Aruna Kolaborasi dengan Lasik dan Yayasan Maritim untuk Tanam Bibit dan Monitoring Pertumbuhan Mangrove

Kalimantan Timur, Indonesia – Pada hari Minggu, 25 Februari 2024, Aruna berkolaborasi dengan Komunitas Lasik untuk menanam mangrove dengan jumlah mencapai 1000 bibit di Tanjung Batu, Berau, Kalimantan Timur. Pengoperasian kapal yang dilakukan tiap hari oleh nelayan tentu banyak menyumbang polusi CO2. Hal inilah yang menjadi pendorong utama diadakannya agenda tersebut. Output dari kegiatan ini juga digadang dapat memberi perlindungan terhadap sedimentasi, abrasi, dan intrusi air laut, serta sebagai penahan badai dan angin yang bermuatan garam. Sejumlah pemangku kepentingan pun turut diundang, seperti Ketua Badan Pemeriksaan Keuangan, Direktur Badan Usaha Milik Kampung, Sekretaris Camat, dan Kepala Bidang Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan setempat, serta pengrajin mangrove Tanjung Batu. 

Lasik sendiri merupakan komunitas pemuda yang memiliki visi dan misi yang selaras dengan Aruna. Komunitas ini bergerak untuk melestarikan alam maritim dengan penanaman bibit mangrove sebagai salah satu program andalannya. Karena jam terbangnya yang sudah relatif tinggi, melakukan konservasi lingkungan di wilayah Kalimantan Timur pun sudah menjadi keseharian Tim Lasik. Ditambah koneksi kuat Aruna dengan komunitas pesisir dan badan pemerintahan setempat, kedua belah pihak bertekad untuk menjadikan agenda ini sebagai tonggak kepedulian masyarakat dalam menjaga lingkungan pesisir dari segala bentuk kerusakan. Sekretaris Camat Tanjung Batu, Tri Susanti S.Kom., M.M., mengatakan, “Kegiatan seperti ini tak boleh melupakan proses maintenance-nya juga. Dengan kata lain, bukan hanya seremonial di awal saja, tetapi bagaimana perawatan mangrove pasca kegiatan terus dilaksanakan dan dimonitor.”

Pada kesempatan ini, Lasik dan Aruna tak hanya mengadakan agenda menanam mangrove, tetapi juga mengundang seorang dosen dari Universitas Muhammadiyah Berau, Supriyadi Syam, S.Kel., M.Si.. Banyaknya area penanaman mangrove yang belum dioptimalkan menjadi faktor utama yang meyakinkan Lasik dan Aruna untuk menyisipkan agenda sosialisasi tersebut. “Restorasi sendiri merupakan upaya untuk memperbaiki fungsi ekologis hutan mangrove yang telah terdegradasi, tetapi harus diketahui bahwa restorasi, rehabilitasi ini tidak kemudian serta-merta dapat dilakukan secara gampang melalui penanaman kembali. Jangan cuma tanam, kemudian ditinggalkan. Tanjung Batu punya banyak area penanaman mangrove, tapi banyak pula fenomena degradasi lingkungan di sini. Artinya, kita punya ruang dan kebutuhan sekaligus—dua hal yang saling mengisi dan ini baik adanya,” ujar Supriyadi. 

Menutup agenda pada siang itu, Utari Octavianty, Co-Founder dan Chief Sustainability Officer Aruna, menegaskan poinnya tentang motivasi Aruna dalam melakukan kolaborasi bersama Lasik. Katanya, “Justru hal yang paling mendasar yang mendorong kami untuk melakukan kolaborasi bersama Lasik ini adalah outcome positif yang kemungkinan besar bisa kami ciptakan. Perlu diketahui bahwa penanaman mangrove ini selain dapat mengurangi fenomena kerusakan atau abrasi pantai, juga bisa menjadi tempat di mana ikan-ikan berkembang biak dan bertelur. Harapan kami adalah agar masyarakat sekitar juga dapat mencari ikan di lokasi tersebut. Dengan kata lain, ya, semoga  inisiasi yang kami lakukan ini dapat membantu perekonomian masyarakat, sekaligus merawat lingkungan di mana kita berada. Jika ini sudah beres, nanti program Aruna yang lain, yang semakin fokus untuk mempromosikan keberlanjutan perikanan, akan kami susulkan.”

Aruna Bantu Komunitas Lolos Dapat Modal dari Bank: Pencatatan jadi Tantangan Utama

Sulawesi Tenggara, Indonesia – Relasi Aruna dengan para mitranya tak terbatas pada hubungan bisnis yang bersifat transaksional semata. Pada 25 Februari 2024, misalnya, Aruna mengadakan pelatihan bagi komunitas pesisir penangkap rajungan yang telah tergabung dalam ekosistem bisnisnya. Dilaksanakan di Aruna Hub di Kendari, Sulawesi Tenggara, pelatihan tentang manajemen keuangan dan pencatatan cashflow ini mengangkat tema “Membangun Pondasi Bisnis: Strategi Keuangan dalam Pengelolaan Rajungan”. Pelatihan kali ini menyasar mitra yang secara khusus menangani komoditas rajungan, mengingat rajungan adalah salah satu produk dengan permintaan tertinggi di Aruna. 

Berkaca dari komunitas pesisir di wilayah Tanjung Batu, Kalimantan Timur, yang menyambut baik edukasi finansial semacam ini melalui inisiasi menabung kolektif secara rutin, Aruna kemudian terdorong untuk melakukan hal serupa di Kendari. Pada kesempatan ini, objektifnya tak hanya sekadar mengaktifkan kebiasaan menabung, tetapi juga membuka wawasan mitra Aruna mengenai cara jitu untuk memperoleh akses pinjaman atau penambahan modal dari perbankan. Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi dan UMKM kota Kendari Alda Kesutan Lapae, menegaskan, “Kunci utama ketika membicarakan perihal apapun dengan bank adalah kepercayaan. Bagaimana bank dapat memberikan kepercayaan mereka pada kita.”

Turut mengundang seorang praktisi keuangan setempat, Laode Rakhmad Darmawan, disebutkan setidaknya ada tiga jenis laporan keuangan yang penting untuk secara rutin dibuat dalam rangka memperoleh akses yang lebih mudah menuju pengajuan permodalan dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari pemerintah.  “Pertama, laporan laba rugi. Laporan ini menunjukkan selisih antara pendapatan penjualan dan pembelian ikan dari nelayan yang sudah ditambah dengan biaya operasionalnya. Kedua, laporan neraca atau laporan yang menunjukkan jumlah aset atau kekayaan, dan kewajiban atau hutang pada suatu waktu tertentu. Ada pula laporan arus kas yang menunjukkan bagaimana uang masuk dan keluar dari kegiatan usaha Bapak dan Ibu sekalian,” terangnya. 

Hasbi Tawa, Manager Area di Sulawesi Tenggara, mengatakan, “Selama berproses di sini, kami menerima aspirasi dari banyak sekali komunitas yang kami bina terkait pemberian dukungan berupa permodalan. Sementara itu, kebanyakan dari komunitas binaan Aruna ini tidak bisa lolos secara administratif untuk mengajukan pinjaman modal ke perbankan. Tentu saja, menanggapi hal ini, Community Development Aruna melakukan assessment. Kami kemudian menemukan fakta bahwa pencatatan cashflow yang tak sistematis menjadi isunya, sehingga profitabilitas bisnisnya tidak bisa terbaca.”

Utari Octavianty, Co-Founder dan Chief Sustainability Officer Aruna, menambahkan, “Harapan kami dengan adanya pemberian edukasi dan binaan berkesinambungan pasca acara, tentu adalah untuk memastikan bahwa mitra binaan Aruna layak mendapatkan akses pinjaman dan/atau penambahan modal dari perbankan. Masalah cashflow ini, kami optimis, merupakan suatu hal yang dapat dibenahi melalui acara-acara edukatif. Community Development Area kami bersama dengan para Local Heroes juga tak henti-hentinya melakukan personal approach kepada para mitra Aruna. Tujuannya adalah agar mereka dapat betul-betul memahami objektif kami dalam menyelenggarakan acara-acara seperti itu. Tentu ada maksud positif yang ingin kami realisasikan, sehingga mereka sendirilah yang nantinya akan memetik maksud positif tersebut.”

Aruna Gelar IOSF 2024, Tegaskan Pentingnya ESG di Industri Perikanan

Jakarta, 2 Februari 2024 – Aruna, perusahaan perikanan terdepan di Indonesia, menegaskan komitmennya terhadap keberlanjutan dengan menggelar Indonesia Ocean Sustainability Forum (IOSF) 2024. Forum ini mengangkat tema “Navigating the Blue Economy: Promoting the Sustainable Indonesian Ocean Industry”.

IOSF 2024 menghadirkan para pembicara ternama dari berbagai disiplin, termasuk akademisi, penasihat, dan perwakilan pemerintah. Diskusi berfokus pada pentingnya penerapan Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam praktik bisnis untuk mencapai keberlanjutan industri perikanan.

Prof. Luky Adrianto, Guru Besar FPIK IPB University dan Sustainability Advisor Indonesia, menekankan bahwa keberlanjutan adalah DNA inti bagi perusahaan perikanan. “Jika Aruna mendefinisikan diri sebagai perusahaan perikanan, maka keberlanjutan adalah jantungnya,” kata Prof. Luky.

Rahajeng Pratiwi, Program Lead for Sustainable Finance Program, IFC, menambahkan bahwa keberlanjutan bukan hanya tentang “makan ikan hari ini”, tetapi juga memastikan bahwa cucu-cucu kita masih bisa menikmati ikan dengan kualitas yang sama di masa depan.

Pada kesempatan ini, Aruna meluncurkan “SEA Pledge 2030”, komitmen perusahaan untuk mencapai kinerja yang sehat dan berkelanjutan pada tahun 2030. SEA Pledge terintegrasi dalam proses bisnis melalui “SEA for All Commitment 2030”, yang meliputi:

  • Sustainably sourced seafood: Menjamin sumber makanan laut yang berkelanjutan
  • Empowering stakeholders: Memberdayakan para pemangku kepentingan
  • Advocating for sustainability: Mendorong advokasi untuk keberlanjutan

Lauren Blasco, Head of ESG, AC Ventures, mengapresiasi visi dan timeline yang jelas dalam SEA Pledge 2030. “Yang penting sekarang adalah bagaimana menyediakan data yang nyata dan mudah dipahami oleh para pemangku kepentingan,” kata Lauren.

Aruna juga mengumumkan kerja sama dengan USAID di program Ber-IKAN (Bersama Kelola Perikanan) untuk membantu mewujudkan ekosistem laut yang sehat, memajukan perikanan skala kecil, dan mempromosikan makanan laut berkelanjutan.

Utari Octavianty, Co-Founder dan Chief Sustainability Officer Aruna, menegaskan bahwa penyelenggaraan IOSF dan keterlibatan Aruna di berbagai forum keberlanjutan merupakan wujud komitmen perusahaan untuk menjaga hubungan baik dengan para pemangku kepentingan dan bersama-sama menciptakan kredibilitas dan dukungan terhadap keberlanjutan.

Aruna di IFBEC Bali, Turut Tingkatkan Unity di Industri F&B Indonesia

Bali, Indonesia – Aruna turut mendukung kegiatan Indonesian Food and Beverage Executive Association (IFBEC) Bali yang diselenggarakan pada 25 – 26 Januari 2024. IFBEC merupakan organisasi profesi yang bergerak di bidang makanan dan minuman yang berafiliasi dengan perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, National Professional Tourism Board (NTPB), dan The International Food and Beverage Association (IFBA). Kegiatan ini bertujuan untuk memajukan pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia, sekaligus memajukan industri perikanan Indonesia melalui seafood kualitas terbaik dari Aruna.

IFBEC Bali kali ini mengangkat tema “Enhancing Communication and Unity Through Food and Beverage Excellence” dan turut dihadiri oleh banyak pihak dari dalam dan luar negeri. Kegiatan ini memungkinkan Aruna untuk menjalin networking dengan multi stakeholders untuk berdiskusi bersama, menyatukan opini demi memajukan sektor industri perikanan Indonesia. Selain dalam rangka membangun kolaborasi dan sinergi, Aruna juga menyuarakan kampanye #RevolusiProtein untuk mempromosikan gerakan makan ikan untuk perbaikan protein masyarakat melalui acara ini.

produk-produk seafood unggulan maritim Indonesia

Aruna tentunya ingin memberikan kontribusi dalam memajukan industri makanan dan minuman di Indonesia dengan menampilkan produk-produk unggulan maritim Indonesia, seperti ikan tuna, rajungan, dan lobster. Adapun, tema yang IFBEC Bali angkat pada tahun ini mencerminkan kesadaran akan perlunya kolaborasi yang kuat dan koordinasi yang baik antara para pemangku kepentingan dalam sektor tersebut. I Nyoman Gede Suasta selaku Penasehat IFBEC Bali mengatakan, “Unity menjadi suatu landasan dalam industri makanan dan minuman, mengingat industri ini merupakan industri dengan range varian yang sangat beraneka ragam. Mulai dari hasil sektor perkebunan, pertanian, perikanan, dan yang lain, itu semua ada untuk menghasilkan produk makanan dan minuman.”

Utari Octavianty, Co-Founder dan Chief Sustainability Officer Aruna, menambahkan, “Dengan range varian yang begitu kaya, industri makanan dan minuman ini sejatinya memerlukan proses hilirisasi yang komplit. Untuk bisa melakukan hilirisasi itu, tentu kolaborasi, networking menjadi kunci utamanya. Keikutsertaan Aruna di IFBEC Bali ini tidak bukan dan tidak lain untuk memperkaya koneksi kami, sekaligus memperkenalkan produk-produk perikanan dari negara kita sendiri, Indonesia, yang kekayaan maritimnya begitu melimpah.”

Wacana Subsidi Perikanan Dipotong? Aruna Wakilkan Suara Nelayan Kecil di Acara WTO

Jawa Barat, Indonesia – Pada 23 Januari 2024, Aruna diundang oleh Direktorat Perundingan Organisasi Perdagangan Dunia, Kementerian Perdagangan (Kemendag), untuk turut menuangkan pikiran di sebuah workshop bertajuk “Fisheries Subsidy and Trade”. Workshop ini merupakan hasil kerja sama antara Kemendag dengan ARISE Plus Indonesia untuk membahas isu-isu di World Trade Organization (WTO), seperti rencana pembuatan aturan mengenai pembatasan subsidi yang bertujuan untuk memangkas praduga kelebihan kapasitas dan penangkapan ikan. Kehadiran Aruna kali ini diwakili secara langsung oleh Co-Founder dan Chief Sustainability Officer Aruna, Utari Octavianty. 

Rencana pembatasan subsidi yang menjadi topik utama dalam workshop ini menjadi ajang bagi Aruna untuk menyuarakan opini nelayan-nelayan kecil yang Aruna jumpai setiap harinya. Utari mengatakan, “Intinya, WTO Agreement on Fisheries Subsidies bertujuan untuk mengatur, dan jika memungkinkan, membatasi subsidi yang diberikan kepada industri perikanan oleh negara-negara anggota WTO, termasuk Indonesia. Pembatasan subsidi dari top management ini tentu juga akan berimbas pada jumlah subsidi yang dapat diberikan oleh pemerintah Indonesia kepada industri perikanan dalam negeri. Khawatirnya, daya saing industri perikanan dalam negeri akan ikut terguncang, terutama jika negara-negara lain masih bisa kasih subsidi yang lebih besar. Penurunan pendapatan dan kerugian kompetitif bagi industri perikanan Indonesia—itu yang Aruna pikirkan.”

Sebagai DNA bisnis Aruna, Aruna menilai bahwa nelayan kecil di Indonesia kemungkinan besar akan menghadapi tantangan dalam menghadapi kompetisi dengan nelayan dari negara-negara lain, yang mungkin masih menerima subsidi besar-besaran dari pemerintah mereka. Ujar Utari, “Jika industri perikanan menengah sampai besar pun tak dapat menghindar dari tekanan yang disebabkan keterbatasan subsidi, apalagi nelayan kecil. Hal ini akan semakin menekan kesempatan dan daya saing nelayan kecil di pasar domestik maupun internasional. Sangat disayangkan, tentu saja.” Persoalan antidumping yang baru-baru ini tengah hangat diperbincangkan adalah salah satu dari bukti bahwa besar kecilnya subsidi memengaruhi daya saing produk. “Bisa jadi susah ekspor karena harga dari kita berpotensi untuk merusak harga pasar lokal di negara tujuan,” sambungnya.

Kendati demikian, Pablo Quiles, seorang manajer dari sebuah perusahaan konsultan manajemen global bernama International Economics Consulting Ltd.,  yang pun berperan sebagai Senior Non-Key Expert di WTO, menyebutkan bahwa diskusi ini tak semata-mata membahas tentang subsidi perikanan. Setelah memberikan pengantar disiplin mengenai perikanan di WTO, ia menegaskan, “Perlu di-highlight bahwa diskusi tentang perjanjian ini semata-mata hanya bertujuan untuk melindungi sumber daya ikan yang rentan terhadap praktik-praktik perikanan yang destruktif. Pengurangan subsidi ini hanyalah aspek pendukung lain yang sedang kami timbang baik-baik. Apa yang menjadi masukan dari kawan-kawan di sini tentu sangat berarti dan akan WTO pertimbangkan secara jauh lebih komprehensif lagi. Semua yang terbaik untuk kesehatan dan kuantitas populasi ikan dunia.”

Aruna Hadir di IDF 2023: Bahas Upaya Bisnis untuk Ekonomi Biru

Batam, Indonesia – Upaya Aruna untuk turut serta dalam pengembangan dan pembangunan bidang ekonomi biru terus berjalan, baik melalui program pengembangan komunitas secara mandiri maupun kolaborasi dengan pihak terkait. Untuk mendukung kolaborasi tersebut, Aruna bersinergi dengan berbagai pihak agar pembangunan yang dilakukan tepat sasaran dan bermanfaat. Seperti di penghujung tahun 2023, Utari Octavianty, Co-Founder dan Chief Sustainability Officer Aruna hadir dalam puncak acara Indonesia Development Forum (IDF) 2023, wadah yang disediakan oleh Kementerian PPN/Bappenas bagi pelaku di berbagai sektor untuk bertukar gagasan seputar pembangunan di Indonesia.

Indonesia Development Forum (IDF) 2023 diselenggarakan di Radisson Golf & Convention Center Batam pada Senin, 18 Desember 2023. Kegiatan ini dibuka dengan seremonial peluncuran Indonesia Blue Economy Roadmap Edisi 2 oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Perindustrian, dan Gubernur Kepulauan Riau, dilanjutkan dengan Marketplace Session dari pelaku industri dan akademisi, dan ditutup dengan special session dengan berbagai topik seputar Blue Economy.

Utari Octavianty, Co-Founder dan Chief Sustainability Officer Aruna, mendapat kesempatan untuk berbagi seputar Upaya Pemberdayaan Nelayan Kecil dan Masyarakat Pesisir melalui Implementasi Inovasi dan Teknologi dalam Special Session: Promoting Inclusion in Indonesia’s Blue Economy. “Diantara teknologi yang Aruna terapkan salah satunya seperti Alat Penanda Lokasi (APL) pada kapal nelayan. APL ini mendukung terlaksananya traceability (ketertelusuran) produk serta membantu memastikan Nelayan Aruna menangkap ikan sesuai dengan regulasi sehingga mencegah terjadinya overfishing.”

Utari menegaskan kembali, “Tidak cukup dengan meningkatkan kualitas komoditas yang ditangkap (melalui APL), Aruna juga berupaya memberdayakan nelayan dan masyarakat pesisir melalui program reguler yakni GAHAR dan SARASEHAN, memberikan edukasi mengenai penangkapan ikan yang berkelanjutan supaya ekosistem laut tetap terjaga dalam waktu yang lama, serta dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bersama.”

Sebelumnya, mengutip dari antaranews, Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Amalia Adininggar Widyasanti menyatakan ekonomi biru (blue economy) bukan hanya soal perikanan.

“Ekonomi biru tidak terbatas hanya pada ranah perikanan. Tetapi, kalau kita lihat apa yang disampaikan oleh UNCTAD (United Nations Conference on Trade and Development), sektor-sektor bernilai tambah tinggi adalah manufaktur berteknologi tinggi berbasis kelautan, industri perkapalan, industri peralatan pelabuhan lainnya, serta berbagai potensi pengembangan bioteknologi berbasis kelautan,” ujarnya dalam Road to Indonesia Development Forum (IDF) 2023, di Pulau Biak, Papua, Sabtu (25/11).

Aruna berharap, hadirnya Indonesia Development Forum (IDF) 2023 ini dapat menciptakan sinergi dan mendorong kolaborasi antar pelaku pembangunan di semua sektor untuk bersama mewujudkan ekonomi biru di Indonesia khususnya bagi sektor-sektor ketahanan pangan salah satunya industri kelautan dan perikanan.

Lanjutan Kompetisi Tech di Tiongkok: Aruna Wakili Indonesia, Jadi Runner Up Pertama di Babak Final

Guangzhou, Tiongkok – Menindaklanjuti kemenangan Aruna pada ajang “SME Innovation and Entrepreneurship Global Contest 2023” yang telah diumumkan pada 16 Oktober 2023 lalu di Beijing, Aruna kembali diundang ke Guangzhou oleh Kementerian Industri dan Teknologi Informasi Tiongkok untuk melanjutkan langkah ke tahap final pada tanggal 29 November hingga 1 Desember 2023. Pada agenda yang juga bertujuan untuk mempromosikan inovasi, lingkungan kewirausahaan, serta peraturan insentif terkait investasi berkelanjutan ini, Aruna telah berhasil menyabet prestasi sebagai juara runner up ke-1 secara global. Aruna adalah satu-satunya perusahaan yang mewakili Indonesia di ajang ini.

Sebelumnya, Aruna beserta peserta lain yang lolos di babak final ini diminta untuk mengerjakan sebuah proyek sebagai simulasi pencetusan dan validasi pengembangan ide bisnis mereka. Secara khusus, Aruna mengangkat pembahasan tentang “Digital Supply Chain Challenge”. Li Yan, Wakil Direktur Jenderal Pusat China untuk Promosi Pengembangan UKM, mengatakan, “Nilai dasar, objektif, dan eksekusi proyek menjadi beberapa poin yang paling dinilai dalam kompetisi ini. Ide mereka harus selangkah atau bahkan lima langkah lebih jauh dari apa yang telah mereka mulai saat ini. Kemudian, kita lihat: apakah sudah tepat mengenai pain point yang dialami oleh pasar mereka? Sebab hal itulah yang biasa memengaruhi laju dan umur bisnis mereka. Kami lihat ini di Aruna.”

Dr. Peter Finn, CEO dan Co-Founder salah satu peserta asal Singapura yang juga mengikuti kontes tersebut, mengatakan, “Aruna dan perusahaan yang saya wakili ini sebetulnya memiliki irisan yang sama. Memanfaatkan teknologi AI, kami berfokus pada inovasi teknologi blockchain dan  komputasi terdistribusi, yang kemudian kami kawinkan dengan pengurangan kredit karbon. Tujuannya adalah untuk menciptakan ekonomi sirkular dan transisi energi yang terbaharukan. Base-nya sama-sama ESG, meski pendekatan dan ekosistem bisnisnya agak jauh beda. Aruna lebih ke pemberdayaan nelayan dan act sebagai supply chain aggregator. Saya ucapkan selamat secara khusus untuk Aruna atas kemenangannya. What an inspiration. Dengan agenda ini, kita sama-sama berharap agar kita dapat semakin berlari menuju masa depan yang lebih baik. Wish each other luck.”

Pada agenda yang sama, Aruna dan kontestan yang lain diminta untuk menjadi mentor bagi beberapa perusahaan startup asal Tiongkok yang telah terpilih untuk ikut serta dalam kontes ini. Dengan kasus proyek simulasi serupa, mereka kemudian menjadi tim yang dibina oleh keempat kontestan “SME Innovation and Entrepreneurship Global Contest 2023”, termasuk oleh Aruna. “Kita juga berbicara tentang sharing di sini, jadi bukan melulu tentang kompetisi, ya. Ya, ini titik imbangnya. Berhasil menjadi juara runner up yang pertama, sekaligus punya kesempatan buat berbagi ilmu dan pengalaman bagi sejumlah startup terpilih di Tiongkok. Semoga dengan mewakili Indonesia di ajang ini, Aruna bisa turut serta mewujudkan masa depan yang lebih baik dan menjanjikan, utamanya bagi komunitas pesisir Indonesia yang telah tergabung di ekosistem kami,” tutup Utari Octavianty, Co-Founder dan Chief Sustainability Officer Aruna.

Perusahaan Perikanan Indonesia Raih Sustainable Seafood Product 2023 Award

Aruna, sebuah perusahaan perikanan yang menyediakan seafood segar dan berkualitas, baru saja meraih penghargaan bergengsi dari WWF-Indonesia & Seafood Savers. Penghargaan tersebut diberikan dalam kategori “Sustainable Seafood Products 2023”.

Penyerahan penghargaan bertepatan dengan Hari Ikan Nasional 2023 yang bertajuk “Ikan untuk Generasi Emas”. Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Budi Sulistyo, menyampaikan apresiasi kepada Aruna atas komitmennya dalam melakukan perbaikan perikanan di Indonesia.

Aruna menilai, penghargaan ini merupakan bentuk pengakuan dan apresiasi yang semakin mempertegas kontribusinya di sektor industri perikanan Indonesia. Aruna menerapkan prinsip ESG (Environment, Social & Governance) dalam praktik bisnisnya untuk mewujudkan keseimbangan antara planet, profit, dan people.

Dengan mengusung konsep “from sea to table”, Aruna mampu menjamin kesegaran dan kualitas terbaik dari produk nelayannya. Hal ini menarik minat pembeli dari pasar internasional. Selain itu, Aruna juga mengedukasi masyarakat Indonesia untuk makan ikan melalui kampanye #RevolusiProtein.

Utari Octavianty, Chief Sustainability Officer Aruna, menyampaikan terima kasih kepada KKP, WWF, dan Seafood Saver atas penghargaan yang diberikan. Utari juga menegaskan komitmen Aruna untuk terus menyajikan seafood dengan jaminan kualitas terbaik.

“Fokus kami adalah bagaimana nelayan bisa sejahtera dan kami berkomitmen untuk menyajikan pilihan seafood yang berkualitas & sustain. Komitmen ini yang membuat produk nelayan lokal sudah mendapatkan pangsa pasar global/internasional. Kami juga akan terus berdampingan dengan pemerintah untuk memajukan industri ini,” ujar Utari.

Aruna dan Keberlanjutan

Aruna berkomitmen untuk menjalankan bisnisnya secara berkelanjutan, baik dari segi lingkungan, sosial, maupun tata kelola. Komitmen ini diwujudkan melalui penerapan prinsip ESG dalam praktik bisnisnya.

Dari segi lingkungan, Aruna berkomitmen untuk menjaga kelestarian sumber daya kelautan. Untuk itu, Aruna bekerja sama dengan nelayan lokal untuk menerapkan praktik penangkapan ikan yang berkelanjutan. Aruna juga mendukung upaya konservasi laut, seperti penanaman terumbu karang.

Dari segi sosial, Aruna berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan. Untuk itu, Aruna memberikan harga yang adil kepada nelayan dan membantu mereka mengembangkan bisnisnya. Aruna juga memberikan pelatihan kepada nelayan tentang praktik penangkapan ikan yang berkelanjutan.

Aruna dan Masa Depan Perikanan Indonesia

Aruna adalah salah satu perusahaan perikanan yang berperan penting dalam mewujudkan perikanan berkelanjutan di Indonesia. Komitmen Aruna untuk keberlanjutan telah memberikan dampak positif bagi lingkungan, nelayan, dan masyarakat Indonesia.

Aruna telah berhasil meningkatkan kesejahteraan nelayan lokal. Selain itu, Aruna juga telah berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia tentang pentingnya mengonsumsi seafood yang berkelanjutan.

Aruna adalah contoh yang baik bagi perusahaan perikanan lainnya. Dengan menerapkan prinsip ESG, perusahaan perikanan dapat menjalankan bisnisnya secara berkelanjutan dan memberikan dampak positif bagi masyarakat.

Kolaborasi dan Inovasi Aruna untuk Perluas Pasar Perikanan Internasional

Indonesia memiliki potensi untuk menjadi salah satu eksportir produk perikanan terbesar di dunia. Potensi ini didukung oleh luasnya wilayah perairan Indonesia, keanekaragaman hayati laut yang tinggi, dan sumber daya yang melimpah.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menetapkan target ekspor hasil perikanan Indonesia sebesar USD 7,66 miliar atau setara dengan Rp 116,1 triliun pada tahun 2023. Untuk mencapai target tersebut, diperlukan inovasi dan kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan perusahaan perikanan.

Sebagai perusahaan perikanan terintegrasi yang berfokus untuk menghubungkan nelayan lokal ke pasar yang lebih luas, Aruna telah menerapkan inovasi dan kolaborasi yang berkelanjutan. Upaya ini terbukti memberikan dampak positif bagi sektor perikanan. Apa saja langkah inovasi dan kolaborasi yang dilakukan oleh Aruna untuk memajukan sektor perikanan di Indonesia?

Inovasi Aruna di Sektor Perikanan

Kami menggunakan teknologi berupa aplikasi internal untuk melacak pergerakan produk perikanan dari nelayan ke konsumen. Teknologi ini bertujuan untuk meringkas rantai pasok perikanan dan memastikan ketertelusuran produk. Dengan begitu, konsumen dapat mengetahui asal-usul produk dan memastikan bahwa produk tersebut aman dan berkelanjutan.

Selain itu, kami juga memanfaatkan berbagai platform penjualan untuk memperluas pasar produk perikanan kami, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Upaya ini bertujuan untuk membangun jembatan yang kuat antara nelayan, pemasok, dan konsumen, sehingga produk-produk unggulan kami dapat semakin dikenal oleh dunia.

Di sisi lain, kami memiliki program pengembangan komunitas bagi nelayan dan masyarakat pesisir. Program ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan nelayan, meningkatkan kualitas produk perikanan, dan meningkatkan keberlanjutan sektor perikanan.

Atas inovasi-inovasi tersebut, Aruna dipercaya untuk menerima penghargaan dalam “SME Innovation and Entrepreneurship Global Contest 2023” yang diselenggarakan oleh Global Innovation and Technology Platform (GITP) di Beijing, Tiongkok. Li Yan, Deputy Director General of China Centre for Promotion of SME Development, menyampaikan, Aruna dinilai berhasil menggabungkan penerapan teknologi, pengembangan komunitas, dan konsep keberlanjutan laut. Keberhasilan ini membuka peluang kolaborasi untuk memperluas pasar internasional, terutama di Tiongkok.

Peluang Kolaborasi dan Ekspansi Internasional

zero waste fisheries

Nilai ekspor perikanan Indonesia ke Tiongkok yang besar menunjukkan bahwa produk perikanan Indonesia sangat diminati di pasar dunia. Tiongkok adalah negara tujuan ekspor perikanan terbesar kedua bagi Indonesia, setelah Amerika Serikat. Pada tahun 2022, nilai ekspor perikanan Indonesia ke Tiongkok tercatat sebesar USD 1,12 miliar atau setara dengan Rp 17 triliun. Nilai ini meningkat 26,3% dibandingkan tahun sebelumnya.

Indraka Fadhlillah, Chief Operating Officer Aruna, berharap Aruna dapat mengembangkan kolaborasi dengan Tiongkok dan negara-negara lainnya. Kolaborasi ini diharapkan dapat mendorong kemajuan dan perkembangan potensi perikanan Indonesia.

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Beijing juga memberikan dukungan kepada Aruna dalam mengembangkan perikanan tangkap Indonesia. Budi Hansyah, Atase Perdagangan KBRI di Beijing, menyatakan siap mendukung langkah Aruna dalam memanfaatkan potensi ekosistem kelautan Indonesia.

Menjadi Inspirasi bagi Industri Perikanan

Kami berharap inovasi dan kolaborasi yang telah berjalan bisa menginspirasi setiap elemen di industri perikanan untuk bekerja sama dalam menghadapi berbagai tantangan. Kerja sama ini akan membantu memajukan sektor perikanan Indonesia menjadi lebih kuat dalam jangka panjang, sehingga Indonesia dapat mencapai target ekspor hasil perikanan ke pasar internasional.

Namun demikian, inovasi dan kolaborasi juga harus memerhatikan aspek keberlanjutan. Untuk itulah kami melalui Local Heroes yang tersebar di pesisir Indonesia, selalu mendampingi dan mengedukasi Nelayan Aruna. Kami berkomitmen untuk menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan, mematuhi kebijakan Penangkapan Ikan Terukur (PIT), dan tidak melakukan overfishing. Sehingga ekosistem laut bisa terus lestari dan hasilnya bisa dinikmati oleh semua.

Ramaikan TEI 2023, Aruna Targetkan Perluasan Market Varian Produk Perikanan Indonesia

Jakarta, Indonesia – Kementerian Perdagangan (Kemendag) kembali menggelar Trade Expo Indonesia (TEI) tahun ini dengan tema Sustainable Trade For Global Economic Resilience yang diselenggarakan pada 18 – 22 Oktober 2023 di ICE BSD, Tangerang – Banten. 

Mengutip info dari Kemendag bahwa TEI tahun ini menargetkan nilai transaksi sebesar USD 11 miliar atau sekitar Rp171,73 triliun yang dimana lebih rendah dari tahun 2022 lalu. Target ini ditetapkan dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi dunia yang sedang masuk dalam fase pemulihan pasca Covid-19. Maka, pemerintah mendorong para pelaku industri khususnya ekspor untuk dapat berpartisipasi dalam ajang ini.

Aruna sebagai integrated fisheries commerce & supply chain aggregator perikanan asal Indonesia turut serta dalam ajang TEI 2023 ini. Aruna menilai, TEI menjadi gerbang pembuka bagi perusahaan untuk mempromosikan produk tangkapan nelayan lokal Indonesia di tingkat nasional hingga internasional. Serta, Tema TEI tahun ini juga selaras dengan prinsip bisnis  Aruna yang mengedepankan sustainability fisheries dalam bisnisnya. “Aruna menerapkan sustainable bisnis, kami juga memiliki alat untuk dapat melacak asal usul produk kami mulai dari tangkapan hingga sampai di tangan konsumen. Kami sangat mengedepankan traceability produk dalam menjalankan bisnis di Aruna. Saat ini kami juga tengah fokus menjajaki sertifikat MSC yang merupakan sertifikat bergengsi di industri ini”, ujar Utari Octavianty, CoFounder & Chief Sustainability Officer Aruna.

Di sela-sela pameran berlangsung, Aruna menjajaki beberapa potential buyer yang tertarik dengan produk perikanan lokal Indonesia seperti komoditas rajungan, tuna, tongkol, cakalang, lobster dan lainnya. Menurut Utari Octavianty, CoFounder & Chief Sustainability Officer Aruna, “TEI adalah event yang bagus karena secara langsung mempertemukan pelaku bisnis dengan calon buyer sehingga komunikasi terbangun, dapat saling tukar informasi terkait dengan kebutuhan mereka, ini dapat menjadi awalan yang baik untuk menjajaki bisnis kami kedepannya.”.

Aruna menargetkan di ajang TEI 2023 dapat membuka market baru untuk varian komoditas produk perikanan asal Indonesia yang lebih beragam dan juga dapat menyasar negara-negara South East Asia dan Eropa. Aruna berharap, melalui TEI 2023 dapat menarik minat calon potential buyer baru dari seluruh dunia sehingga produk nelayan Indonesia semakin dikenal dan mendunia.