarakat Indonesia. Namun, kualitas produk perikanan dapat menurun jika tidak dijaga dengan baik. Untuk menjaga kualitas produk perikanan agar tetap aman dan sehat untuk dikonsumsi, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan higiene dan sanitasi yang baik dalam proses produksi.
Kami akan membahas higiene dan sanitasi dalam industri perikanan dan langkah yang diterapkan oleh Aruna, sebuah perusahaan perikanan yang senantiasa menyediakan produk-produk yang aman dan higienis.
Higiene dan Sanitasi dalam Industri Perikanan
Higiene dan sanitasi bertujuan untuk menjaga kebersihan dan keamanan produk dari kontaminasi mikroorganisme dan hewan berbahaya. Kontaminasi dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti keracunan makanan dan infeksi pencernaan. Oleh karena itu, pelaku usaha perikanan harus menerapkan higiene dan sanitasi yang baik dalam proses produksi.
Standar higiene dan sanitasi dalam pengolahan produk perikanan ditetapkan oleh pemerintah melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 52A/KEPMEN-KP/2013 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Pada Proses Produksi, Pengolahan, dan Distribusi. Standar tersebut mewajibkan pekerja yang menangani hasil perikanan untuk menerapkan higiene dan sanitasi yang baik di tempat kerja.
Manfaat Higiene dan Sanitasi dalam Industri Perikanan
Penerapan higiene dan sanitasi yang baik dapat memberikan manfaat bagi hasil perikanan, yaitu:
- Meningkatkan kualitas, keamanan, dan kesehatan produk perikanan.
- Meningkatkan daya saing produk perikanan.
- Meningkatkan kepercayaan konsumen.
Higiene dan sanitasi juga dapat bermanfaat bagi pekerja dan lingkungan. Penerapan higiene dan sanitasi yang baik dapat mencegah penyebaran penyakit dan pencemaran lingkungan. Dengan begitu, lingkungan kerja akan menjadi nyaman, bersih, dan sehat.
Penerapan Higiene dan Sanitasi oleh Aruna
Aruna berkomitmen untuk menerapkan higiene dan sanitasi yang baik dalam proses produksinya. Untuk itu, Aruna memberikan pelatihan higiene dan sanitasi kepada Aruna Picker, yaitu komunitas masyarakat pesisir yang bekerja untuk memproses komoditas perikanan. Pelatihan tersebut diberikan oleh tim Quality Control (QC) Aruna.
Selama bekerja, Aruna Picker diwajibkan memakai pakaian kerja yang sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP), yaitu apron, hair net, masker, sarung tangan, dan sepatu kedap air. Penggunaan kosmetik dan perhiasan tidak diperbolehkan. Selain itu, Aruna Picker juga diberikan edukasi mengenai cara mempertahankan rantai pendinginan agar meminimalisir fluktuasi suhu.
Diana Kartika Pramodhawardhani, Pengelola Produksi Perikanan Tangkap Ahli Muda, berharap masyarakat pesisir bisa terus saling membantu menjaga kualitas hasil tangkapan para nelayan. Hal inilah yang membuat Aruna dapat menghasilkan produk perikanan yang berkualitas dengan jaminan mutu.
Higiene dan sanitasi adalah faktor yang krusial untuk menjaga kualitas produk perikanan. Penerapan praktik higiene dan sanitasi yang baik oleh Aruna tidak hanya memberikan manfaat bagi produk perikanan, tetapi juga bagi komunitas pesisir dan lingkungan.
Sebagai masyarakat, kita juga dapat mendukung kualitas produk perikanan, kesejahteraan masyarakat pesisir, dan keberlanjutan laut dengan memilih produk dari perusahaan yang menerapkan praktik higiene dan sanitasi yang baik. Dengan langkah kecil ini, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih baik untuk industri perikanan Indonesia.
Cocong, Makanan Unik Khas Kepulauan Masalembu
Cocong mungkin terdengar asing bagi sebagian besar orang. Namun, bagi penduduk setempat, cocong merupakan bagian penting dari budaya Masalembu. Cita rasa cocong yang unik dapat dinikmati saat berkunjung ke Masalembu. Cocong dapat menjadi salah satu alternatif makanan yang lezat dan terjangkau.
Masalembu termasuk dalam wilayah Kabupaten Sumenep. Kepulauan ini terdiri dari tiga pulau utama, yaitu Pulau Masalembu, Pulau Masakambing, dan Pulau Karamian. Untuk menuju ke daerah ini, dibutuhkan waktu 7-18 jam menggunakan kapal dari Pelabuhan Tanjung Perak atau Pelabuhan Kalianget, Surabaya. Yuk, kita mengenal cocong lebih dekat dan menilik potensi maritim Kepulauan Masalembu.
Mengenal Kuliner Cocong
Bahan utama cocong adalah beras. Kemudian, beras dibungkus dengan daun dan dikukus hingga matang. Cocong mirip seperti lontong, tetapi bentuknya kerucut dan rasanya tawar. Berbeda dengan lontong yang umumnya memiliki rasa asin.
Biasanya, cocong disajikan dengan ikan tongkol, kelapa parut, sambal, dan kuah. Kuah yang disiram di atasnya terbuat dari kaldu ikan, garam, dan gula aren, sehingga memberikan cita rasa yang unik dan lezat. Perpaduan rasa manis, asin, sedap, dan gurih membuat cocong menjadi hidangan yang istimewa.
Karena porsinya yang tidak terlalu besar, cocong kerap dijual saat sore hari. Namun, cocong juga bisa dijadikan menu makan siang. Harga cocong yang sangat terjangkau, yaitu Rp 1.000,- per porsi, membuat cocong menjadi makanan favorit di Masalembu.
Potensi Maritim Masalembu
Kelezatan cocong tidak lepas dari potensi perikanan yang melimpah di perairan sekitar Masalembu. Posisi Kepulauan Masalembu yang strategis, menjadikannya memiliki sumber daya laut yang beragam. Beberapa jenis ikan yang menjadi komoditas unggulan di perairan ini antara lain ikan tuna, ikan tongkol, dan ikan layang.
Selain perikanan tangkap, Masalembu juga memiliki potensi untuk mengembangkan perikanan budidaya, seperti ikan kerapu dan lobster. Budidaya rumput laut dan mutiara juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Di sisi lain, keindahan perairan Masalembu menjadi daya tarik wisatawan domestik dan mancanegara. Sektor pariwisata di Masalembu berkembang pesat, terutama untuk olahraga air, seperti selancar dan jetski.
Pengembangan sektor kelautan memiliki manfaat yang besar bagi masyarakat, antara lain meningkatkan pendapatan masyarakat, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan ketahanan pangan.
Cocong Salah Satu Bentuk Hilirisasi Perikanan
Cocong merupakan salah satu contoh hilirisasi perikanan di Masalembu, yaitu mengolah ikan tongkol menjadi makanan siap saji. Dengan demikian, ikan tongkol tidak hanya dipasarkan sebagai ikan mentah, tetapi juga dapat memiliki nilai tambah.
Di samping itu, Masalembu juga memiliki potensi untuk mengembangkan pengolahan hasil laut. Produk-produk olahan hasil laut, seperti ikan asin, ikan kering, dan olahan hasil laut lainnya, memiliki nilai tambah dan dapat dijual di pasar lokal maupun internasional.
Hilirisasi perikanan dapat menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan lokal dan masyarakat setempat. Kolaborasi dengan Aruna membantu nelayan Masalembu untuk menjual produk perikanan unggulan secara lebih efisien dan mengakses pasar yang lebih luas.
Bagi kamu yang ingin mencoba cocong, kamu bisa berkunjung ke Masalembu untuk menikmati kuliner khas ini di tempat asalnya. Namun, jika kamu belum berkesempatan untuk mengunjungi kepulauan ini, kamu bisa membuat cocong sendiri di rumah. Gunakan ikan tongkol berkualitas tinggi dari Seafood by Aruna untuk menghasilkan cocong yang lezat.
Alasan Lumba-lumba Tidak Minum Air Laut
Lumba-lumba bernapas menggunakan paru-paru, seperti halnya hewan mamalia lainnya. Lumba-lumba harus naik ke permukaan untuk bernapas secara rutin melalui lubang pernapasan yang terletak di bagian atas kepala. Meskipun menghabiskan sebagian besar hidupnya di laut, lumba-lumba tidak minum air laut lho! Lantas, bagaimana lumba-lumba memenuhi kebutuhan cairan tubuh mereka? Ayo, cari tahu lebih dalam tentang fakta ini!
Mengapa Lumba-lumba Tidak Meminum Air Laut?
Jawabannya sederhana, karena air laut mengandung kadar garam yang sangat tinggi. Kandungan garam yang tinggi dalam air laut dapat menarik cairan dari tubuh lumba-lumba, sehingga menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh.
Sebenarnya, mamalia laut telah beradaptasi dengan lingkungan laut yang asin. Mereka memiliki ‘ginjal super’ yang dapat menyaring kelebihan garam dari tubuh mereka. Garam yang terakumulasi dalam tubuh dikeluarkan melalui kelenjar ekskresi. Itulah sebabnya, lumba-lumba tidak perlu khawatir jika menelan air laut dalam jumlah sedikit.
Bagaimana Lumba-lumba Mendapatkan Cairan?
Lumba-lumba mendapatkan cairan yang dibutuhkan dari makanan mereka, yaitu ikan. Ikan laut mengandung cairan tubuh dengan kadar garam rendah, dibandingkan dengan kadar garam air laut. Oleh karena itu, lumba-lumba tidak perlu minum air laut untuk memenuhi kebutuhan cairannya.
Setiap hari lumba-lumba mengonsumsi ikan dalam jumlah besar. Seekor lumba-lumba dewasa dapat menghabiskan hingga 13 kg ikan dalam sehari. Selain ikan, kelompok hewan krustasea dan cephalopoda juga menjadi favorit lumba-lumba.
Lumba-lumba makan dengan cara menelan ikan secara utuh. Meskipun memiliki gigi, mereka tidak mengunyah makanannya terlebih dahulu. Gigi-gigi mereka berfungsi untuk menangkap mangsa dan menahan agar mangsa tidak lepas dari mulut. Saat makan lumba-lumba juga menelan air laut, tetapi mereka memiliki mekanisme ekskresi yang baik.
Apa Dampaknya Jika Lumba-Lumba Menelan Banyak Air Laut?
Menelan air laut dalam jumlah banyak sangat berbahaya bagi tubuh lumba-lumba. Kandungan garam yang tinggi akan memberatkan kerja ginjal. Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan zat sisa metabolisme tubuh. Hal ini juga berlaku bagi manusia dan mamalia laut lainnya.
Dalam kondisi ringan, lumba-lumba yang menelan banyak air laut dapat mengalami dehidrasi, lemas, dan letih. Namun, dalam kasus yang parah, lumba-lumba dapat mengalami kejang, tenggelam, dan bahkan mati.
Jadi, lumba-lumba tidak minum air laut karena air laut mengandung banyak garam. Lumba-lumba mendapatkan cairan yang dibutuhkan dengan memakan ikan. Sistem ekskresi tubuh lumba-lumba juga membantu untuk mengeluarkan kelebihan garam dari tubuh mereka, sehingga mereka dapat bertahan hidup di lingkungan laut yang asin.
Memahami kehidupan lumba-lumba membantu kita mengerti akan pentingnya menjaga ekosistem laut yang merupakan tempat hidup mereka. Lumba-lumba adalah bagian penting dari rantai makanan laut dan juga berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut.
Oleh sebab itu, penting untuk menjaga kebersihan laut. Laut yang tercemar dengan sampah, tentu akan membahayakan lumba-lumba dan hewan laut lainnya. Di samping itu, penangkapan ikan secara berlebihan atau overfishing menyebabkan hewan-hewan laut yang lebih besar sulit menemukan makanan. Hal ini dapat menyebabkan mereka kekurangan nutrisi, kelaparan, bahkan kematian. Overfishing juga dapat menyebabkan perubahan struktur ekosistem laut.
Bersama Aruna, yuk, kita jaga ekosistem laut untuk membantu para nelayan, juga menjamin kesehatan ekosistem dan ketersediaan ikan bagi generasi mendatang!
Sambut Ekonomi Biru, Indonesia Berhasil Turunkan Sampah Plastik Laut secara Signifikan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menobatkan Indonesia sebagai negara yang paling banyak memproses sampah di darat untuk mengurangi sampah masuk ke laut. Berdasarkan data Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL), jumlah sampah plastik di laut Indonesia menurun dari 615.674 ton pada tahun 2018 menjadi 398.000 ton pada tahun 2022. Keberhasilan ini dapat menjadi pembelajaran penting bagi negara-negara kepulauan yang tergabung dalam Archipelagic and Island States (AIS).
Dalam 4 tahun terakhir, Indonesia berhasil menurunkan sampah plastik yang masuk ke laut sekitar 39 persen. Ini merupakan bukti komitmen pemerintah dalam menjaga kelestarian laut dan menjalankan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut. Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia antara lain:
Menerapkan pendekatan terpadu dalam pengelolaan sampah dari hulu ke hilir.
Sumber utama sampah plastik di laut adalah daratan. Sehingga Indonesia tidak hanya berfokus pada pengelolaan sampah di laut atau wilayah pesisir, tetapi juga berupaya untuk mengatasi masalah sampah dari sumbernya. Salah satunya dengan melakukan pelarangan untuk penggunaan plastik sekali pakai bagi pelaku industri..
Edukasi untuk memilah sampah organik dan non-organik serta membuang sampah pada tempatnya juga terus digalakkan. Selain itu, masyarakat dan pelaku industri juga didorong untuk melakukan 3R: Reuse, Reduce, dan Recycle. Upaya-upaya ini menjadi aspek penting untuk mencegah lebih banyak sampah plastik sampai ke laut.
Memberikan edukasi kepada pelaku industri pelayaran tentang pengelolaan limbah laut.
Sumber sampah plastik di laut selain dari daratan adalah dari kapal-kapal, baik itu kapal barang maupun penumpang. Dengan meningkatkan kesadaran di kalangan pelaku industri pelayaran, volume sampah yang masuk ke laut dari kapal penumpang dan barang bisa terus ditekan. Edukasi ini penting untuk menciptakan rasa tanggung jawab di kalangan pemangku kepentingan industri, sehingga setiap pihak punya inisiatif untuk menjaga kelestarian laut.
Melakukan kerja sama dengan negara-negara tetangga untuk mengatasi masalah sampah plastik di perairan Indonesia.
Tak dipungkiri, sampah plastik yang masuk ke laut Indonesia sebagian berasal dari negara-negara lain. Untuk itulah dibutuhkan kerjasama dengan negara-negara terkait untuk mengatasi permasalahan sampah. Di pertengahan tahun 2023, Indonesia menyelenggarakan ASEAN-Indo-Pacific Workshop on Marine Plastic Debris. Bersama dengan negara-negara ASEAN dan anggota Pacific Islands Forum (PIF) Indonesia membahas penanganan sampah plastik laut sebagai isu utama.
Penurunan sampah plastik di laut juga merupakan hasil kerja sama antara berbagai pihak, salah satunya dalam gerakan Bulan Cinta Laut yang diinisiasi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Dalam gerakan ini, masyarakat diajak untuk membersihkan sampah di laut dan pesisir, sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan laut.
Pencapaian dalam pengurangan sampah plastik di laut menunjukkan komitmen Indonesia dalam menjaga kelestarian lingkungan laut dan mengatasi perubahan iklim. Aruna mendukung upaya pelestarian laut dengan edukasi dan pendampingan kepada para nelayan terkait pelestarian ekosistem laut dengan mengurangi sampah plastik, memilah sampah dan membuangnya pada tempatnya, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, dan menggunakan produk-produk yang ramah lingkungan.