BCL Sebagai Wujud Nyata Sustainable Fisheries Development di Indonesia
Bulan Oktober di tahun 2022 ini akan menjadi bulan yang sibuk bagi siapapun yang memiliki keterkaitan dengan dunia perikanan dan kelautan. Karena bulan ini dicanangkan sebagai Gerakan Nasional Bulan Cinta Laut (Gernas BCL). Gernas BCL ini dicanangkan untuk menindaklanjuti amanah yang tertuang Peraturan Presiden Nomor 83 tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut. Keberhasilan Gernas BCL ini juga akan menjadi indikator penting kemajuan sustainable fisheries development di Indonesia.
Fokus utama dalam Gernas BCL yang diselenggarakan mulai dari tanggal 1 sampai dengan 31 Oktober 2022 ini adalah mengusahakan aksi nyata untuk mengurangi jumlah sampah plastik di pesisir dan laut. Target yang ingin dicapai pemerintah adalah pengurangan sampah plastik di laut pada tahun 2025 bisa mencapai 70%. Tentu saja ini bukanlah target yang main-main dan akan sangat berdampak terhadap majunya fisheries industry di negara kita.
Gerakan Sustainable Fisheries Development yang Paling Masif
Dalam siaran pers yang dibagikan resmi pada laman resmi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), sebanyak 1.721 orang yang berprofesi sebagai nelayan di 14 daerah akan terlibat aktif dalam Gernas BCL ini. Ribuan nelayan yang akan menjadi agent of change ini tersebar mulai dari ujung timur hingga ke ujung barat Indonesia yakni Banda Aceh, Medan, Padang, Tanjung Pinang, Serang, Cilacap, Cirebon, Bali, Kubu Raya, Balikpapan, Manado, Kendari, Sorong, dan Merauke.
Pemerintah bahkan sudah menyiapkan sistem kompensasi, agar para nelayan yang sudah terdaftar menjadi anggota anggota Kartu Pelaku Usaha Kelautan dan Perikanan (KUSUKA) ini tidak terganggu mata pencahariannya selama aktif mengumpulkan sampah di lautan. Program tersebut sejalan dengan semangat yang selama ini dimiliki oleh Aruna, agar usaha untuk menjaga kelestarian lingkungan jangan sampai memberikan dampak buruk bagi nelayan dan masyarakat pesisir.
Pilot Project Telah Berjalan Sejak Awal Tahun
Ternyata sebelum diresmikan menjadi gerakan nasional, KKP telah lebih dulu menjalankan program kompensasi sampah yang dikumpulkan nelayan sejak awal tahun 2022. Jadi bisa dikatakan bahwa sebenarnya pilot project gerakan ini sudah lebih dulu berjalan sebelum bulan Oktober. Dirjen Pengelolaan Ruang Laut KKP Victor Gustaaf Manoppo bahkan telah mengungkapkan bahwa hingga kini telah terdata sebanyak 23,7 ton sampah yang telah terkumpul.
Tidak heran jika Gernas BCL ini dapat dikatakan sebagai wujud nyata pemerintah dalam menegakkan sustainable fisheries development. Karena pemerintah mencanangkan gerakan yang komprehensif untuk mengatasi permasalahan sampah demi menuju ekonomi biru. Selain menjadikan para nelayan sebagai ujung tombak dan mengenalkan mereka pada penerapan ekonomi sirkular, masyarakat luas pun akan diedukasi agar mengupayakan pengelolaan sampah dari hulu. Sehingga bisa mencegah dan mengendalikan kebocoran sampah yang sampai ke laut.
Keberhasilan Gernas BCL ini akan sangat bergantung pada peran aktif seluruh stakeholder dan masyarakat luas, termasuk para pelaku bisnis supplier seafood dan perusahaan perikanan di tanah air. Tentu saja Aruna kan terus mendukung kebijakan pemerintah dengan menggerakkan komunitas yang tergabung dalam Aruna Hub. Salah satunya adalah penerapan ekonomi sirkular, dimana masyarakat pesisir diberikan bekal untuk mengolah sisa tangkapan mereka dari laut menjadi produk yang tetap memiliki nilai ekonomis.
Dengan semakin banyak pihak yang berperan aktif dalam mengatasi masalah sampah baik di darat dan di laut, target pemerintah untuk mengurangi sampah laut sebanyak 70% bukanlah menjadi hal yang mustahil untuk dicapai.
Leave a reply
No comments found.