Aruna Implements Sustainable Fisheries with a Community Approach

Aruna started as a startup with a big dream—the dream to make Indonesia’s the global maritime axis of the future. This dream was then molded to become Aruna’s main vision. In the beginning, there were a lot of obstacles and challenges on the way, including where the founders of Aruna—one of them being Utari Octavianty, who comes from a fishing family—chose the sustainable fisheries approach as the path towards realizing their dream.

The environment-first mindset of sustainable fisheries seems perfect when considering the empowerment of fishers and the implementation of the blue economy. Coming from remote coastal areas, the founders of Aruna fully understand that in order to make a big impact, one must start small.

Aruna Initiated Concrete Steps to Implement Sustainable Fishery

Local Heroes are Aruna’s field team members that come from local coastal communities where their Aruna Hubs are located. This conscious effort to work directly with the locals are not without reason, since they can be the agent of change to encourage local fishers to apply sustainable fisheries—especially since the locals understand best which methods fit their region’s requirements.

Alfian Hidayat, the Community Development team member for the Surabaya region also says that the most important value that all of Nakama Aruna must remember well is “Making Impact”, so that every day, they would actively contribute to a better tomorrow. In applying “Making Impact” for sustainable fisheries, 3 key ideas come to mind:

  • Apply sustainable fisheries practices, starting with small things,
  • Be a pioneer of change, so that others can follow in your footsteps,
  • Be consistent and never give up, for changes take time and great amount of effort.

Aruna’s mission to make the sea a better livelihood for all now has borne fruit. Thanks to the consistent effort to involve coastal communities to make meaningful changes, they too, can finally reap the rewards of consistent application of sustainable fisheries.

Tangible impacts that are now widely felt by coastal community members in various regions include:

  • The increase of their knowledge, regarding not only catching methods but also marine and implementation of technology,
  • The increase in quality of catches, as well as their economic welfare,
  • Local catches that now reach global markets—directly competing with big-scale industry standards.
  • More coastal workforce are now involved in the fisheries industry,
  • Improvement in the processing of seafood commodities that increases their value, as well as reducing waste and creating direct sales channels to seafood suppliers.

Other than the impacts mentioned above, there are still other benefits to the implementation of the community-based sustainable fisheries approach that are now felt by everyone. Despite that, Aruna still continues to work hard to improve the fisheries industry that will continue to give visible, real impacts.

Kolaborasi KKP & USAID Memodernisasi Fisheries Industry Employment

Data resmi yang dihimpun Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebutkan bahwa selama ini, 35% dari ketersediaan ikan di perairan Indonesia mengalami eksploitasi yang berlebih. Taksiran kerugian yang tercatat setiap tahunnya ditaksir sebesar 4 Milyar USD, seperti yang telah diungkap oleh Kepala BRSDM I Nyoman Radiarta. Sebuah nilai yang sangat fantastis, ya! Tak heran jika KKP bergerak cepat untuk mengatasi masalah tersebut hingga ke akarnya, salah satunya melalui kolaborasi yang dilakukan dengan USAID (United States Agency for International Development) untuk memodernisasi fisheries industry employment di Indonesia.

Mengapa Perlu Memodernisasi Fisheries Industry Employment?

KKP telah merancang berbagai program prioritas untuk mentransformasikan sektor kelautan agar lebih baik dan menunjang aspek sustainable fisheries. Tentu saja kita semua sadar bahwa berbagai program prioritas yang dirancang tersebut sudah pasti akan menghadapi tantangan dalam proses implementasinya. Oleh karena itu pemerintah melalui BRSDM (Badan Riset dan SDM) Perikanan mengambil langkah dengan mempersiapkan sumber daya manusia yang memadai untuk menyukseskan seluruh program yang telah dirancang tersebut.

Salah satu program prioritas KKP adalah dengan menentukan besaran kuota dari tiap kapal perikanan. Pelaksanaan program prioritas ini sekaligus dijadikan momen untuk melakukan eskalasi pada fisheries industry employment. Sehingga tidak heran jika Kepala BRSDM telah menyiapkan seluruh elemen untuk mensukseskan program prioritas pemerintah ini. Bahkan dengan melibatkan seluruh institusi mulai dari Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP), lembaga inkubasi, satuan pendidikan tinggi dan menengah, hingga sekretariat yang berada di Jakarta untuk memastikan program prioritas KKP dapat berjalan dengan baik.

Di samping itu, saat ini BRSDM sedang dalam proses mentransformasikan salah satu satuan pendidikan menjadi Ocean Institute of Indonesia. Sehingga satuan pendidikan tersebut akan fokus pada pendidikan vokasi di bidang kelautan dan perikanan yang berbasis kompetensi. Langkah pemerintah untuk menyikapi dengan serius berbagai tantangan di bidang kelautan dengan menyiapkan SDM yang matang ini, sangat diapresiasi USAID selaku mitra yang selama ini telah banyak menjalin kolaborasi.

“Sertifikasi kompetensi adalah inti dari pengembangan SDM. Di masyarakat, Puslatluh KP dengan banyak cabangnya di seluruh Indonesia berfungsi sebagai pusat pengetahuan, keterampilan, dan kewirausahaan manajerial. Kami memodelkan penyuluhan dan pelatihan kami menggunakan teknologi digital untuk memungkinkan kami untuk menjangkau khalayak yang lebih luas di seluruh Indonesia. Kami juga mengembangkan SMART Fisheries Village dengan produksi perikanan terpadu yang mengadopsi pendekatan inkubasi bisnis holistik untuk membantu mengembangkan startup perikanan dan wirausahawan individu dengan menyediakan berbagai layanan termasuk pelatihan manajemen, pembiayaan modal, dan ventura pasar,” ujar Nyoman.

Kebijakan yang Sejajar Dengan Negara-Negara Maju

USAID menghargai sikap pemerintah dengan menjadikan kuota perikanan sebagai program prioritas. Karena langkah ini juga telah dilaksanakan oleh negara maju seperti Norwegia dan Selandia Baru, yang juga menaruh perhatian terhadap keberlanjutan sumber daya dan ekosistem. Josh Newlis selaku Senior Fisheries Scientist NOAA (Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional) dalam Workshop Fisheries Management Training Activity 1 “Effective Quota-Setting With Adaptive Implementable Management (AIM)” mengungkapkan bahwa USAID sangat menghargai upaya KKP untuk menyeimbangkan antara kesejahteraan masyarakat perikanan, ekonomi dan ketahanan pangan dari sektor perikanan.

Kesempatan ini juga dijadikan sebagai ajang saling belajar dan berbagi pengalaman untuk membangun strategi yang adaptif dan praktis dalam menentukan besaran kuota berdasarkan kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Bapak Trenggono selaku Menteri KKP bahwa Indonesia memiliki  komitmen yang kuat untuk memulihkan kesehatan laut dan mempercepat ekonomi laut yang berkelanjutan.
Startup Aruna sebagai startup perikanan lokal tentu saja menyambut baik inisiatif pemerintah yang menjadikan fisheries industry employment sebagai mukadimah untuk mentransformasi sektor perikanan. Semangat yang sama dilaksanakan oleh Aruna melalui Aruna Hub yang selama ini menggandeng berbagai lapisan masyarakat untuk bisa memperbaiki ekonomi sekaligus ekologi. Hal ini dilakukan aspek sustainability bisa diimplementasikan di seluruh tingkat, mulai dari pemerintah, nelayan, pelaku industri, supplier seafood selaku aggregator hingga ke konsumen.

“A Lobster Farm”, 1 Stop Sustainable Fisheries Concept dari Aruna

Impian Aruna untuk memajukan industri perikanan domestik di Indonesia dengan mengedepankan sustainability, kini telah memasuki babak baru. Tepat pada tanggal 6 Oktober 2022, Aruna telah meluncurkan Kampung Wisata dan Budidaya Lobster “A Lobster Farm” di Pantai Amed, Provinsi Bali. Sebuah “1 Stop Sustainable Fisheries Concept” yang digagas oleh perusahaan perikanan Aruna Indonesia dengan melibatkan peran pemerintah serta ekosistem nelayan dan masyarakat di pesisir Pantai Amed, beserta para pelaku pariwisata.

Kampung Wisata dan Budidaya Lobster ini wujud inovasi Aruna untuk berkontribusi bersama pemerintah dalam mempercepat pemulihan ekonomi Indonesia, khususnya untuk sektor pariwisata. Tidak heran jika Sandiaga Uno selaku Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf RI) turut hadir pada saat diselenggarakannya seremonial peresmian” A Lobster Farm” yang dilakukan secara hybrid di Nusa Dua, Bali.

Dalam peluncuran ini juga hadir Hengky Manurung (Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf RI), I Made Sudarsana (Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali), I Wayan Astika (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karangasem). Sedangkan representative dari pihak Aruna yang hadir adalah Dian Lestari selaku Co-Founder dan Director “A Lobster Farm”, serta Co-Founder dan Chief Sustainability Officer Aruna, Utari Octavianty.

“Bali merupakan garda terdepan untuk transformasi pariwisata di Indonesia, bukan hanya dari sisi keindahannya, namun juga dari potensi laut yang dimilikinya.”, ujar Sandiaga Uno pada saat peresmian Kampung Wisata dan Budidaya Lobster “A Lobster Farm” berlangsung.

A Lobster Farm, Destinasi Wisata Baru yang Mengusung Sustainable Fisheries Concept

Pariwisata di Bali bisa mendunia berkat experience value yang kuat melekat. Berangkat dari hal tersebut, A Lobster Farm adalah 1 Stop Sustainable Fisheries Concept di mana edukasi dan pengalaman menarik bisa sekaligus didapatkan oleh para wisatawan yang berkunjung.

Bahkan, Aruna juga melakukan inovasi dengan sekaligus menjadikan A Lobster Farm sebagai Aruna Hub sekaligus Visitor Center. Kegiatan pariwisata, penelitian dan edukasi di bidang perikanan dapat sekaligus dilakukan di 1 lokasi, sambil melibatkan masyarakat yang telah bergabung menjadi mitra Aruna.

Lebih lanjut, Kemenparekraf juga mengungkapkan bahwa inovasi ini dapat mendorong terwujudnya pariwisata yang inklusif dan sustainable. “Saya harap, niat baik Aruna ini dapat semakin mensejahterakan nelayan dan komunitas pesisir, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun lingkungan, sehingga percepatan pemulihan ekonomi Bali dapat segera terjadi. Jaya terus untuk Aruna!”, demikian diungkapkan oleh Sandiaga Uno.

360° Experience Bersama Lobster Budidaya A Lobster Farm

Ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan para wisatawan yang berkunjung selama berada di A Lobster Farm. Mereka bisa merasakan pengalaman tak terlupakan dengan diving sambil berinteraksi dan memberi makan budidaya lobster. Bahan makanan lobster tersebut dibuat langsung oleh ibu-ibu warga sekitar Pantai Amed secara organik, dengan memanfaatkan hasil tangkapan nelayan yang tidak terserap di pasar ikan.

Kemudian pengunjung dapat langsung mencicipi aneka sajian seafood khas Indonesia yang berkualitas dunia dengan konsep sea to table dari hotel, restoran dan kafe setempat. Yang dimaksud dengan sea to table ini adalah bahan utama bukan didapatkan dari pembelian melalui supplier seafood, melainkan hasil tangkapan langsung para nelayan.

Sebagai perusahaan perikanan yang bergerak di bidang supply chain aggregator dan fokus terhadap keberlangsungan ekosistem kelautan, Aruna akan terus mengembangkan fungsi dari A Lobster Farm sebagai model sustainable tourism untuk pemulihan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang berkelanjutan. Sekaligus terus menangkap peluang inovasi bisnis yang selalu dapat mendatangkan dampak positif bagi masyarakat pesisir.

KKP Apresiasi Kontribusi Startup Pada Fisheries Main Industry

Semangat yang dimiliki oleh para perusahaan startup memang biasanya untuk memberikan solusi dan perubahan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, tidak terkecuali pada startup dan perusahaan perikanan. Kehadiran startup untuk mereformasi fisheries main industry di negara kita, berhasil memberikan solusi dari berbagai masalah yang telah ada selama bertahun-tahun bahkan berabad-abad yang lalu. Jadi tidak heran kalau kehadiran startup untuk berkontribusi bagi masyarakat dan pemerintah, sangat diapresiasi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Dikutip dari laman wikipedia, yang dimaksud dengan fisheries main industry atau industri utama perikanan adalah, segala kegiatan yang berkaitan dengan sektor perikanan mulai dari aktivitas menangkap, membudidayakan, memproses, mengawetkan, menyimpan, mendistribusikan, dan memasarkan produk ikan. Kemajuan yang dibuat para pelaku startup perikanan yang berkaitan dengan kegiatan perikanan ini, berhasil memberikan dampak yang besar. Jadi tidak heran jika pemerintah melalui berbagai instansi di bawahnya mengapresiasi dan terus memberikan dukungan pada Aruna dan pelaku startup melalui berbagai kesempatan.

Belum lama ini baru saja dihelat acara BUMN Startup Day 2022. Kegiatan tersebut dibuat untuk meningkatkan sinergi yang terjalin antara perusahaan yang dimiliki pemerintah dalam hal ini BUMN, dengan perusahaan rintisan. KKP justru selama ini sudah sering bersinergi dengan Aruna dan pelaku startup perikanan lainnya. Jadi tidak heran jika sepanjang tahun ada banyak kegiatan yang melibatkan serta membahas startup, di berbagai kesempatan, salah satunya adalah Fisheries Millennial dan Startup Expo 2022.

Dalam kesempatan tersebut, kehadiran Aruna yang diwakilkan oleh Utari Octavianty selaku Co-Founder dan Chief Sustainability Officer menyuarakan pentingnya kolaborasi lintas bidang.

“Kini, startup perikanan di Indonesia pun sudah semakin banyak. Kita bekerja sama, saling bahu-membahu untuk mewujudkan Indonesia sebagai pusat ekonomi maritim dunia pada tahun 2045 kelak. Sebagai salah satu startup perikanan di Indonesia, Aruna ingin menegaskan bahwa kolaborasi adalah apa yang kita semua butuhkan saat ini,” demikian pernyataan lengkap yang dikeluarkan oleh CSO Aruna.

Kontribusi Aruna Dalam Memajukan Fisheries Main Industry

Kalau ditelisik lebih dalam lagi, sebenarnya startup perikanan bukan hanya berhasil membantu pemerintah untuk meningkatkan fisheries main industry yang berdampak ekonomi. Kehadiran Aruna sendiri telah turut memberikan dampak yang luas pada ekosistem kelautan dan masyarakat pesisir. Termasuk menjaga keseimbangan alam dengan mengedepankan sustainable fisheries, sebuah wawasan yang digunakan untuk tetap mengutamakan kelestarian biota laut tanpa harus mengorbankan aspek ekonomi masyarakat pesisir.

Hingga tahun 2022, telah tersebar sebanyak 150 Aruna Hub sebagai mini processing plant yang telah tersebar di 27 provinsi. Selain memperbaiki rantai pasokan, Aruna Hub telah menyadarkan para nelayan agar mereka tidak lagi mengejar kuantitas semata ketika melaut. Karena dengan mengutamakan hasil tangkapan yang berkualitas, maka pendapatan mereka juga semakin meningkat. Disamping mengoptimalkan pemanfaatan teknologi dan memperbaiki supply chain dari hasil tangkapan nelayan, Aruna melalui Aruna Hub juga berhasil mendampingi berbagai komunitas nelayan untuk “naik kelas”.

Sebelumnya banyak nelayan yang berada di pelosok kesulitan untuk memperbaiki keadaan ekonomi mereka karena kesulitan menjangkau pasar yang potensial. Siapa yang dapat menyangka jika kini para nelayan di pelosok tersebut telah naik kelas. Berkat pendampingan yang dilakukan oleh Aruna, hasil tangkapan nelayan dari berbagai daerah yang telah memenuhi aspek sustainability kini sudah didistribusikan ke hotel, restoran, perusahaan pengolah makanan dan sudah menembus pasar ekspor.
Tidak hanya fokus pada sektor business to business (B2B), Aruna terus fokus mengelola potensi pasar produk perikanan domestik dengan menggarap sektor ritel melalui Seafood by Aruna. Dengan demikian, bukan hanya para nelayan yang terbantu, tetapi masyarakat selaku konsumen pun kini lebih mudah mencari supplier seafood terpercaya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi mereka.

Timbangan Online di Tual siap Majukan Marine Fisheries

Pemerintah menunjukkan keseriusannya dalam meningkatkan taraf industri marine fisheries skala nasional dengan menerapkan penggunaan timbangan elektronik yang tersambung langsung secara daring (online) di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Tual, Provinsi Maluku. Hal ini ditunjukkan langsung pada Presiden Joko Widodo saat melakukan kunjungan kerja ke Tual tanggal 14 September 2022.

Dilansir dari laman resmi Kementerian Kelautan dan Perikanan (kkp.go.id), penggunaan timbangan elektronik daring ini merupakan wujud nyata pemanfaat teknologi yang sangat berperan untuk meningkatkan akurasi dan mempermudah proses inventarisasi data perikanan. Oleh karena itu, PPN Tual juga sekaligus dijadikan sebagai proyek percontohan dalam hal implementasi kebijakan penangkapan ikan terukur dan pemungutan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) pasca produksi.

Jalan yang panjang namun pasti menuju kejayaan industri Marine Fisheries Indonesia

Bukan hanya diletakkan di PPN Tual, total pemerintah telah memiliki 12 timbangan elektronik daring yakni sebanyak 6 buah di PPN Tual, 3 buah di PPN Kejawanan (Cirebon, Jawa Barat) dan sisanya sebanyak 3 buah di PPN Ternate. Manfaat dari penggunaan timbangan elektronik mempunyai tingkat galat atau error yang kecil sehingga data timbangan ikan hasil tangkapan bersifat representatif, kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan, demikian diungkap oleh Menteri Trenggono.

Dengan pengukuran secara daring, maka data timbangan dari hasil tangkapan para nelayan dapat diakses secara realtime dan dapat segera divalidasi oleh pihak verifikator. Bukan hanya meningkatkan pendapatan pemerintah dan memudahkan para nelayan, penerapan timbangan ini juga mendukung semangat sustainable fisheries. Karena setiap kapal yang mendapat izin melaut sudah ditetapkan seberapa besar kuota ikan yang dapat mereka tangkap di laut.

Penentuan kuota sebagai bentuk penerapan output control mechanism

Kini, kapal nelayan tidak dapat lagi sembarang menangkap hasil laut sebanyak-banyaknya. Namun, mereka harus bergerak sesuai dengan kuota yang telah diberikan, yang nantinya akan dicek langsung melalui timbangan elektronik daring di pelabuhan perikanan. Hal ini merupakan wujud transformasi pengelolaan yang tadinya berbasis input control beralih menjadi mekanisme berbasis output control.

Program yang diterapkan pemerintah ini diharapkan sebagai langkah revolusi di bidang marine fisheries, mengingat pengimplementasian program baru ini turut mengupayakan desentralisasi hasil tangkapan di luar Pulau Jawa dan kapal perikanan harus mendaratkan ikan hasil tangkapannya di pelabuhan yang telah ditunjuk.

Ekonomi Biru: tujuan akhir industri perikanan indonesia yang berkelanjutan

Selanjutnya, peran seluruh pihak agar penerapan teknologi dalam program yang diterapkan pemerintah ini bisa berjalan dengan baik dan memberikan dampak dalam mewujudkan pengoptimalan ekonomi biru. Apa yang dimaksud ekonomi biru adalah rancangan optimalisasi sumber daya air yang bertujuan untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui berbagai kegiatan yang inovatif dan kreatif dengan tetap menjamin usaha dan kelestarian lingkungan, termasuk peran startup perikanan. Startup Aruna selaku integrated fisheries commerce terdepan di Indonesia pun menjadi bagian dalam upaya memajukan fisheries industry.

Selama ini, melalui Aruna Hub, sudah banyak pihak yang telah digandeng oleh Aruna untuk bukan hanya sekedar meningkatkan taraf ekonomi tetapi untuk memajukan fundamental industri perikanan sambil bersinergi dengan banyak pihak. Bukan hanya para nelayan yang diikutsertakan, melainkan juga melibatkan masyarakat pesisir. Agar peningkatan dunia perikanan dapat dilakukan dengan lebih komprehensif.

Dengan sinergi yang dilakukan bersama banyak pihak, mulai dari nelayan, jalur distribusi dan supplier seafood, penjual, bahkan konsumen sekalipun menjadi ikut andil dalam memajukan tingkat ekonomi sektor perikanan dan menjaga keberlangsungan lingkungan. Karena ketika para konsumen semakin bijak untuk memilih penjual dan menggunakan produk konsumsi dengan memperhatikan aspek sustainability, maka roda keberlangsungan akan dapat berputar dengan baik.

Penemuan Ikan Berbobot Ratusan Kilogram di Bontang

Alam bawah laut memang masih menyimpan banyak sekali misteri yang belum bisa diungkap oleh manusia. Jangankan bagi masyarakat awam, kalangan yang kesehariannya berkutat di dunia maritim dan fisheries saja kerap mendapat kejutan dari temuan baru yang muncul dari dalam perairan.

Dunia fisheries adalah dunia yang penuh kejutan dan potensial

Sebuah video ketika para nelayan menemukan seekor ikan kerapu raksasa yang berbobot ratusan kilogram di daerah Bontang, Kalimantan Timur, baru-baru ini mendapat perhatian banyak masyarakat. Karena ukuran ikan kerapu ini tidak wajar, masyarakat, bahkan para nelayan sendiri, berbondong-bondong untuk menyaksikan proses pengangkatannya. Bobot besar yang dimiliki ikan tersebut menuntut para nelayan untuk mengerahkan tenaga ekstra guna memindahkannya dari perahu ke atas daratan.

Banyak yang belum tahu bahwa nama asli dari ikan raksasa yang menggegerkan tersebut adalah ikan kerapu kertang atau giant grouper dan memiliki nama Latin Epinephelus lanceolatus. Ikan kerapu sebesar ini memang cukup jarang ditemui meskipun habitatnya cukup banyak di Indonesia. Karena memang penyebaran ikan yang termasuk dalam golongan ikan bertulang sejati atau Osteichthyes ini berada di sekitaran perairan Indo-Pasifik. Hal ini membuatnya jarang ditemukan oleh nelayan karena habitatnya hanya ditemui di dasar laut dengan kedalaman hingga 100 meter.

Kerapu Kertang berkaitan erat dengan kondisi terumbu karang

Ada satu syarat lagi yang harus dipenuhi ketika ingin mencari ikan kerapu kertang di perairan, yakni kondisi terumbu karangnya di area dasar laut tersebut yang harus masih terpelihara dengan baik. Jika masyarakat nelayan mengedepankan sustainable fisheries, artinya habitat kerapu kertang juga akan terjaga dengan baik. Dengan demikian, apabila ekosistem laut terus terjaga, maka ikan jenis ini akan lebih mendatangkan nilai ekonomi di sektor fisheries industry karena bobot kerapu kertang bisa mencapai 400 kilogram per ekor. Bayangkan seberapa besar potensinya jika ada banyak giant grouper yang bisa dibudidayakan nelayan lokal!

Masyarakat awam sudah banyak yang tahu bahwa ikan kerapu kini menjadi salah satu ikan favorit untuk dikonsumsi karena rasa dan kandungan gizinya. Dengan demikian, jika pemerintah bersama para pelaku ekonomi kelautan bisa menggali pembudidayaan ikan yang menjadi lambang dari negara bagian Queensland ini, maka bertambah lagi potensi ekonomi fisheries artinya akan turut pula meningkatkan ekonomi para nelayan.
Startup perikanan di Indonesia, termasuk startup Aruna akan terus membantu pemerintah dan pelaku ekonomi kelautan agar terus mengembangkan setiap potensi yang ada melalui Aruna Hub. Startup Aruna terus berupaya menggandeng mulai dari nelayan, jalur distribusi supplier seafood hingga masyarakat pesisir agar bisa terus mengembangkan potensi ekonomi yang ada di lingkungan sekitar. Agar mereka dapat menjalankan kegiatan ekonomi sambil terus menjaga lingkungan dengan mengedepankan sustainability.

Bagaimana Sustainable Fisheries Concept Menjaga Kestabilan Iklim?

Isu pemanasan global (global warming) sebenarnya bukanlah hal baru. Para ilmuwan iklim dari seluruh dunia sudah meneliti dan menemukan indikasi kehadiran pemanasan global sejak tahun 1940-an. Efek rumah kaca yang mengunci karbon dioksida (CO2) pada atmosfer ditemukan membuat suhu bumi semakin hari semakin panas, bahkan hingga saat ini. Lantas apa kaitannya sustainable fisheries concept (konsep perikanan berkelanjutan)  dengan kestabilan iklim bumi?

Seperti yang sudah diungkapkan sebelumnya, gas CO2 yang bersumber utama dari pembakaran hutan serta kegiatan penggunaan bahan bakar pada mesin industri dan kendaraan, terperangkap di atmosfer dan menjadi sumber utama munculnya global warming. Mengapa demikian? Karena lapisan CO2 yang berlebih ini membuat suhu bumi terus meningkat. Seiring waktu, kandungan CO2 justru ada di level yang mengkhawatirkan dan dampak buruknya semakin terasa. Tidak heran jika sekarang ini para ilmuwan terus berlomba mencari cara yang paling ampuh untuk membuat bumi “lebih adem”.

Sustainable Fisheries Concept Sebagai Solusi?

Dari sekian banyaknya saran yang diberikan oleh para ilmuwan untuk meredam efek pemanasan global yang semakin ganas, ada yang telah membuahkan hasil namun ada juga yang belum menunjukkan hasil yang terukur dan signifikan. Kesadaran seluruh masyarakat dunia untuk ikut terlibat memerangi pemanasan global memang sangat diperlukan, karena permasalahan ini kompleks dan tidak dapat teratasi jika hanya pihak tertentu saja yang bekerja keras.

Lantas apa yang bisa dikontribusikan sektor perikanan dunia terhadap isu ini? Sustainable fisheries concept-lah jawabannya. Karena sebenarnya keseimbangan laut sangat berpengaruh terhadap suhu bumi, perubahan iklim maupun kelestarian lingkungan. Belum lagi mengingat fakta bahwa setiap tahunnya,85% oksigen yang menyelimuti bumi dihasilkan oleh fitoplankton. Jadi penerapan sustainable fisheries concept yang benar, serta merta akan turut mempengaruhi keseimbangan ekosistem laut dan berkontribusi untuk memperbaiki kerusakan iklim.

Mengingat fakta bahwa fitoplankton memproduksi banyak oksigen, bagaimana kalau kita perbanyak saja jumlah fitoplankton di seluruh lautan agar bisa menekan tingkat CO2?

Tentu saja hal tersebut sangat tidak disarankan untuk dilakukan. Kita harus mengingat bahwa ada pepatah lama yang mengatakan segala hal yang berlebihan itu tidak baik. Apalagi para ilmuwan pun sudah menemukan fakta bahwa keberadaan fitoplankton yang terlalu banyak justru akan merusak seluruh ekosistem kehidupan, bukan hanya ekosistem laut.

Selektif Implementasikan metode yang diterapkan dalam fisheries industry

Yang dimaksud dengan menerapkan konsep perikanan berkelanjutan disini adalah, masyarakat yang tinggal dan bermata pencaharian dekat dengan lingkungan perairan laut harus menerapkan metode yang tetap menjaga kelestarian lingkungan. Bukan hanya dengan peralatan yang ramah lingkungan, tetapi juga menjaga tetap seimbangnya biota laut. Sehingga dengan demikian, jika ekosistem laut terjaga dengan baik maka perubahan cuaca dan iklim yang ekstrim dapat terhindarkan.

Startup perikanan yang ada di Indonesia pun harus turut mengambil peran untuk membukakan mata masyarakat akan pentingnya keseimbangan laut bagi iklim. Demikian pula startup Aruna melalui Aruna Hub, terus aktif membina masyarakat agar lebih sadar lingkungan sambil terus meningkatkan produktivitas mereka. Bahkan kalau perlu, hingga ke level supplier seafood pun harus turut menerapkan konsep keberlanjutan.

Terus menggaungkan sustainable agar terus diimplementasikan di berbagai aspek demi iklim bumi yang baik ini, semata bukan hanya untuk kebaikan kehidupan di saat ini. Melainkan juga untuk kebaikan seluruh kehidupan di masa depan.

The Importance of Sustainable Fishing in Combating Global Warming

The melting of ice in Antarctica has now reached a concerning stage. Even the largest iceberg known as A68A has melted about 1 trillion tons or 900 million metric tons. This amount of water could fill an Olympic-sized swimming pool over 60 million times. So, what can we do to address this global warming challenge? From the perspective of fisheries, we must increasingly focus on preventing environmental damage by prioritizing the implementation of sustainable fishing methods.

Why is Sustainable Fishing Important?

The current state of nature is deeply worrisome. Fortunately, more and more people are becoming concerned about environmental sustainability. Even in developed countries, sustainable certification is becoming a requirement for various consumer products. Looking back a bit, the term “sustainable” implies continuity and persistence. In this context, sustainability refers to the preservation of the environment.

In the past, many production and consumption methods contributed to environmental degradation. Thus, the adoption of sustainable methods in various production and consumption processes is deemed crucial because it already considers environmental preservation. Moreover, the more individuals and parties are involved in environmental conservation, the faster the recovery of the natural world can occur. Consequently, implementing procedures that prioritize environmental sustainability from the production process onward is highly imperative.

Coastal Communities as Frontline Guardians

The majority of economic activities in the fisheries sector are supported by communities residing in coastal areas, as most of them earn a living as fishermen. This is why coastal communities must be thoroughly educated about the application of sustainable fisheries. Aruna, a fisheries-focused startup deeply committed to environmental issues, designates these coastal communities as frontline guardians. Notably, non-coastal communities also contribute significantly as fish cultivators and processors.

By then, both countries have formed the Canada-Indonesia Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA), where they not only aim to establish mutually beneficial trade relationships for the long run but also promote environmental sustainability and improve management systems for greater impacts.  

Consumer Role in Sustainability

Is the effort to preserve the environment only sufficient during the production phase? Of course not. As mentioned earlier, consumers also play an equally important role in environmental preservation. If various aspects of life increasingly prioritize sustainability, the positive impacts will undoubtedly multiply.

Consumers’ growing awareness of environmental issues has given rise to the concept of a sustainable lifestyle. This lifestyle emphasizes the conservation of the environment by ensuring that the products they use and consume are processed with environmental considerations in mind. This encompasses everything from building materials, utensils, and clothing, to food. It’s even possible that in the future, there will be seafood suppliers exclusively offering sustainable products.

With more public figures endorsing the sustainable lifestyle, more members of the general public are being exposed to the concept of sustainability. This on-ground reality leads the Aruna team to earnestly hope that more individuals will get involved in preserving the environment. With increased participation, the resulting impacts can be more easily felt by the society at large.

Go International Berkat Benahi Fisheries Management Industry

Siapa yang dapat mengira jika dengan ikut membenahi sektor fisheries management industry bisa mengharumkan nama bangsa dan go international? Ya, hal ini dirasakan sendiri oleh tim Aruna yang selama tahun 2022 ini sudah beberapa kali mendapatkan kesempatan untuk menghadiri perhelatan tingkat internasional yang berhubungan dengan fisheries industry. Dapat dilihat bukan hanya keuntungan semata yang dihasilkan, tetapi ada banyak value tak ternilai yang dapat diraih oleh Startup Aruna dan diberikan kembali ke masyarakat luas.

Aruna Terus Gaungkan Pembenahan pada Fisheries Management Industry

Negara kita terdiri dari belasan ribu pulau, yang masing-masing memiliki ciri dan potensinya sendiri. Bentangan pulau dan perbedaan struktur daratan serta perairan yang sedemikian banyak ini memang menimbulkan banyak hambatan. Sebagai startup perikanan yang bertekad kuat untuk turut memajukan sektor industri perikanan dan tetap mengedepankan sustainable fisheries, fakta nyata di lapangan ini memang bukan hal yang mudah diselesaikan. Oleh karena itu hambatan dalam struktur rantai pasokan di industri perikanan yang selama ini belum terselesaikan, justru Aruna jadikan sebagai tantangan.

Ada pepatah lama yang mengatakan bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil. Hal demikian benar-benar dirasakan oleh seluruh tim Aruna. Berkat kegigihan dan dukungan dari berbagai pihak termasuk melalui Aruna Hub, jerih payah untuk membenahi fisheries management industry sampai ke akar, kini mulai membuahkan hasil. Siapakah yang merasakan hasil tersebut, apakah hanya segelintir pihak? Tentu tidak hanya tim Aruna, tetapi banyak pihak kini bisa merasakan berbagai perbaikan berkat pembenahan yang dilakukan.

Ujung tombak fisheries management industry

Posisi nelayan dijadikan sebagai ujung tombak fisheries management industry. Sehingga jika ada pergerakan ke arah yang lebih baik, maka hal tersebut dapat dirasakan dan tercermin langsung dari kehidupan mereka. Dengan pemanfaatan teknologi, kini nelayan bisa mendapatkan hasil tangkapan dan budidaya yang lebih optimal. Disamping itu, pengetahuan para nelayan pun meningkat seiring Aruna yang selalu bersemangat memberikan pembekalan untuk meningkatkan soft skill dan hard skill mereka.

Kualitas dan kuantitas produksi yang meningkat

Kemajuan teknologi bukan hanya membantu peningkatan hasil tangkapan dan budidaya, tetapi membantu kita untuk memastikan ekosistem alam terjaga. Jadi bukan hanya komunitas nelayan yang merasakan buah dari penataan di berbagai aspek yang dilakukan oleh Aruna, tetapi dari lingkungan hingga ke konsumen pun turut merasakannya.

Menembus pasar ekspor

Berkat kualitas hasil tangkapan dan budidaya para nelayan yang bisa menembus standar ekspor, kini semakin banyak hasil produksi mereka yang turut dirasakan oleh konsumen internasional. Aruna membantu nelayan memiliki profil yang dapat diakses para calon konsumen, untuk melacak jaminan 360 traceability dari hasil produksi para nelayan.

3 Fakta Tentang Hasil Nelayan Lokal yang sudah Go International

  1. Ikan Cakalang menjadi komoditas ekspor bernilai jutaan di Ney York, New Jersey, Massachusetts, Virginia dan Maryland. Dalam data yang dirangkum dari 2019 hingga 2021, nilai ekspornya menembus nilai 38 juta Dollar AS. Hal ini terungkap saat Aruna menghadiri SENA (Seafood Expo North America) 2022
  2. Aruna Crab siap jadi produk nelayan unggulan yang menembus pasar negara Kanada dan Amerika Utara. Saat menghadiri event pameran internasional makanan dan minuman terbesar di Amerika Utara, produk nelayan lokal ini Aruna promosikan agar bisa meraih pangsa pasar yang potensial.
  3. Aruna menggali potensi pasar ekspor di San Fransisco. Bersama Konsulat Ekonomi I dan KJRI di San Fransisco, tim Aruna hadir dan aktif berdiskusi untuk memperluas pasar supplier seafood dari hasil nelayan lokal.

Selain di sektor ekonomi, Aruna juga mewakili negara-negara di Asia Tenggara untuk memaparkan bahwa teknologi internet of thing (IoT) sangat membantu mengurangi bahaya dan memperbaiki ekosistem laut pada acara Google I/O 2022. Seluruh pencapaian yang dapat dirasakan oleh Aruna hingga saat ini tidak akan dapat terjadi tanpa dukungan semua pihak.

Dalam kesempatan ini Aruna mengucapkan terima kasih atas begitu besar dukungan yang telah diterima, dan jangan pernah lelah untuk terus berinovasi dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa kita tercinta ini, Republik Indonesia.

Dominasi Lelaki pada Fisheries Industry Employment

Ketika menyebut kata perikanan, maka kata selanjutnya yang ada di bayangan banyak orang pasti nelayan. Ketika membahas nelayan, maka kata selanjutnya yang muncul di benak adalah pria. Ya, tepatnya tenaga kerja yang terlibat dalam sektor industri perikanan (fisheries industry employment) memang sangat identik dengan kaum pria. Faktanya, nelayan yang berjenis kelamin perempuan memang jarang kali kita jumpai. 

Data yang telah dirilis oleh situs resmi Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui statistik.kkp.go.id menyatakan bahwa per tahun 2020, tercatat ada 2.849.734 jiwa yang berprofesi sebagai nelayan dan tersebar di seluruh Indonesia. Sementara itu, rupanya provinsi Jawa Timur dan Kalimantan menyumbang jumlah terbesar, yakni sebanyak 265.917 dan 245.400 orang.

Sementara itu situs statista.com yang memberikan data statistik survey, menyatakan bahwa ada gap yang sangat besar mengenai jumlah tenaga kerja pria dan perempuan yang terlibat secara langsung di sektor perikanan. Lebih lanjut dalam infografis yang disajikan oleh laman tersebut, perbandingan jumlah tenaga kerja pria dibandingkan dengan perempuan yang terlibat secara langsung dalam proses produksi di sektor perikanan adalah 1:109. Dalam artian hanya terdapat 1 perempuan yang terlibat langsung dalam proses produksi, sementara ada 109 pria yang terlibat. Sedangkan untuk kegiatan non produksi, perbandingan keterlibatan pria dan perempuan yang terdata tidak terlalu signifikan seperti kegiatan produksi, yakni 1:8.

Dominasi Pria Pada Fisheries Industry Employment, Apa Maknanya?

Lantas apa makna dari nilai perbandingan tersebut? Itu tandanya kebanyakan yang terlibat dalam sektor perikanan adalah para kepala keluarga maupun calon kepala keluarga. Apalagi budaya kita mewariskan kultur bahwa pria adalah tulang punggung dan pemberi nafkah keluarga. Dengan keberadaan dominasi para pria yang terlibat langsung untuk bekerja di sektor perikanan, berarti sebenarnya ada lebih banyak orang yang menggantungkan hidup mereka di sektor perikanan.

Sehingga setiap kemajuan maupun kemunduran yang terjadi pada sektor perikanan, akan memberikan dampak lebih banyak dibandingkan besaran jumlah orang yang berprofesi dan terlibat dalam sektor perikanan. Mengingat ada banyak kepala keluarga yang menggantungkan kehidupan seluruh anggota keluarganya di sektor ini. Oleh karena itulah hal yang berkaitan dengan sektor perikanan harus dikaji secara komprehensif, demi mencegah dampak negatif yang akan timbul.

Perlukah Meningkatkan Peran perempuan di Sektor Perikanan?

Melihat begitu besarnya dominasi para pria yang terlibat dalam kegiatan produksi di sektor perikanan, sebenarnya cukup beralasan. Karena pekerjaan ini memang mayoritas merupakan kerja yang membutuhkan tenaga besar dan banyak menghabiskan waktu di alam terbuka. Sementara itu, para perempuan sebenarnya masih bisa ditingkatkan keterlibatannya di sektor perikanan namun pada bidang non produksi. Dalam proses pengolahan hasil perikanan misalnya.

Startup perikanan yang bergerak di bidang suplai juga bisa mengambil peran dalam hal ini. Salah satu contohnya adalah, subsektor supplier seafood bisa lebih melibatkan perempuan dalam kegiatan penyortiran dan pengepakan produk. Selain memberikan solusi untuk mencapai sustainability fisheries di negara kita tercinta ini, ekosistem yang tercipta dapat melibatkan lebih banyak perempuan bukan hanya dalam peningkatan taraf ekonomi tetapi juga dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Dengan sinergi yang terjalin antara seluruh perempuan dan pria yang terlibat dalam sektor perikanan ini, maka angka yang menunjukkan dominasi pria pun tidak perlu menimbulkan banyak keresahan. Justru dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan. Begitu juga Aruna Hub yang merupakan bagian dari startup Aruna Indonesia, tidak terlepas dari sinergisme ini. Kedepannya akan semakin memperhatikan keterlibatan para perempuan yang berperan dalam ekosistem perikanan.