Upaya Konservasi Penyu di Laut Indonesia Menjadi Prioritas

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki kekayaan alam laut yang harus dijaga kelestariannya. Oleh karena itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berfokus pada pemulihan ekosistem perairan melalui upaya konservasi wilayah laut, termasuk perlindungan habitat penyu di Indonesia.

Melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut (Ditjen PKRL), KKP telah menetapkan 5,5 juta hektar habitat penyu sebagai kawasan konservasi. Langkah ini merupakan bagian dari komitmen Indonesia untuk melindungi penyu dan peran pentingnya dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut.

Mengapa Harus Dilakukan Upaya Konservasi Penyu?

World Wide Fund for Nature (WWF) menyebutkan bahwa selama 30 tahun terakhir, diperkirakan 1,1 juta ekor penyu di dunia telah dieksploitasi dan diperdagangkan secara ilegal. Wilayah Asia Pasifik menjadi pusat pasar gelap untuk penyelundupan daging, telur, dan karapas penyu.

Sementara itu, Indonesia menjadi rumah bagi enam dari tujuh spesies penyu di dunia. Laut Indonesia menjadi jalur migrasi, tempat mencari makan, dan lokasi berkembang biak bagi mereka. Enam spesies tersebut adalah:

  • Penyu hijau (Chelonia mydas)
  • Penyu sisik (Eretmochelys imbricata)
  • Penyu lekang (Lepidochelys olivacea)
  • Penyu belimbing (Dermochelys coriacea)
  • Penyu pipih (Natator depressus)
  • Penyu tempayan (Caretta caretta)

Maka, pemerintah Indonesia memberikan perhatian besar pada perlindungan penyu sebagai salah satu biota perairan yang terancam punah. Menurut Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Firdaus Agung, upaya konservasi penyu adalah hal yang harus diprioritaskan.

Komitmen Pemerintah dalam Konservasi Penyu

KKP telah menetapkan 44 kawasan khusus konservasi penyu yang berada di 20 lokasi prioritas di 15 provinsi. Langkah nyata dalam upaya pelestarian penyu ini diwujudkan melalui Penetapan Rencana Aksi Nasional (RAN) Konservasi Penyu 2020-2024, yang menjadi pedoman dalam pengelolaan penyu di Indonesia.

Selain itu, KKP juga mengidentifikasi rencana konservasi penyu dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), pemerintah daerah, perguruan tinggi, organisasi kemasyarakatan, dan kelompok masyarakat. Upaya kolaboratif ini diharapkan dapat memperkuat efektivitas upaya konservasi penyu di Indonesia.

Hasil yang Dicapai dalam Upaya Konservasi Penyu

Selama tahun 2023, upaya konservasi penyu yang dilakukan oleh KKP dan para pemangku kepentingan telah menunjukkan hasil yang positif. Terdapat pencapaian signifikan di beberapa lokasi, diantaranya adalah:

  • Penurunan perburuan penyu di Paloh, Sambas, Kalimantan Barat dan Pulau Buru, Maluku. Hal ini berhasil dicapai melalui kerjasama dengan kelompok masyarakat dalam melakukan pemantauan dan pengawasan pantai peneluran.
  • Penurunan pemanfaatan langsung penyu belimbing di Kepulauan Kei, Maluku Tenggara. Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian penyu menjadi salah satu faktor utama dalam pencapaian ini.
  • Dukungan dari WWF terhadap pembentukan Kawasan Konservasi Perairan di Buru Utara, Maluku. Penetapan kawasan konservasi ini diharapkan dapat memberikan perlindungan yang lebih luas bagi habitat penyu dan biota laut lainnya.

Upaya konservasi penyu di laut Indonesia merupakan sebuah komitmen yang harus terus dilakukan. KKP berkomitmen untuk terus memperluas kawasan konservasi laut dan meningkatkan efektivitas program konservasi penyu. Kolaborasi antar pihak juga menjadi kunci dalam mewujudkan pelestarian penyu dan laut Indonesia.

Aruna, sebagai perusahaan perikanan yang berkomitmen terhadap keberlanjutan, turut mendukung upaya konservasi penyu di Indonesia. Kami mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama menjaga kelestarian biota laut dan ekosistemnya.

Mari kita jaga penyu, jaga laut, dan jaga masa depan!

Bersama Yayasan Maritim, Aruna Bangkitkan Semangat Belajar Anak-anak Pesisir

Aruna menjalin kolaborasi dengan Yayasan Maritim dalam program donasi buku dan peralatan sekolah bagi anak-anak di wilayah pesisir. Dalam program ini, kami telah berhasil menjangkau lebih dari 500 anak pesisir yang tersebar di belasan titik operasional Aruna di seluruh pelosok negeri.

Program donasi dilaksanakan secara reguler sebagai bentuk komitmen Aruna untuk meningkatkan literasi anak-anak pesisir sekaligus mempersiapkan anak-anak pesisir dalam membangun masa depan industri perikanan yang berkelanjutan. Harapannya, program ini mampu membuka peluang bagi anak-anak pesisir agar mencapai masa depan yang lebih cerah.

Meningkatkan Literasi Anak-anak Pesisir

Akses terhadap pendidikan dan buku masih menjadi tantangan bagi anak-anak pesisir di Indonesia. Di Papua, misalnya, hanya 36,1% siswa kelas 3 SD yang memiliki keterampilan literasi yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak anak pesisir yang membutuhkan bantuan untuk meningkatkan kemampuan literasinya.

Aruna memahami pentingnya literasi bagi anak-anak pesisir. Maka dari itu, kami memberikan perhatian besar pada program peningkatan minat baca pada anak. Melalui donasi buku-buku pengetahuan umum, agama, dan fiksi, kami berharap dapat menumbuhkan kecintaan anak-anak terhadap buku dan mendorong anak-anak pesisir untuk terus belajar dan mengeksplorasi berbagai hal baru.

Saat ini, Aruna dan Yayasan Maritim telah melaksanakan program donasi di Aceh, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, dan Papua. Kami berencana untuk melanjutkan program ini di titik-titik operasional Aruna lainnya.

Mempersiapkan Masa Depan Industri Perikanan yang Berkelanjutan

Dengan literasi yang baik, anak-anak pesisir akan menjadi penerus yang cakap dalam memajukan industri perikanan. Anak-anak pesisir dapat menjadi nelayan dan pelaku usaha perikanan profesional yang memahami konsep-konsep kelautan dan perikanan, serta memiliki keterampilan yang memadai. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian pesisir.

Komitmen Aruna untuk Pendidikan Anak-anak Pesisir

Utari Octavianty, Co-Founder dan Chief Sustainability Officer Aruna, mengungkapkan bahwa pemahaman akan konsep keberlanjutan dan aspek praktikal terkait harus dimulai dengan kemampuan literasi yang baik. Dengan dukungan sederhana dari Aruna, diharapkan dapat membangkitkan semangat anak-anak pesisir dalam belajar.

Ke depan, akan tiba saatnya bagi anak-anak pesisir untuk mengambil alih peran-peran penting dalam industri perikanan. Oleh karena itu, perlu dilakukan persiapan yang matang agar anak-anak pesisir dapat mengelola laut Indonesia dengan jauh lebih baik di masa mendatang.

“Jika bukan anak-anak pesisir, siapa yang akan olah laut kita di masa mendatang?” tegas Utari.