Udang dan Tuna Kembali Jadi Primadona Ekspor Perikanan Indonesia

Udang dan tuna kembali menjadi komoditas unggulan ekspor perikanan Indonesia pada periode Januari-Juni 2023. Berdasarkan laporan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), total nilai ekspor perikanan Indonesia pada periode tersebut mencapai sekitar 2,8 miliar dolar AS, atau setara dengan Rp 44 triliun.

Amerika Serikat, Jepang, dan China menjadi pasar utama ekspor perikanan Indonesia pada periode ini. Tingginya nilai ekspor perikanan merupakan hasil kontribusi dari sektor perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Kali ini, kita bahas kondisi ekspor perikanan Indonesia di paruh pertama 2023 dan potensinya di masa depan, yuk.

1. Udang dan Tuna Sebagai Komoditas Utama

Udang merupakan kategori dengan nilai terbesar dalam ekspor perikanan, yaitu 567 juta dolar AS, atau setara dengan Rp 8,9 triliun. Ada 3 jenis udang yang menjadi unggulan, yaitu udang vaname, udang windu, dan udang merguensi. Pasar utama udang Indonesia adalah Amerika Serikat.

Pada tahun 2022, Amerika Serikat juga menjadi negara tujuan utama ekspor udang Indonesia dengan share pasar sebesar 60%. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara pengekspor udang terbesar ketiga di dunia.

Selanjutnya, tuna-cakalang-tongkol (TCT) menjadi komoditas ekspor terbesar yang kedua, dengan nilai ekspor mencapai 282 juta dolar AS, atau setara dengan Rp 4,4 triliun. Jepang menjadi pasar utama ekspor kategori ini, terutama ikan tuna yang menjadi produk dengan permintaan tertinggi.

Ikan tuna sangat diminati di pasar global karena memiliki rasa yang lezat dan bergizi tinggi. Sebagai sumber protein hewani, ikan tuna sering dijadikan bahan utama dalam hidangan populer, seperti sushi dan sashimi.

2. Diversifikasi dan Potensi Produksi Perikanan

Cumi-sotong-gurita (CSG) juga menjadi salah satu komoditas ekspor perikanan dengan nilai yang tinggi, yaitu 195 juta dolar AS, atau setara dengan Rp 3 triliun. Pasar utama CSG adalah China. Selain ketiga kategori yang telah disebutkan, komoditas ekspor perikanan juga meliputi rajungan, kepiting, lobster, rumput laut, mutiara, dan produk laut lainnya, termasuk produk olahan.

Direktur Pemasaran Ditjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Erwin Dwiyana, mengatakan bahwa potensi perikanan Indonesia dapat mencapai 12 juta ton per tahun. KKP optimistis bahwa sumber daya laut Indonesia yang kaya dapat mendukung aktivitas ekspor produk perikanan.

3. Masa Depan Ekspor Perikanan Indonesia

Ekspor perikanan Indonesia diperkirakan akan terus tumbuh di masa depan. Hal ini didukung oleh berbagai upaya pemerintah untuk meningkatkan daya saing produk perikanan Indonesia di pasar internasional.

Salah satu upaya KKP untuk meningkatkan ekspor produk perikanan adalah dengan menggelar Foreign Buyers Mission (FBM). Dalam kegiatan ini, KKP mengundang importir potensial dari berbagai negara untuk melihat langsung produk perikanan di Indonesia. Kegiatan ini bertujuan agar importir dapat lebih memahami potensi produk perikanan Indonesia, sehingga akan meningkatkan peluang ekspornya.

Udang dan tuna adalah produk perikanan Indonesia yang paling banyak diekspor. KKP berupaya mengoptimalkan produksi perikanan untuk memenuhi target ekspor 2023 sebesar USD 7,66 miliar, atau setara dengan Rp 116,1 triliun.

Aruna berkomitmen untuk mendukung peningkatan ekspor perikanan Indonesia. Kami menyediakan platform digital yang menghubungkan nelayan dengan pembeli dari berbagai negara, sehingga membantu nelayan untuk dapat menjangkau pasar yang lebih luas. Sejak 2016 hingga kini, Aruna telah ada di 31 provinsi di Indonesia dengan lebih dari 40.000 Nelayan Aruna yang teregistrasi. Pada awal 2023, Aruna telah bertumbuh sebanyak 62% dibandingkan tahun sebelumnya, lho.

Selain itu, kami juga menerapkan praktik perikanan berkelanjutan untuk menjaga kelestarian sumber daya perikanan di Indonesia. Dengan demikian, komoditas perikanan Indonesia akan terus menjadi unggulan dan dapat memenuhi kebutuhan pasar perikanan, baik lokal maupun internasional.

Aruna Dukung KKP Kembangkan SDM untuk Implementasi Penangkapan Ikan Terukur

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya untuk mewujudkan pengelolaan perikanan berkelanjutan di Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan adalah penerapan kebijakan Penangkapan Ikan Terukur (PIT), salah satu agenda prioritas KKP dalam Ekonomi Biru. PIT adalah kebijakan yang mengatur kuota dan zona penangkapan ikan. Tujuannya adalah untuk menjaga sumber daya perikanan dan lingkungan, serta pemerataan ekonomi nasional.

Kebijakan PIT melibatkan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dalam sektor perikanan. Melalui program ini, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPPSDM KP) menempatkan taruna-taruni satuan pendidikan lingkup KKP di pelabuhan-pelabuhan perikanan di berbagai daerah di Indonesia.

Tempatkan SDM Melalui Program PKL

Para taruna dari satuan pendidikan lingkup KKP diberikan kesempatan untuk belajar di pangkalan pendaratan ikan pasca produksi. Penempatan taruna di 30 pelabuhan perikanan ini juga dilaksanakan untuk menjalankan kurikulum pendidikan Praktik Kerja Lapang (PKL).

PKL dianggap sebagai langkah strategis untuk mengembangkan SDM perikanan. Dalam program PKL, para taruna terlibat dalam manajemen landing, termasuk pencatatan data jumlah dan jenis ikan, pengetahuan tentang Alat Penangkapan Ikan (API), dan aktivitas di pelabuhan perikanan. Hal ini bertujuan meningkatkan skill dan kompetensi taruna, serta melibatkan taruna dalam praktik pengelolaan perikanan berkelanjutan secara langsung.

Pentingnya Implementasi PIT untuk Perikanan Berkelanjutan

Kepala BPPSDM KP, I Nyoman Radiarta, menyadari pentingnya PIT sebagai metode yang efektif dalam menerapkan perikanan berkelanjutan dan menjaga keseimbangan ekosistem laut. BPPSDM KP juga berkomitmen untuk mendukung penuh seluruh program yang berkaitan dengan PIT.

Implementasi PIT memerlukan SDM yang terlatih dan kompeten dalam berbagai aspek pengelolaan perikanan. Oleh karena itu, pemerintah akan terus meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan bagi taruna-taruni satuan pendidikan lingkup KKP. “Kita semua akan bekerja sama dengan tim, instruktur, dan stakeholder terkait untuk memastikan bahwa kegiatan ini berjalan dengan lancar dan efektif.” kata Nyoman.

Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, menekankan pentingnya SDM unggul dalam mencapai keberhasilan Program dan Kebijakan Ekonomi Biru. Kualitas SDM harus menjadi prioritas utama untuk ditingkatkan, terutama dalam pengelolaan perikanan yang berkelanjutan.

Dukungan Aruna dalam Kebijakan PIT

supplier perikanan, perusahaan perikanan

Sebagai perusahaan perikanan yang berkomitmen dalam sustainablity, Aruna menggunakan standar ketertelusuran produk (traceability) untuk melacak seluruh produk yang dihasilkan. Selain itu, kami juga menerapkan praktik penangkapan ikan yang ramah lingkungan dan menghindari overfishing, sesuai dengan regulasi dan prinsip pengelolaan perikanan berkelanjutan.

Lebih dari itu, kami meyakini bahwa pengembangan SDM adalah salah satu upaya untuk mewujudkan keberlanjutan perikanan. Dalam konteks ini, kami memastikan seluruh SDM Aruna, termasuk para nelayan, komunitas pesisir, dan Local Heroes, memahami prinsip sustainable fisheries dan pentingnya menjaga kelestarian laut.

Kami mengajak masyarakat dan para pelaku usaha perikanan untuk bergabung dalam upaya mendukung kebijakan PIT. Semua pihak harus berperan aktif dalam melestarikan laut dan menjaga keberlanjutan sumber daya perikanan.

Melalui kolaborasi dan komitmen bersama, kita dapat mewujudkan pengelolaan perikanan yang berkelanjutan dan menjaga ekosistem laut. Laut adalah sumber kehidupan bagi seluruh makhluk hidup. Laut yang lestari tentu akan memberikan manfaat bagi masyarakat, kelautan, dan perikanan di Indonesia.

Alat Tangkap Ikan Ramah Lingkungan untuk Keberlanjutan Laut

Laut menyediakan berbagai sumber daya, seperti makanan, mineral, dan minyak. Kelestarian ekosistem laut perlu dijaga agar dapat terus memberikan manfaat bagi manusia. Namun, aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab, seperti destructive fishing, dapat mengancam kelestarian laut.

Destructive fishing adalah penangkapan ikan dengan alat bantu yang merusak ekosistem laut. Cara ini juga dapat menyebabkan kematian ikan-ikan, termasuk ikan yang tidak ditargetkan. Contoh destructive fishing adalah menggunakan racun, bom, setrum, pukat harimau, atau cantrang. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukkan bahwa terdapat 653 kasus destructive fishing di Indonesia pada rentang tahun 2013-2019. Bukti ini menunjukkan bahwa perilaku destructive fishing telah menyebabkan kerusakan laut yang sangat besar.

Alat Tangkap Ramah Lingkungan

alat tangkap ikan ramah lingkungan

Alat tangkap yang ramah lingkungan adalah alat tangkap yang tidak merusak ekosistem laut dan ikan. Berikut adalah tiga contoh alat tangkap ramah lingkungan yang digunakan oleh nelayan, yaitu:

a. Bubu

Bubu adalah alat tangkap ikan tradisional yang terbuat dari potongan bambu yang disusun dan diikat dengan tali plastik. Bentuk bubu bervariasi, bisa berupa segi empat, silinder, atau trapesium. Cara menggunakannya adalah dengan meletakkannya di jalur yang biasa dilalui oleh ikan. Prinsip kerja bubu adalah menjebak ikan dengan cara membingungkan penglihatannya. Ikan yang masuk ke dalam bubu akan terperangkap dan tidak dapat keluar lagi. Bubu juga dapat digunakan untuk menangkap rajungan.

b. Jaring Insang (Gillnet)

Jaring insang adalah alat tangkap ikan berbentuk persegi panjang dengan mata jaring yang sama. Alat ini berfungsi untuk menjerat ikan, terutama ikan berukuran kecil dan menengah. Dengan menggunakan jaring insang, sekali tangkap bisa mendapatkan banyak ikan sekaligus.

c. Pancing (Hook and Line)

Alat tangkap ini dapat digunakan untuk menarik perhatian ikan target, dengan atau tanpa umpan. Ikan target akan tertangkap pada mata pancing yang terpasang pada tali, lalu ikan ditarik hingga ke permukaan laut. Yang termasuk dalam kategori ini adalah rawai dan pancing. Pancing biasanya digunakan untuk menangkap ikan berukuran besar.

Dampak Penggunaan Alat Tangkap Ramah Lingkungan

Penggunaan alat tangkap ramah lingkungan dapat memberikan berbagai manfaat, antara lain menjaga keanekaragaman hayati laut, mencegah kerusakan habitat laut, dan meningkatkan kualitas produk perikanan yang dihasilkan. Nelayan dan kapal yang menggunakan alat tangkap ikan ramah lingkungan, turut mendukung perwujudan keberlanjutan ekosistem laut. Hal ini sejalan dengan kebijakan KKP dalam implementasi Ekonomi Biru.

Aruna Menggunakan Alat Tangkap Ramah Lingkungan

Sebagai salah satu supplier perikanan di Indonesia, Aruna berkomitmen untuk menggunakan alat tangkap ikan ramah lingkungan dalam proses produksinya. Kami bekerja sama dengan nelayan untuk mengembangkan dan menggunakan alat tangkap ikan ramah lingkungan, seperti bubu. Bubu digunakan untuk menangkap rajungan, yang merupakan salah satu komoditas perikanan unggulan kami.

Penggunaan alat tangkap ikan ramah lingkungan merupakan salah satu upaya untuk menjaga lingkungan laut. Untuk ikut mendukung keberlanjutan ekosistem laut, kamu dapat memilih produk perikanan yang dihasilkan dengan menggunakan alat tangkap ikan ramah lingkungan. Dengan memilih produk Aruna, kamu dapat membantu menjaga laut tetap lestari. Bersama-sama, kita dapat berkontribusi dalam merawat sumber daya laut demi generasi mendatang.

Indonesia Bangga, Pempek Jadi Hidangan Seafood Terlezat di Dunia

Pempek jadi makanan khas Indonesia yang mencuri perhatian dunia kuliner. Berdasarkan TasteAtlas, sebuah situs ensiklopedia kuliner dunia, Pempek adalah hidangan seafood terlezat di dunia dengan rating 4.8. Nilai ini sama dengan Amêijoas à Bulhão Pato yang merupakan hidangan seafood asal Portugal dan sedikit lebih tinggi dari Sushi, hidangan asal Jepang.

Hidangan lezat ini terbuat dari daging ikan yang digiling halus dan dicampur dengan tepung sagu. Kelezatannya terletak pada kombinasi sempurna antara tekstur kenyal dari adonan pempek dan kelembutan daging ikan tenggiri yang digunakan. Ketika digigit, pempek memberikan sensasi yang unik.

Konon, pempek pertama kali diperkenalkan oleh seorang pedagang Tionghoa yang biasa dipanggil Apek. Dia hidup pada zaman Kesultanan Palembang yang dipimpin oleh Sultan Mahmud Badaruddin II. Apek memiliki ide untuk memanfaatkan ikan yang melimpah dengan membuat berbagai jenis masakan, salah satunya pempek. Ia pun menggiling daging ikan, mencampurnya dengan tepung sagu, lalu menggorengnya hingga renyah dan lezat.

Pempek mudah ditemukan di berbagai warung makan, restoran, atau pedagang kaki lima di seluruh Indonesia. Bahan utama pembuatan pempek terdiri dari ikan tenggiri, tepung sagu, dan air. Langkah pembuatannya yaitu mengambil daging dan kulit dari ikan tenggiri segar. Lalu daging ikan dihaluskan dan dicampur dengan tepung sagu, air, dan bumbu seperti bawang putih dan garam. Adonan kemudian dibentuk sesuai dengan jenis pempek yang diinginkan.

Ada berbagai variasi pempek, seperti kapal selam, lenjer, adaan, dan kulit. Pempek kapal selam memiliki tekstur yang kenyal dan isian telur rebus di bagian tengahnya. Pempek lenjer memiliki bentuk silindris dengan tekstur yang lembut. Pempek adaan berbentuk bulat. Sedangkan pempek kulit bentuknya pipih dan lebih garing karena berbahan kulit ikan tenggiri.

Penyajian pempek biasanya dilengkapi dengan kuah cuko yang menjadi ciri khas hidangan ini. Kuah cuko terbuat dari campuran bahan seperti air, cuka, gula, garam, bawang putih, dan cabai. Rasa asam, manis, dan pedas menyegarkan lidah saat dicampur dengan pempek. Selain itu, pempek juga bisa dilengkapi dengan irisan timun segar, ebi, dan kerupuk untuk menambah kelezatan hidangan.

Provinsi Sumatera Selatan, khususnya Palembang, saat ini menjadi sentra produksi pempek di Indonesia. Menurut Asosiasi Pengusaha Pempek di Palembang, produksi pempek mencapai 11 ton per hari dan meningkat menjadi 17 ton per hari saat bulan Ramadhan. Selain untuk konsumsi masyarakat lokal, penjualan pempek ke luar daerah bahkan luar negeri juga dilakukan. Jabodetabek menjadi wilayah tujuan utama pengiriman pempek dari Sumatera Selatan. Beberapa negara lain juga menjadi tujuan ekspor pempek, antara lain Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, Australia, dan Jepang.

Sebagai makanan yang telah mendapatkan pengakuan internasional, pempek menjadi bukti bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam industri kuliner. Keberhasilan pempek masuk dalam jajaran hidangan seafood terlezat di dunia tahun 2023 bukan hanya sebuah prestasi, tapi juga merupakan langkah penting dalam memperkenalkan kekayaan kuliner Indonesia ke dunia internasional. Pempek menjadi duta kuliner Indonesia yang memperlihatkan keahlian dalam mengolah ikan laut menjadi hidangan yang menggugah selera.

Jika ingin mencoba membuat pempek sendiri di rumah, pastikan kamu menggunakan bahan-bahan yang segar dan berkualitas. Kamu bisa mengandalkan supplier ikan laut yang menyediakan ikan tenggiri berkualitas tinggi. Salah satu pilihan terbaik adalah Seafood by Aruna, yang secara khusus menjual ikan laut dan memiliki reputasi yang terpercaya.

Dengan memilih ikan tenggiri berkualitas, kamu dapat memastikan rasa dan tekstur pempek yang optimal. Hasil pempek yang kamu buat akan memiliki cita rasa yang memikat, sejalan dengan kelezatan pempek yang telah diakui secara internasional.

Majukan Fisheries Main Industry Dengan Kedepankan Kolaborasi

Farid Naufal Aslam selaku Co Founder dan CEO Aruna membagikan pengalaman yang dikenyam olehnya selama menjalankan Aruna yang merupakan perusahaan perikanan yang berkeinginan menjadikan sustainable fisheries sebagai motor untuk memajukan sektor fisheries main industry. Apalagi pengimplementasian keberlanjutan ini sekarang sudah dilandasi oleh pemerintah yang menjadikan ekonomi biru sebagai haluan pembangunan negara, dimana kemaritiman merupakan poros penting. (lebih…)

Produk Nelayan Aruna jadi Primadona Fisheries Supply di Amerika

Di Amerika Utara, Seafood Expo North America (SENA) merupakan ajang pameran seafood yang terbesar. Ribuan pihak yang terkait dalam fisheries supply, termasuk pihak pembeli dan pemasok pun bertemu karena menghadiri pameran tahunan yang diselenggarakan selama tiga hari ini. Apalagi Amerika Utara sendiri memang merupakan salah satu negara besar yang aktif melakukan kegiatan impor berbagai produk hasil fisheries industry dari berbagai negara di seluruh dunia. Dalam ajang SENA, Aruna Crab sebagai produk rajungan premium yang telah diproduksi dengan memenuhi standar keberlanjutan global, menjadi produk primadona bagi para pembeli yang hadir dalam kegiatan ini.

Aruna telah lama merambah pasar Amerika Utara, tepatnya sejak tahun 2017 silam dan masih bertahan hingga saat ini karena permintaan impor ulang dari pasar Amerika Utara terus berlanjut hingga sekarang. Salah satu faktor yang bisa membuat Aruna berhasil mempertahankan pangsa fisheries supply di pasar global, karena Aruna memiliki komitmen dan tanggung jawab yang diemban untuk memberikan produk seafood pilihan. Karena konsumen di mancanegara sudah sangat memerhatikan aspek traceability, sustainable fisheries, dan Good Manufacturing Practices (GMP) dari setiap produk yang masuk ke rantai pasok supplier seafood di negara mereka.

Aruna Bantu Pemerintah Untuk Pasarkan Produk Perikanan ke Pasar Global

Aruna Assists the Government in Global Fishery Product Marketing, fisheries supply

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan sendiri, memang tengah gencar mendorong para pelaku fisheries industry untuk mengekspor komoditas produk perikanan. Adapun pemerintah telah menargetkan 5 komoditas produk perikanan agar dapat mendunia, yakni udang, lobster, kepiting, rumput laut dan ikan tilapia. Selaku integrated fisheries commerce dan supply chain aggregator asal Indonesia, Aruna telah turut membantu target pemerintah Indonesia untuk meramaikan pasar ekspor dengan memasok 3 komoditas berupa kepiting, udang dan ikan yang telah Aruna ekspor untuk memenuhi fisheries supply global, khususnya Amerika.

Aruna Fokus Penuhi Permintaan Fisheries Supply di Mancanegara dengan Produk Kualitas Berstandar Global

Utari Octavianty-CoFounder dan Chief Sustainability Officer Aruna menyatakan bahwa Produk Aruna telah lama hadir di pasar internasional, dengan fokus pada komoditas yang berbeda di setiap negara. Contohnya, rajungan Aruna telah diakui kualitasnya oleh masyarakat Amerika, dan Aruna selalu memenuhi permintaan mereka akan produk tersebut. Selain itu, beberapa komoditas unggulan lainnya dari Aruna juga digemari oleh masyarakat internasional. Hingga saat ini, Aruna telah menghasilkan lebih dari 23 komoditas produk perikanan unggulan dengan kualitas internasional yang juga mengisi pasar perikanan domestik. Konsumen ritel, baik lokal maupun internasional, dapat merasakan produk-produk unggulan Aruna yang berkualitas tinggi dengan membelinya di e-commerce Seafood by Aruna.

Hingga kini, Aruna dan ekosistem Aruna Hub telah tumbuh bersama 40.000 Nelayan Aruna dan 500 perempuan pesisir dalam menghasilkan produk perikanan yang telah memenuhi Global Standard Food Safety dengan penilaian tertinggi, sehingga produk yang dipasarkan oleh Aruna layak untuk dipasarkan di pasar internasional. Terlebih lagi pemerintah telah mengambil langkah untuk melakukan hilirisasi pada produk perikanan, demi dapat memajukan perekonomian kelautan. Dengan pertumbuhan yang telah dicapai hingga saat ini, Aruna semakin optimis untuk dapat membantu pemerintah melakukan hilirisasi produk perikanan di Indonesia agar bisa mendunia.

Peran Penyuluh Penting Dalam Sustainable Fisheries Development

Pemerintah Republik Indonesia telah menjadikan ekonomi biru sebagai haluan serta mencanangkan visi untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Keduanya tentu mensyaratkan Indonesia agar memiliki pilar yang kuat di sektor kelautan dan perikanan. Karena sektor kelautan dan perikanan akan memegang posisi yang semakin penting, maka diperlukan strategi sustainable fisheries development yang komprehensif dan mumpuni agar dapat menjadikan dunia maritim Indonesia sebagai tulang punggung pembangunan yang kokoh.

Dalam menjalankan sustainable fisheries development, ketersediaan dan kualitas parah penyuluh turut memegang peran penting untuk mencapai keberhasilan penerapan program prioritas yang telah dicanangkan pemerintah, khususnya Kementerian Kelautan dan Perikanan. Hal ini dikarenakan para penyuluh bertugas mendampingi serta menjadi penghubung untuk menyampaikan informasi seputar dunia perikanan dari pemerintah pusat ke daerah-daerah. Mengingat peran penting yang diemban oleh tenaga penyuluh perikanan, maka sangat miris ketika fakta di lapangan justru mengungkapkan bahwa jumlah mereka masih belum sesuai dengan kebutuhan.

Berbagai Daerah Masih Kekurangan Tenaga Penyuluh Perikanan

aruna fokus dalam penyuluhan sustainability perikanan

Salah satu contoh kasus kekurangan tenaga penyuluh perikanan ini terjadi di Kabupaten Empat Lawang, Provinsi Sumatera Selatan. Koordinator Penyuluh Perikanan Kabupaten Empat Lawang, Andi Ramlan S.Pi. mengungkapkan bahwa di area kerjanya hanya terdapat 7 orang yang tergabung dalam tim penyuluh perikanan di Dinas Perikanan Kabupaten Empat Lawang. Sementara di Kabupaten Empat Lawang terdapat 10 kecamatan dan di Kecamatan Pendopo seharusnya disediakan 2-3 orang penyuluh karena kegiatan perikanan di sana lebih besar dibandingkan kecamatan lain.

“Idealnya satu kecamatan satu orang penyuluh perikanan. Kita ada 10 kecamatan. Akan tetapi juga tergantung wilayah perikanannya seperti Kecamatan Pendopo itu idealnya 2 atau 3 orang penyuluh perikanan,” demikian kata Andi Ramlan. Apalagi mengingat tugas mereka sangat penting untuk mengoordinasikan kegiatan perikanan di Satuan Administrasi Pangkalan (satminkal) penyuluhan perikanan serta dinas kelautan dan perikanan Provinsi Sumsel. Selain itu, para penyuluh perikanan juga bertugas melakukan verifikasi serta menandatangani pelaporan dan absensi penyuluhan perikanan dan melaksanakan tugas lain yang didelegasikan oleh BRSDM KP (Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan).

Kekurangan Penyuluh Perikanan Akan Berdampak Pada Jalannya Sustainable Fisheries Development

Persoalan kekurangan sumber daya manusia (SDM) di badan KKP ini harus segera diselesaikan, apalagi mengingat pemerintah baru saja mereformasi sistem pendidikan kelautan dan perikanan dan melakukan meleburkan seluruh unit menjadi Ocean Institute of Indonesia (OII). Karena jika jumlah SDM penyuluh perikanan tidak memenuhi jumlah yang ideal, maka penerapan sustainable fisheries development akan mengalami keterlambatan karena penyampaian informasi dari pusat ke daerah-daerah tidak dapat berjalan dengan baik dan tentunya akan mengakibatkan keterlambatan juga pada berjalannya fisheries industry.

Local Hero dan Aruna Hub, Bukti Aruna Menyadari Pentingnya Ketersediaan SDM Penyuluh Perikanan

Selama ini Aruna sebagai perusahaan perikanan yang fokus untuk meningkatkan taraf hidup nelayan melalui kegiatan perikanan yang berkelanjutan, menyadari betul pentingnya posisi pendamping dan penyuluh dalam mengawal berjalannya kegiatan perikanan. Melalui peran aktif ekosistem kelautan dan perikanan Aruna Hub serta peran para Local Hero di setiap daerah inilah, Aruna berhasil melakukan transfer ilmu, pengetahuan dan teknologi ke masyarakat pesisir. Ya, bukan hanya para nelayan saja yang merasakan peningkatan taraf hidup, melainkan masyarakat non nelayan yang bermukim di pesisir pun turut merasakan dampak positif.

Aruna berhasil mengedukasi para penduduk pesisir khususnya perempuan untuk dapat menghasilkan produk turunan dari sisa hasil kegiatan penangkapan atau budidaya perikanan. Produk yang mereka hasilkan pun dibantu pemasarannya agar dapat disalurkan ke konsumen potensial seperti restoran, hotel maupun supplier seafood di berbagai daerah hingga ke luar negeri. Oleh karena itu melihat kenyataan bahwa masih banyak daerah pesisir di Indonesia yang kekurangan tenaga penyuluh perikanan, sangat memprihatinkan. Semoga pemerintah dapat bekerjasama dengan para akademisi maupun sektor swasta untuk dapat segera menyelesaikan permasalahan kekurangan SDM ini.