Pertamina Adds 30 Gas Stations for the Sea Fisheries Industry in Remote Areas, Aruna Ready to Support

The progress of Indonesia’s sea fisheries industry is not solely the responsibility of the Ministry of Maritime Affairs and Fisheries (KKP) or the Coordinating Ministry for Maritime Affairs and Investment (Kemenko Marves). It is a collective responsibility of the government, industry players, and the wider community. The cross-ministerial support that can enhance synergy and positive outcomes demonstrates our joint commitment to the advancement of the marine and fisheries sectors. One appreciable cross-ministerial support is the initiative of the State-Owned Enterprises Ministry to add Special Gas Stations (SPBU) specifically for the convenience of fishermen in venturing out to sea.

State-Owned Enterprises Ministry Supports the Progress of the Sea Fisheries Industry through Various Programs

“Based on our discussions, there will be four upcoming programs. God willing, this becomes our duty as assistants to the president, to ensure that the government’s efforts today will benefit the Indonesian people,” said Minister of State-Owned Enterprises, Erick Thohir, after a meeting with Minister of Maritime Affairs and Fisheries, Sakti Wahyu Trenggono. The synergy between the State-Owned Enterprises Ministry and KKP is a manifestation of the commitment of both ministries to develop the blue economy and advance the sea fisheries industry in Indonesia.

Downstreaming Natural Resources Must be Done for the Nation’s Progress

Erick revealed that Indonesia’s territory consists of 75% ocean and only 25% land. With the abundant marine natural resources, Indonesia must manage them effectively to contribute to economic growth. One important step, according to Erick, is the downstreaming of these resources. “Don’t let other countries exploit Indonesia’s natural resources and boost their own economic growth. We have a large market,” he emphasized.

Additional Gas Stations at Fishing Port Locations and Prosperous Fishing Villages

Pertamina Tambah 30 SPBU untuk Sea Fisheries Industry di Pelosok Negeri
KKP will establish fishing ports and advanced fishing villages with the aim of improving the quality and productivity of fishermen’s lives and their families. Therefore, the Directorate General of Capture Fisheries of KKP has signed a cooperation agreement with PT Pertamina Patra Niaga regarding the Support for Oil and Gas Operations in Fishing Villages and Fishing Ports. Afian Nasution, CEO of Pertamina Patra Niaga, stated that there will be an addition of 30 more gas stations in 2023, following the operation of 387 dedicated gas stations for fishermen. Pertamina will ensure availability, accessibility, and affordable prices for domestic fishermen, allowing their catches to reach the market and meet the seafood demand in each region.

Various Collaborations Will be Forged between KKP and the State-Owned Enterprises Ministry

Trenggono also explained that in the implementation of the blue economy policy and the advancement of the sea fisheries industry, KKP requires synergy and collaboration from various parties, particularly in the development and management of marine and fisheries natural resources. Hence, the cooperation between KKP and the State-Owned Enterprises Ministry extends beyond the need for fuel supply, encompassing various other programs to be carried out under the Cooperation Agreement, prioritizing the implementation of sustainable fisheries.

Aruna is Ready to Support Government and State-Owned Enterprises Programs

The collaboration between KKP and the State-Owned Enterprises Ministry will support the opening of new fishing areas and zones developed by the government. Aruna hopes that this synergy will help fishermen achieve cost efficiency due to the special price subsidies provided by Pertamina. Aruna is also willing to assist the government in mapping the fuel needs of over 40,000 fishermen registered within Aruna Hub’s ecosystem spread across Indonesia. Optimizing internal aspects is expected to have a direct and indirect impact on accessing broader markets, including international markets. Moreover, with this policy, Aruna is committed to engaging more fishermen as working partners with vision, particularly regarding updates on government programs.

Plankton, Tokoh Kunci Keberlangsungan Sea Fisheries Industry

Beberapa tahun belakangan ini, semakin banyak masyarakat yang mulai sadar akan besarnya peran dan potensi yang dimiliki oleh luasnya perairan di negara kita. Sedikit banyak, hal ini juga berkat mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Ibu Susi Pudjiastuti. Karena beliau begitu memahami secara mendalam mengenai sea fisheries industry, bidang yang sudah digelutinya sejak lama. Salah satu jargonnya yang masih terngiang hingga sekarang adalah, “Tenggelamkan (orang) yang tidak makan ikan!”.

Dibalik popularitas konsumsi ikan yang terus menanjak, sebenarnya masih banyak materi yang perlu lebih di edukasikan lagi ke masyarakat, salah satunya tentang keberadaan plankton sebagai kunci utama indikator seimbangnya ekosistem perairan.

Plankton Pemasok Utama Oksigen yang Penting bagi Sea Fisheries Industry

Belum banyak yang tahu kalau sebenarnya selama ini yang menjadi pemasok utama oksigen di planet bumi adalah plankton, tepatnya fitoplankton.  Bahkan hasil penelitian mengungkap bahwa fitoplankton memproduksi sekitar 50% hingga 85% dari total oksigen per tahunnya. Padahal selama ini banyak dari kita yang mengira bahwa sumber oksigen terbanyak adalah tumbuhan.

Indikator Keseimbangan Ekosistem Laut

Banyaknya jumlah plankton yang terdapat dalam sebuah kawasan perairan, akan menentukan warna dari laut tersebut. Jika warnanya hijau atau biru, maka hal tersebut menandakan bahwa ekosistem laut sedang dalam kondisi seimbang. Akan berbeda kondisinya jika warna air laut terlihat kemerahan karena memiliki kandungan fitoplankton yang terlalu banyak. 

Keberadaan fitoplankton yang terlalu banyak dalam perairan, menandakan bahwa ekosistem pada laut tersebut sedang tibak imbang dan dapat menimbulkan banyak masalah. Mulai dari ikan-ikan yang akan mati karena fitoplankton menyerap terlalu banyak unsur hara dan fitoplankton yang kurang sehat ini dimakan oleh ikan di sekitarnya.

Kejadian ini disebut blooming fitoplankton, dimana kandungan fitoplankton terlalu banyak karena menyerap terlalu banyak unsur hara dan tidak diimbangi oleh banyaknya jumlah ikan yang mengkonsumsinya.

Kejadian blooming fitoplankton di Indonesia

Di perairan nusantara sendiri, sudah beberapa kali terjadi tragedi blooming fitoplankton. Hal ini menyebabkan banyaknya ikan yang mati dan mengambang di permukaan laut. Sementara ikan yang mati dalam kondisi seperti ini, sudah tidak layak dikonsumsi. Sehingga menimbulkan kerugian bagi para nelayan.

Penyebab Banyaknya Ikan yang Mati Karena Fitoplankton

Sebelumnya kita sudah membahas bahwa kandungan zat hara yang terlalu banyak di lautan akan diserap semua oleh fitoplankton. Setelah mengkonsumsi banyak zat hara yang mengandung racun, fitoplankton pun akan lebih banyak bereproduksi. Kondisi terlalu banyaknya fitoplankton yang tidak sehat ini membuat kadar oksigen di perairan juga semakin menipis. Ketersediaan oksigen yang terlalu tipis di perairan akan membuat para ikan mengalami kerusakan insang.

Ketidakseimbangan fitoplankton akan mengganggu sektor sea fisheries industry

Zat hara yang bisa terkandung bahan kimia berbahaya akan diserap oleh fitoplankton. Karena ikan mengkonsumsi fitoplankton yang tidak sehat ini, maka jika ikan tersebut sampai ke supplier seafood kemudian dikonsumsi oleh manusia, makan akan berakibat buruk. Salah satu efeknya adalah manusia akan mengalami gangguan pernafasan karena mengkonsumsi ikan yang sudah tercemar tersebut.

Masyarakat Harus Mengambil Peran Mencegah Terjadinya Blooming Fitoplankton

Akan ada banyak dampak buruk yang akan dirasakan, bukan hanya bagi ekosistem laut, tetapi juga oleh manusia, jika keseimbangan alam tidak terjaga. Oleh karena itu, seluruh kalangan mulai dari pemerintah, pelaku bisnis, startup perikanan, para nelayan hingga masyarakat umum harus ikut berperan aktif dalam menjaga kelestarian alam.

Kenapa masyarakat umum harus ikut terlibat mencegah terjadinya blooming fitoplankton? Karena masih banyak masyarakat yang langsung membuang limbah domestik mereka ke perairan. Limbah ini akan mengalir hingga ke lautan dan diserap oleh plankton. Oleh karena itu, startup Aruna melalui Aruna hub berusaha menggandeng seluruh lapisan agar turut serta menjaga kelestarian lingkungan. Salah satunya adalah dengan mengedepankan metode sustainable fisheries. Yaitu dengan mengolah hasil perikanan secara tepat dan mengurai limbah agar tidak mencemari lingkungan.