Usaha Perikanan Tangkap Masuk Dalam 5 Program Ekonomi Biru KKP
Perusahaan Aruna sebagai perusahaan perikanan yang terdepan untuk fokus memperbaiki masalah rantai pasokan, selama ini menjadikan pelaku usaha perikanan tangkap sebagai rekan strategis. Langkah tersebut didasari oleh keinginan Aruna yang dapat membuat laut, khususnya fisheries industry sebagai sumber perubahan ke arah yang paling baik. Kini perubahan pun mulai terwujud, dengan semakin meningkatnya wawasan yang dimiliki oleh para komunitas nelayan di berbagai daerah. Mereka jadi lebih peduli akan keberlangsungan sumber daya alam, khususnya kelestarian laut sebagai sumber mata pencaharian.
Kekinian telah lebih dari 26.000 nelayan lokal yang mayoritas merupakan pelaku usaha perikanan tangkap dan tersebar di 27 provinsi, tergabung dalam Aruna Hub. Aruna terus fokus mengedukasi dan mendampingi para nelayan tersebut untuk memakai metode penangkapan ikan yang memenuhi kaedah sustainable fisheries. Data yang terhimpun membuktikan bukan hanya dari sisi pendapatan yang meningkat, dimana rata-rata telah mengalami peningkatan sebesar 3 s/d 12 kali lipat. Berkat menerapkan metode pendampingan yang tepat sasaran dari Aruna, para nelayan justru semakin fokus untuk meningkatkan kualitas ketimbang menangkap ikan sebanyak-banyaknya.
Usaha Perikanan Tangkap Layak Menjadi Fokus Ekonomi Biru
Berkaca dari apa yang telah dicapai oleh Aruna dalam mengusahakan aspek sustainability dan pemanfaatan teknologi yang tepat untuk meningkatkan taraf ekonomi para nelayan dan masyarakat pesisir, maka tidak heran jika pemerintah pun akhirnya mengambil langkah strategis yang serupa. Dalam menetapkan 5 program prioritas ekonomi biru yang telah diungkap oleh Bapak Sakti Wahyu Trenggono selaku Menteri Kelautan dan Perikanan, pemerintah turut memasukan usaha perikanan tangkap ke dalam daftar prioritas tersebut.
Lebih lengkapnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menyusun 5 program prioritas ekonomi biru, yakni:
- Perluasan kawasan konservasi dengan target sebesar 30% dari total wilayah perairan
- Menerapkan kuota untuk usaha perikanan tangkap, agar populasi ikan tetap terjaga
- Mengembangkan budidaya ramah lingkungan di darat, laut dan pesisir.
- Menata pemanfaatan ruang perairan yang termasuk didalamnya merupakan laut, pesisir dan pulau-pulau kecil
- Mengelola sampah laut yang selama ini mengganggu keberlangsungan ekosistem
Penerapan Sustainable Fisheries Bisa Menghasilkan Multiplier Effect
Seperti yang telah Aruna lakukan selama ini untuk mendampingi para nelayan agar meningkatkan kualitas hasil tangkapan mereka dan mengedepankan aspek keberlangsungan, penerapan sustainable fisheries berhasil menimbulkan multiplier effect. Di samping hasil tangkapan mereka yang kini telah berhasil menembus pasar ekspor dan menjadi langganan supplier seafood untuk memenuhi kebutuhan berbagai restoran dan hotel berbintang, para nelayan kini sudah tidak lagi berorientasi pada penangkapan ikan sebanyak-banyaknya (overfishing).
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, keberadaan sampah di sektor kelautan memang menjadi fokus pemerintah, sehingga penanganannya dimasukan dalam 5 program prioritas. Selain para nelayan telah sadar akan pentingnya mengutamakan kualitas hasil tangkapan dibanding kuantitasnya, permasalahan sampah pun juga bisa teratasi dengan mengedepankan aspek sustainability, mengingat pelaku usaha perikanan juga mengelola sisa hasil tangkapan mereka agar bisa mengurangi jumlah sampah dan tetap menghasilkan nilai ekonomis.
Demikian pula dengan keputusan pemerintah untuk menetapkan batas kuota penangkapan ikan, semoga bisa menyadarkan lebih banyak lagi nelayan dan pelaku industri perikanan untuk menanggapi program tersebut dengan inovasi yang berdampak positif bagi ekonomi dan ekologi. Dengan demikian, akan ada lebih banyak pihak yang bisa turut ambil bagian dalam membantu menjaga ketersediaan ikan untuk jangka panjang, sambil tetap menjalankan kegiatan ekonomi.
Leave a reply
No comments found.