Peran Keterlibatan Perempuan dalam Implementasi Ekonomi Biru
Di Indonesia, perempuan memiliki peran penting dalam sektor kelautan dan perikanan. Keterlibatan perempuan dalam implementasi Ekonomi Biru sangat diperlukan untuk mencapai pembangunan kelautan dan perikanan yang berkelanjutan. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya untuk mendukung peran perempuan di sektor kelautan dan perikanan. Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi perempuan di segala aspek dan memberikan akses yang lebih luas bagi perempuan.
Mari membahas peran perempuan dalam implementasi Ekonomi Biru dan upaya KKP dalam meningkatkan partisipasi perempuan di sektor kelautan dan perikanan.
Peran Perempuan dalam Ekonomi Biru
Peran perempuan dalam sektor perikanan mencakup seluruh rantai nilai dari hulu ke hilir. Menurut data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), sebanyak 148.221 perempuan terlibat sebagai pelaku usaha perikanan, yang mewakili sekitar 10% dari total pelaku usaha perikanan di sektor ini. Profesi yang digeluti meliputi nelayan, pembudi daya ikan, pengolah ikan, pemasar ikan, pemasar antar pelabuhan, dan petambak garam.
Setidaknya, terdapat tiga peran perempuan dalam mendukung Ekonomi Biru, di antaranya:
- Sebagai penggerak ekonomi keluarga.
Keterlibatan perempuan dapat meningkatkan pendapatan keluarga dan mendorong pembangunan ekonomi maritim. - Sebagai agen perubahan dalam komunitas.
Perempuan pesisir dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian laut dan keberlanjutan perikanan. - Menjaga ketahanan pangan masyarakat pesisir.
Partisipasi perempuan dapat membantu meningkatkan akses terhadap makanan bergizi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat pesisir.
Upaya KKP Memperkuat Peran Perempuan
Menyadari perlunya peningkatan peran perempuan dalam sektor kelautan dan perikanan, KKP mengambil beberapa langkah strategis sebagai berikut:
- Menetapkan kebijakan yang mendukung kesetaraan gender di sektor kelautan dan perikanan melalui Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP) No. 51 Tahun 2016, Permen KP No. 43 Tahun 2023, dan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan (Kepmen KP) No. 84 Tahun 2020.
- Mengikutsertakan perempuan dalam program Kampung Nelayan Modern (Kalamo) dan Kampung Perikanan Budidaya.
- Menyediakan program pelatihan dan akses permodalan, serta bantuan sarana perikanan, termasuk alat tangkap, budidaya ikan, dan pengolahan ikan.
- Memberikan fasilitas pendidikan gratis bagi anak pelaku utama perikanan.
Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, menjelaskan bahwa pengarusutamaan gender merupakan salah satu aspek penting dalam implementasi Ekonomi Biru. Oleh karena itu, KKP mengalokasikan anggaran sebesar Rp662 miliar untuk program pengarusutamaan gender pada tahun 2024. Anggaran ini terus meningkat setiap tahunnya, di mana pada tahun 2021 dialokasikan sebesar Rp288 miliar.
Aruna Mendukung Perempuan untuk Terlibat di Berbagai Sisi
Di Aruna, perempuan juga memiliki peran penting dalam menjalankan bisnis perusahaan dan mendukung Ekonomi Biru. Perempuan menduduki posisi-posisi strategis, seperti Utari Octavianty yang menjabat sebagai Co-Founder dan Chief Sustainability Officer di Aruna. Begitu juga dengan para perempuan yang terlibat sebagai Nakama Aruna dan Local Heroes.
Aruna juga memberdayakan perempuan pesisir untuk aktif sebagai Aruna Picker, yang bertugas mempersiapkan dan mengelompokkan komoditas tangkapan nelayan berdasarkan grade-nya. Selain itu, melalui Yayasan Maritim, para perempuan pesisir juga terlibat dalam pengembangan produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), mulai dari memberikan keterampilan baru hingga mempromosikan produk yang dihasilkan.
Keterlibatan perempuan dalam Ekonomi Biru adalah kunci untuk mencapai pembangunan kelautan dan perikanan yang berkelanjutan dan adil. Memberikan kesempatan pada perempuan untuk terlibat dalam berbagai aspek kebijakan Ekonomi Biru merupakan langkah inklusif untuk memajukan sektor perikanan dan kelautan Indonesia.
Waduh, Overfishing Bikin Ikan Berkurang Hampir 90%?
Overfishing, atau penangkapan ikan secara berlebihan, merupakan ancaman serius bagi kelestarian sumber daya ikan dan ekosistem laut. Dalam beberapa dekade terakhir, jumlah ikan yang ditangkap telah melebihi tingkat populasi alaminya, yang mengakibatkan penurunan stok ikan di seluruh dunia.
Di Indonesia, fenomena ini semakin mengkhawatirkan. Menurut hasil penelitian “Trends in Marine Resources and Fisheries Management in Indonesia in 2022” yang dilakukan oleh World Research Institute, ditemukan bahwa lebih dari 50% dari populasi ikan liar di Indonesia mengalami overfishing. Hal ini tidak hanya berdampak pada generasi saat ini, tetapi juga generasi mendatang.
Jika tidak ditangani dengan tepat, diperkirakan pada tahun 2050, populasi ikan konsumsi akan runtuh. Artinya, generasi mendatang akan mengalami kesulitan mendapatkan ikan sebagai sumber pangan.
1. Penyebab Overfishing
Faktor yang dapat menyebabkan overfishing, yaitu:
Penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan.
Alat tangkap yang tidak ramah lingkungan dapat menangkap ikan secara tidak selektif, termasuk spesies yang bukan target (bycatch) dan spesies berukuran kecil.
Penangkapan ikan yang berlebihan dan di luar musim.
Tangkapan ikan berlebihan dapat mengakibatkan penurunan populasi ikan secara drastis. Sementara itu, penangkapan ikan di luar musim dapat mengganggu proses pemijahan dan pertumbuhan ikan.Daerah penangkapan ikan yang tidak terlindungi.
Daerah yang tidak terlindungi rentan terhadap praktik penangkapan ikan yang tidak bertanggung jawab karena tidak ada pengawasan dalam penangkapan.
2. Dampak Overfishing
Dampak overfishing terhadap spesies ikan konsumsi sangatlah besar. Jika terus berlanjut, populasi ikan dapat menurun hingga 90%. Hal ini akan mengakibatkan gangguan keseimbangan rantai makanan dalam ekosistem laut. Hasil tangkapan nelayan juga akan semakin sedikit, sehingga pendapatan nelayan pun akan menurun.
Dalam jangka panjang, overfishing memiliki dampak bagi generasi mendatang. Salah satu dampaknya adalah hilangnya sumber protein ikan, yang berpengaruh negatif terhadap kesehatan dan gizi anak-anak. Ikan merupakan sumber protein yang terjangkau dan mudah didapat, sehingga sangat penting bagi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.
Tidak hanya itu, overfishing juga berdampak pada ekosistem laut secara keseluruhan. Kerusakan terumbu karang akibat overfishing dapat mengurangi keanekaragaman hayati laut dan hilangnya habitat bagi spesies laut.
3. Upaya Aruna dalam Mencegah Overfishing
Sebagai perusahaan perikanan yang peduli terhadap keberlanjutan sumber daya laut, Aruna turut berperan aktif dalam mencegah overfishing. Kami menggunakan alat tangkap ramah lingkungan, seperti bubu, pancing ulur, pancing rawai, jaring angkat, dan jaring insang untuk mengurangi dampak negatif bagi ekosistem laut.
Selain itu, Aruna juga mendukung kebijakan Penangkapan Ikan Terukur yang digagas oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Kami berupaya mematuhi aturan-aturan yang telah dicanangkan dalam kebijakan Penangkapan Ikan Terukur (PIT) agar populasi ikan tetap terjaga.
Dalam rangka mendukung perikanan skala kecil, kami memberdayakan nelayan lokal dengan memberikan bantuan pelatihan dan pendampingan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan keterampilan dan produktivitas nelayan, sehingga nelayan dapat memperoleh hasil tangkapan yang lebih berkualitas.
Overfishing adalah masalah serius yang harus segera diatasi. Kami mengajak seluruh masyarakat untuk turut berperan dengan memilih produk perikanan dari perusahaan yang menerapkan praktik perikanan berkelanjutan. Dengan demikian, kita dapat menjaga sumber daya laut untuk masa depan yang lebih baik.
Mari bersama-sama menjaga kelestarian sumber daya ikan dan ekosistem laut agar generasi mendatang tetap bisa menikmati ikan yang lezat dan bergizi.
Konsumsi Ikan Bisa Cegah Stunting
Kekurangan gizi pada anak masih menjadi masalah yang mengkhawatirkan. Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 menunjukkan bahwa prevalensi stunting pada balita di Indonesia adalah 21,6%. Angka ini masih jauh dari target yang ditetapkan oleh pemerintah, yaitu sebesar 14% pada tahun 2024.
Stunting adalah kondisi di mana anak mengalami pertumbuhan fisik yang tidak optimal akibat kekurangan gizi kronis. Asupan gizi yang memadai sangatlah penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan intervensi gizi, salah satunya dengan rutin mengonsumsi ikan. Simak ulasan berikut untuk mengetahui manfaat konsumsi ikan dalam mencegah stunting.
Ketahui Manfaat Konsumsi Ikan Untuk Cegah Stunting
Mengapa Konsumsi Ikan Bisa Mencegah Stunting?
Ikan merupakan sumber protein hewani berkualitas tinggi dan mengandung berbagai asam amino essensial yang dibutuhkan oleh tubuh. Protein berperan penting dalam mendukung pertumbuhan fisik anak, termasuk tulang, otot, dan jaringan tubuh lainnya. Asam amino juga dibutuhkan untuk mengaktifkan enzim dan hormon pertumbuhan.
Konsumsi ikan secara rutin, yaitu sebanyak 2-3 kali per minggu, dapat berkontribusi dalam mencegah stunting. Di Indonesia, ikan merupakan sumber pangan yang mudah didapat dan harganya terjangkau. Masyarakat dapat mengonsumsi berbagai jenis ikan lokal yang bergizi, seperti kembung, tuna, tongkol, dan tenggiri.
Anak yang diberikan asupan gizi terbaik pada 1000 hari pertama kehidupannya, atau sejak dalam kandungan hingga usia 2 tahun, berpotensi tidak menjadi stunting. Sebaliknya, kekurangan gizi selama periode ini dapat meningkatkan risiko stunting yang berdampak pada kualitas hidup anak.
Konsumsi Ikan di Indonesia
Angka Konsumsi Ikan (AKI) nasional mencapai 56,48 kilogram per kapita pada tahun 2022. Pada tahun tersebut, rata-rata setiap individu mengonsumsi ikan seberat 56,48 kilogram dalam satu tahun. Data ini mencakup berbagai jenis ikan, baik ikan air tawar maupun ikan laut.
Namun, jumlah ini masih perlu ditingkatkan. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menetapkan target AKI nasional pada tahun 2024 menjadi 62,05 kilogram per kapita. Peningkatan konsumsi ikan menunjukkan bahwa masyarakat semakin sadar akan pentingnya asupan gizi yang memadai, sehingga dapat mencegah stunting.
Peran KKP dalam Upaya Pencegahan Stunting
KKP memiliki program GEMARIKAN (Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan) yang bertujuan untuk meningkatkan konsumsi ikan bagi masyarakat Indonesia. Program ini diharapkan dapat mendorong masyarakat agar menjadikan ikan sebagai sumber protein utama untuk memenuhi kebutuhan gizi. Untuk mendukung implementasi program tersebut, diperlukan kerjasama yang melibatkan berbagai komponen masyarakat, termasuk keluarga.
Keluarga memiliki peran penting dalam mendukung program GEMARIKAN. Sajikan ikan yang lezat dan menarik dalam menu makanan sehari-hari agar anak suka makan ikan. Pilihlah ikan dan seafood yang berasal dari sumber yang berkelanjutan untuk mendukung keberlanjutan perikanan. Selain itu, pantau pertumbuhan anak secara berkala agar dapat mendeteksi potensi stunting lebih awal.
Konsumsi ikan berperan penting dalam pencegahan stunting. Itulah sebabnya, setiap individu perlu mengonsumsi ikan secara rutin, terutama bagi ibu hamil dan anak-anak. Konsumsi ikan lokal juga dapat mendukung keberlanjutan perikanan sehingga ikan tetap menjadi sumber pangan yang terjangkau bagi masyarakat Indonesia di masa depan.
Aruna mengajak seluruh masyarakat untuk meningkatkan konsumsi ikan dalam keluarga demi mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan konsumsi ikan yang rutin, anak Indonesia akan tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, dan tidak stunting.
Mari konsumsi ikan agar anak-anak Indonesia bebas stunting!
Peringati Hari Nelayan, Aruna juga Rayakan Hari Jadi Seafood by Aruna yang ke-3
Pada 6 Juni 2023, Aruna merayakan Hari Nelayan Nasional sekaligus hari kelahiran Seafood by Aruna yang ke-3. Melalui gerakan #RevolusiProtein, Aruna tak hanya berfokus untuk menyejahterakan 40.000 Nelayan Aruna yang terdaftar, tetapi juga untuk memberikan asupan protein yang bersumber dari ikan laut untuk konsumen di Indonesia. Hari ini menjadi momen untuk mengapresiasi Nelayan Aruna dan mengingat bagaimana awal mula Aruna mencetuskan Seafood by Aruna.
1. Seafood by Aruna lahir saat COVID-19
Di tengah tantangan yang terjadi akibat COVID-19, Aruna dituntut untuk berpikir beberapa langkah lebih jauh. Demi menjamin permintaan dan ketersediaan pasar yang berkelanjutan bagi para nelayan, Aruna pun mulai menginisiasi dan menjalankan Seafood by Aruna. Berfokus pada pasar domestik, kelahiran Seafood by Aruna ini juga ditujukan untuk memenuhi protein masyarakat Indonesia yang pun dapat menjaga imun tubuh mereka dari serangan COVID-19 kala itu.
2. Produk seafood pilihan pasar lokal dan global
Sebanyak 40% dari keseluruhan pasar yang Aruna miliki adalah pasar domestik. Adapun, salah satu faktor yang membuat Aruna berhasil mempertahankan pangsa fisheries supply—tak hanya di pasar domestik, tetapi juga pasar global—adalah karena komitmen dan tanggung jawab Aruna untuk memberikan produk seafood pilihan. Melalui teknologi, aspek traceability, sustainable fisheries, dan Good Manufacturing Practices (GMP) adalah beberapa hal yang Aruna ingin jamin.
3. Nelayan skala kecil harus diperhatikan
Utari Octavianty, Co-Founder dan Chief Sustainability Officer Aruna, mengatakan, “Hingga saat ini, Aruna telah menghasilkan lebih dari 23 komoditas produk perikanan unggulan dengan kualitas internasional yang juga mengisi pasar perikanan domestik. Terutama untuk konsumen ritel lokal, produk-produk unggulan Aruna dapat diperoleh dengan membelinya di e-commerce Seafood by Aruna.”
Pemerintah sendiri juga telah mengambil langkah untuk melakukan hilirisasi pada produk perikanan demi kemajuan perekonomian sektor kelautan dan perikanan. Utari menyambung, “Adanya ketentuan ini justru mendorong kita untuk menjadi sumber informasi bagi pemerintah mengenai betapa fundamentalnya peran nelayan skala kecil. Dengan demikian, meski proses hilirisasi telah dimulai, nelayan skala kecil tetap tak lepas dari perhatian kita. Selamat Hari Nelayan dan semoga Seafood by Aruna bisa berlayar semakin jauh!”
APL, Inovasi Aruna bagi Keberlanjutan Ekosistem Laut Indonesia
Sudah saatnya kita turut menyejahterakan industri laut Indonesia melalui penggunaan teknologi.
Aruna sebagai pelaku aktif dalam fisheries industry di Indonesia, turut berupaya untuk memajukan dan menjamin keberlangsungan ekosistem kelautan dan perikanan melalui inisiasi pemberian salah satu inovasi berupa APL (Alat Penanda Lokasi) pada nelayan-nelayan di bawah naungannya.
Di tengah naiknya penemuan dan penggunaan utilitas modern, fasilitas monitoring menjadi salah satu hal yang dapat diimplementasikan untuk menjamin kepatuhan kegiatan kelautan dan perikanan terhadap regulasi yang berlaku. Selain itu, APL (Alat Penanda Lokasi) tentu juga akan membawa dampak yang baik bagi para nelayan. Hm, kok bisa?
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang penggunaan teknologi APL dan komitmen Aruna dalam pemanfaatan APL bagi para nelayan, yuk, kita simak penjelasan di bawah ini!
Pengertian APL
Alat Penanda Lokasi (APL) atau Tracking Device merupakan alat bagi nelayan maupun pelaku industri perikanan untuk memantau wilayah tangkapan nelayan, frekuensi kegiatan penangkapan, dan jumlah tangkapan. Dengan adanya APL, kepatuhan nelayan terhadap regulasi perikanan pun bisa lebih diamati dan terjamin, sehingga ekosistem laut juga ikut terjaga. Ketika lingkungan laut dan para pelaku perikanan bisa saling menjaga dan memonitor satu dengan yang lainnya, industri kelautan dan perikanan di Indonesia pun diharapkan dapat menjadi semakin solid.
Siapa saja yang bisa memanfaatkan APL?
Berbicara mengenai fisheries industry, ekosistem yang baik perlu ditunjang oleh setiap pelaku yang berada di dalamnya. Dengan keterlibatan semua pihak dalam aktivitas perikanan ini, seluruh pihak dapat memanfaatkan fitur dan manfaat dari implementasi APL. Hal tersebut seperti nelayan, peneliti atau badan riset dan observasi laut, sampai pembuat kewenangan di sektor perikanan. Semakin banyak pihak yang terlibat, semakin baik pula masa depan laut Indonesia.
Aksi nyata Aruna dalam pemanfaatan APL
Inovasi yang dilakukan oleh Aruna secara langsung ikut menerapkan pemanfaatan APL bagi para Nelayan Aruna, sehingga pada tanggal 26 Februari 2022, Aruna telah melaksanakan sosialisasi dan pelatihan terkait APL kepada 10 nelayan penerima manfaat di Jenebora, Kalimantan Timur. Pelatihan berlangsung selama 1 jam untuk memaparkan fungsi dan manfaat APL. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan nelayan terhadap regulasi anti-IUU Fishing.
Dalam implementasi APL (Alat Penanda Lokasi), tentu diperlukan adanya pendampingan untuk para nelayan. Oleh sebab itu, kegiatan ini pun dilanjut hingga tanggal 28 Februari 2022 dengan agenda pemasangan APL ke kapal nelayan. Pemasangan dilakukan oleh nelayan dengan pendampingan pihak Yayasan Maritim. Hingga saat ini, seluruh alat sudah aktif. Aruna dan Global Fishing Watch juga menyatakan komitmen mereka melalui sebuah kolaborasi yang menggaungkan keaktifan mereka sebagai pelaku aktif pemanfaatan APL. Keduanya pun secara rutin melakukan pemantauan terhadap perolehan data dan implementasi teknologi APL.
Seruan technology meets fisheries sudah selarasnya mulai diyakini dan dipraktikan secara nyata. Hal ini diharapkan mewujudkan ekosistem dan sustainable fisheries bisa selalu terjaga. Aruna memberikan contoh nyata dengan adanya inisiatif inovasi melalui pemanfaatan APL. Sehingga semua sektor perikanan dapat saling bersinergi dalam membentuk laut dan fisheries industry yang baik dan berkelanjutan.
Aruna Ciptakan Forum Perikanan Berkelanjutan
Pada 17 dan 18 Maret 2022 lalu, Aruna, startup perikanan asal Indonesia yang merevolusi ekosistem perdagangan hasil laut melalui teknologi, mengadakan sebuah acara bertajuk “Indonesia Ocean Sustainability Forum (IOSF) 2022 by Aruna”.
Sebagai satu dari sekian rangkaian acara hari jadi Aruna yang ke-6, IOSF 2022 by Aruna menghadirkan sebuah FGD, talkshow, dan webinar yang mengupas tuntas mengenai implementasi keberlanjutan ekosistem laut. Acara anniversary Aruna yang ke-6 turut dihadiri oleh berbagai pembicara ahli, seperti akademisi, pejabat pemerintah, praktisi bisnis, dan LSM.
Acara tersebut dibuka oleh Co-Founder dan Chief Sustainability Officer Aruna, Utari Octavianty. Ia mengatakan, “IOSF 2022 by Aruna ini menandai optimisme kami pada keberlanjutan ekosistem laut yang bisa diimplementasikan melalui proses bisnis yang bertanggung jawab di aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Hingga saat ini, melalui Local Heroes kami di lapangan, kami mengedukasi nelayan tentang banyak hal, seperti pengetahuan penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan dan tentang pentingnya konsep keberlanjutan. Di lain hal, kami juga memfasilitasi mereka dengan akses menuju permodalan, asuransi kesehatan, sekaligus menyediakan lapangan pekerjaan untuk istri para nelayan.”
Dihadiri Oleh Pakar Ahli Perikanan dari Berbagai Bidang
Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Republik Indonesia, Sakti Wahyu Trenggono, yang diwakili oleh Kepala Badan Riset dan SDM KP, I Nyoman Radiarta, turut memberikan dukungannya terkait dengan harmoni ekologi dan ekonomi pada ekosistem kelautan atau dikenal dengan Blue Economy. Blue Economy ini diyakini mampu membuka peluang investasi dan lapangan kerja, serta semakin mendongkrak perekonomian nasional. Mengamini hal tersebut, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menyebutkan bahwa pihaknya juga siap untuk mengumpulkan komitmen global dalam rangka merealisasikan restorasi kesehatan laut dengan menerapkan kuota penangkapan. Hal tersebut dilakukan demi terwujudnya sustainable fishery dan seafood. Pada kesempatan yang sama, LPEM UI pun menyampaikan hasil risetnya terkait peningkatan perekonomian masyarakat wilayah pesisir pasca kehadiran Aruna sebagai startup dalam negeri yang bergerak di bidang fishery industry.
Hasil Dari “Indonesia Ocean Sustainability Forum (IOSF) 2022”
Untuk diketahui secara lebih rinci, riset dan acara IOSF 2022 by Aruna secara keseluruhan mengacu pada 3 poin utama di bawah ini, yaitu:
- Pentingnya merumuskan dan membumikan konsep Blue Economy serta memiliki blue print yang jelas tentang strategi perikanan Indonesia.
- Diperlukannya pendampingan dan edukasi bagi nelayan Indonesia tentang Climate Change beserta dampaknya pada komoditas laut.
- Perumusan peraturan pemerintah yang ajeg dan memihak pada masyarakat. Hal ini dilakukan agar para pelaku usaha dapat beroperasi dengan lebih tenang dan tingkat kepercayaan investor pada sektor perikanan di Indonesia pun akan semakin tinggi.
Harapannya, 3 poin tersebut dapat menjadi framework kita bersama dalam mencapai keberlanjutan ekosistem dan perikanan. “Indonesia Ocean Sustainability Forum (IOSF) 2022 by Aruna” ini menandai komitmen Aruna untuk mensejahterakan seluruh pemangku kepentingan di industri perikanan, mulai dari nelayan, masyarakat pesisir, pelaku bisnis, pemerintah, serta masyarakat umum, seperti konsumen.