Marine Talk Bahas Kepiting Bakau, Suarakan Sustainable Fisheries
Pada hari ini, 25 Mei 2022, Aruna sebagai sebuah startup perikanan asal Indonesia kembali mengadakan Marine Talk. Marine Talk adalah talkshow yang mengundang seorang Nakama Aruna untuk mendiskusikan suatu topik, sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing. Syahrizal Siregar selaku Manager Area Aruna di wilayah timur Indonesia menjadi pembicara di acara Marine Talk kali ini dan mengangkat tema “Kepiting Bakau, Crustacea Unggulan Penghuni Mangrove”. Wah, kira-kira, apa yang akan Syahrizal bicarakan, ya? Yuk, simak artikel di bawah ini!
1. Karakter kepiting bakau, ada yang sudah tahu?
Kepiting bakau merupakan hewan yang bersifat omnivora scavenger. Dengan kata lain, ia adalah hewan pemakan segalanya, bahkan termasuk hewan mati! Di sisi lain, kepiting bakau juga bersifat kanibal yang sangat menyukai bau amis seperti ikan segar. Bau amis, ya, bukan bau busuk. Kepiting bakau bisa membedakan di antara keduanya, lho, jadi jangan salah!
“Uniknya, kepiting bakau ini juga merupakan hewan nokturnal. Ia aktif makan di malam hari. Untuk itu, waktu paling bagus untuk memasang perangkap adalah di sore hari, sebelum akhirnya diambil kembali di pagi harinya. Untuk diketahui, waktu terang bulan purnama, kepiting bakau akan molting dan puasa, sehingga kadar daging dalam tubuh kepiting pun menjadi sedikit. Itulah mengapa, di saat-saat tersebut, kondisi kepiting bakau akan kurang bagus apabila ditangkap.” ujar Syahrizal.
2. Jangan pakai alat ini kalau mau memancing kepiting bakau!
Tahukah kamu bahwa kepiting bakau memiliki nilai ekonomis yang tinggi apabila dijual dalam kondisi masih hidup? “Nah, ini catatan pentingnya,” kata Syahrizal. “Sebagai startup perikanan asal Indonesia, kita harus bantu menggaungkan tentang beberapa peraturan yang harus dilakukan untuk menangkap kepiting, seperti dilarangnya penangkapan kepiting menggunakan jaring. Mengapa? Karena kepiting akan stres dan cepat mati karena terjerat jaring kita.”
Selain itu, perlu diketahui bahwa hal tersebut sejatinya sudah diatur dalam PERMEN KP Nomor 12 tahun 2020. PERMEN KP (Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan) tersebut berisikan perencanaan yang bersifat indikatif, memuat visi, misi, tujuan, sasaran strategis, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan).
“Adapun, persyaratannya meliputi dokumen perizinan, jenis komoditas yang akan dikeluarkan, kemudian juga kondisi komoditas yang akan dikeluarkan一bertelur atau tidak, serta kesesuaian ukuran yang ditentukan. Ini harus kita jaga betul-betul karena peraturan ini dibuat juga bukan tanpa tujuan, ya. Tujuan utamanya adalah untuk menjaga keberlanjutan ekosistem laut Indonesia. Peraturan ini berlaku untuk benih bening lobster, lobster muda, lobster, lobster pasir, lobster jenis lainnya, kepiting, dan rajungan,” Syahrizal menambahkan, menjelaskan sekilas tentang sustainable fisheries.
3. Masa hidup hanya berkisar antara 3 hingga 4 tahun
Bicara lagi tentang kepiting bakau, jangan salah persepsi, ya. Kepiting bakau itu tinggal di wilayah hutan bakau yang berlumpur, lho, dan bukan di terumbu karang. Kepiting bakau juga biasanya akan tumbuh cepat dalam satu tahun pertamanya. “Saat masih berbentuk karapas, ukurannya saja sudah mencapai 16 cm. Namun setelah itu, pertumbuhannya akan menjadi sangat lambat, Dengan masa hidup yang hanya berkisar antara 3 hingga 4 tahun, ukuran maksimal karapas itu hanya 28cm,” pungkas Syahrizal. Wah, rupanya, masa hidup kepiting bakau singkat sekali, ya!
Aruna sebagai startup perikanan asal Indonesia tak henti-hentinya mengingatkan Teman Aruna untuk selalu sadar akan makna dan implementasi dari konsep keberlanjutan ekosistem kelautan. Hal ini tentu menjadi hal yang sangat penting, mengingat kita hidup di negara kepulauan dengan luas laut terbesar nomor dua di Indonesia. Keren, ya! Yuk, bersama Aruna suarakan sustainable fisheries.
KJRI di San Fransisco Undang Aruna, Bicarakan Peluang Pasar Hasil Laut
Pada 11 Mei 2022, Aruna, perusahaan perikanan terintegrasi asal Indonesia, diundang oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di San Fransisco untuk mendiskusikan peluang Aruna untuk menjadikan San Fransisco sebagai salah satu negara tujuan ekspor hasil laut Indonesia. Diwakilkan langsung oleh Utari Octavianty, Co-Founder dan Chief Sustainability Officer Aruna, agenda tersebut juga dihadiri oleh Nugroho Y. Aribhimo selaku Konsul Ekonomi I dan Kuntum Khaira Ummah selaku Konsul Ekonomi II. Pada kesempatan yang sama, Utari juga memperkenalkan profil dan visi perusahaan yang telah dibinanya selama enam tahun tersebut secara lebih mendalam.
Mendengar gaung Aruna di Amerika Serikat, KJRI di San Fransisco pun dengan antusias menyimak cerita dari Utari, salah satu Co-Founder Aruna, yang singgah ke kantor KJRI di San Fransisco tentang Aruna. Utari berkata, “Kami menyadari betul bahwa Indonesia memiliki potensi yang luar biasa di industri maritim. Kalau Thailand memiliki Agoda, Tiongkok memiliki Alibaba, mimpi kami adalah menjadikan Aruna sebagai trademark-nya Indonesia. Ketika bicara Aruna, orang ingat Indonesia, dan ketika bicara Indonesia, orang ingat Aruna. Aruna berkomitmen untuk terus mencari peluang guna menjadikan San Fransisco sebagai salah satu negara tujuan ekspor hasil laut Indonesia.”
Bukan sekadar perusahaan startup perikanan terintegrasi, Aruna juga berkomitmen untuk secara konsisten melakukan banyak program edukatif tentang perikanan berkelanjutan. “Nelayan kita ini punya pengalaman yang pragmatis. Mereka mengerti betul apa yang mereka lakukan. Aruna, sebagai startup perikanan, hadir untuk semakin mempertajam kemampuan mereka tentang kelautan dan perikanan, implementasi keberlanjutan secara menyeluruh, mengenalkan mereka pada teknologi dan aplikasi digital milik Aruna, serta memberdayakan para perempuan pesisir,” ucap Utari.
Menanggapi hal tersebut, Nugroho pun mengungkapkan, “Kami percaya bahwa mimpi Aruna adalah mimpi yang mulia. Kami ingin mendukung Aruna untuk dapat menembus pasar yang jauh lebih luas lagi agar semakin banyak pula nelayan Indonesia yang sejahtera.” Kuntum juga menyebutkan bahwa potensi Aruna untuk menjadikan San Fransisco sebagai salah satu negara tujuan ekspor hasil laut Indonesia sangatlah menjanjikan. Ia menambahkan. “Satu hal yang paling penting: traceability. Konsumen di sini mau memastikan bahwa produk yang mereka konsumsi itu terjamin dari segi kualitas dan keberlanjutan bisnis. Sebagai startup perikanan, Aruna sudah mau menekuni itu.”
Aruna merupakan sebuah startup perikanan terintegrasi asal Indonesia yang berkomitmen untuk meringkas rantai pasok produk perikanan dengan menghubungkan nelayan skala kecil ke pasar global melalui teknologi. Tak hanya secara reguler melaksanakan program edukatif tentang perikanan berkelanjutan dan memberdayakan para perempuan pesisir, Aruna kini juga tengah fokus untuk mengembangkan sebuah aplikasi yang biasa disebut Aruna Heroes. Aplikasi ini digadang untuk menjamin traceability produk tangkapan Nelayan Aruna di pasar lokal, terutama global. Hal ini menjadi salah satu faktor yang mendorong Aruna untuk terus memperluas negara tujuan ekspor hasil laut Indonesia.
Arunaverse Digadang Familiarkan Sustainable Fishery di Era Digital
Di tengah era digital dan literasi teknologi yang berkembang pesat seperti sekarang ini, berbagai upaya untuk melestarikan perikanan dan kelautan Indonesia pun semakin mudah diserukan. Di tengah antusiasme masyarakat terhadap platform digital, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM) mengadakan “Pameran dan Temu Bisnis (Business Matching) Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah”. Melalui acara ini, Aruna, sebagai startup perikanan dan kelautan di Indonesia, mengambil kesempatan untuk berpartisipasi dan lebih demi terciptanya sustainable fisheries di laut Indonesia.
Memangnya, apa saja, sih, detail acara “Pameran dan Temu Bisnis (Business Matching) Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah”? Selain dapat menyaksikan berbagai upaya pemerintah dalam menstimulasi jumlah pelaku koperasi dan usaha lokal, kita juga bisa berkenalan dengan ArunaVerse (Aruna Metaverse), salah satu upaya yang Aruna lakukan untuk mewujudkan masa depan laut Indonesia yang lebih cerah.
1. Sinergi Aruna dengan pemerintah
Menyasar pelaku koperasi, serta UMKM dan industri terkait, acara “Pameran dan Temu Bisnis (Business Matching) Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah” merupakan inisiasi pemerintah dalam mendorong produksi inovatif dan menggalakan belanja produk lokal. Digawangi oleh Kementerian Koperasi dan UKM, acara ini menjadi momen yang tepat untuk saling bersinergi dalam mencapai manfaat komunal demi kemajuan produk lokal Indonesia. Acara yang juga berfokus pada perluasan akses pasar koperasi dan UMKM ini diselenggarakan dari tanggal 11 hingga 21 April 2022 di Smesco Exhibition Hall, Jakarta.
Di acara “Pameran dan Temu Bisnis (Business Matching) Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah”, Aruna mengambil peran aktif untuk berpartisipasi dalam pagelaran ekonomi kreatif ini sebagai Mitra Startup Binaan Kementerian Komunikasi dan Informatika. Kali ini, Aruna ingin menghadirkan pendekatan yang berbeda melalui pemanfaatan dunia digital. Menteri Koperasi dan UKM RI, Bapak Drs. Teten Masduki mengunjungi booth Aruna untuk menjajal berbagai pengalaman interaktif yang ditawarkan oleh Aruna melalui ArunaVerse. Hmm, apa itu ArunaVerse?
2. ArunaVerse, dunia baru kreatif nan imersif
Teknologi memperkenalkan kita semua pada suatu kemungkinan baru di mana kita bisa mengakses aneka konten kreatif yang lebih interaktif. ArunaVerse merupakan dunia digital atau metaverse dari Aruna, di mana kamu bisa memiliki pengalaman berkunjung di daerah pesisir Indonesia. Akselerasi digital yang terjadi akibat pandemi COVID-19 kian mendorong tekad Aruna untuk menghadirkan ArunaVerse sebagai sarana edukatif kreatif, yang pun berperan sebagai “konektor pengalaman”, terutama buat Teman Aruna yang dari berasal dari luar negeri.
Sebagai perusahaan perikanan terintegrasi terbesar di Indonesia, Aruna percaya bahwa ArunaVerse berpotensi untuk memberikan hiperkonektivitas, gamifikasi, dan personalisasi yang masif bagi seluruh Teman Aruna. Melalui ArunaVerse, Aruna juga berkomitmen untuk memberikan pengalaman mengenal dan belajar tentang pesisir maupun laut Indonesia yang lebih imersif dengan bermacam kostumisasi dan sajian digital yang menarik.
3. Hal yang bisa dilakukan di ArunaVerse
Ada banyak hal menarik yang dapat ditemui di ArunaVerse, lho. Teman Aruna bisa menyaksikan keindahan otentik suasana pantai Indonesia secara digital. Tak hanya itu, Aruna juga menyertakan berbagai informasi edukatif, seperti komoditas unggulan dari berbagai wilayah Indonesia dan gambaran keseharian masyakarat pesisir. Melestarikan laut tidak pernah terasa semudah dan semenarik ini, bukan?
Hal ini juga dijadikan Aruna sebagai momentum untuk memberdayakan dan menjaga kesinambungan laut Indonesia. Dengan tetap berpegang teguh pada semangat sustainable fisheries, acara “Pameran dan Temu Bisnis (Business Matching) Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah” hadir dengan berbagai fasilitas dan program kerja, seperti pelatihan dan pendampingan, peliputan pada e-katalog Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pemerintah (LKPP), temu bisnis, dan fasilitas akses pameran ke luar negera. Mantap!
Standar dan Sertifikat, Syarat Utama Ekspor
Pada Hari Kartini yang jatuh pada hari Kamis, 21 April 2022 lalu, Aruna kembali mengadakan Marine Talk, sebuah talkshow yang mengundang seorang Nakama Aruna untuk mendiskusikan suatu topik, sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing. Kali ini, Marine Talk dibawakan oleh Stiefanie Amory, Head of Business Aruna, dengan mengangkat tema “Mengenal Alur Proses Produk Eksport Aruna”.
Berangkat dari pengalaman Aruna saat mengarungi badai COVID-19 dari tahun 2020 lalu, beberapa fakta menarik memang ditemukan. Permintaan perishable goods atau jenis barang yang mudah rusak tak disangka-sangka malah meningkat tajam. Sayangnya, bersamaan dengan itu, kenaikan harga kargo, baik angkutan udara maupun laut pun ikut menukik sangat tajam. Waduh!
1. Harganya naik mencapai ratusan persen!
Memang benar bahwa tingginya permintaan ekspor tentu juga akan memengaruhi harga kargo. Namun, kenaikan harga kargo pada saat itu melambung begitu dahsyat. Bagaimana tidak? Kenaikkannya mencapai 500%, lho! Hal tersebut diakibatkan oleh kenaikan permintaan yang dibarengi dengan penurunan kuantitas kendaraan karena situasi pandemi. Selain itu, waktu tunggu dan pemrosesan yang lebih lama karena harus ada pemeriksaan tambahan di pelabuhan membuat semuanya semakin nampak tak karuan.
Pemerintah pun memegang kendali atas hal ini. Beberapa yang dilakukan adalah optimalisasi keterlibatan pelaku logistik swasta nasional untuk mendukung proyek infrastruktur pemerintah dan pemberian subsidi kepada eksportir, khususnya komoditas yang memiliki daya saing tinggi. Namun, tetap saja, kalau Aruna sebagai startup perikanan yang baru lahir pada 2016 silam masih bisa bertahan hingga detik ini, bisa dipastikan itu semua juga berkat dukungan dan doa dari Teman Aruna. Terima kasih!
2. Harus punya badan hukum
Terlepas dari pengalaman pahit yang kita bersama sempat lewati, yuk, lanjut belajar tentang dasar dari kegiatan ekspor! Sebelum memulai proses yang rumit, tentu saja kita wajib memastikan bahwa produk yang kita miliki sudah siap diekspor. Maksudnya bagaimana, tuh? Stiefanie pun menjelaskan, “Pastikan dulu kualitas dari produk kita, sudah mumpuni belum? Bagaimana dengan kemampuan kita untuk melakukan perputaran stok, biaya rantai pasok, hingga kemasan, dan handling knowledge kita?”
Untuk bentuk badan hukum yang diperkenankan untuk melakukan ekspor adalah CV, Firma, PT, Persero, Perum, Perjan, dan Koperasi. “Badan hukum tersebut juga tentu harus memiliki NPWP dan memiliki salah satu, sebagian, atas izin Surat Izin Usaha Perdagangan, Surat Izin Industri dari Dinas Perindustrian, Izin Usaha PMDN atau PMA,” terang perempuan yang biasa disapa Stie itu. Selain itu, memahami tentang Harmonized System juga penting sebelum kita melakukan ekspor. Apa itu Harmonized System?
Stie menambahkan, “Pada kenyataannya, statistik ekspor dan impor di dunia ini dicatat dalam suatu sistem kode klasifikasi. Mengapa sistem ini penting? Karena penyebutan suatu produk di negara A dan negara B tentu berbeda. Misal, produk kopi di Inggris disebut dengan ‘coffee’ dan ‘kaffee’ di Jerman. Tentu kita akan memerlukan sistem kode klasifikasi yang diakui secara internasional untuk menyeragamkan penyebutan produk kopi. Makin panjang kodenya, maka makin spesifik pula produk perdagangan yang dijelaskan.”
3. Tenang, meski rumit, ekspor bisa dilakoni, kok
Menurut Stie, flow atau langkah untuk melakukan ekspor idealnya diawali dengan persiapan perizinan yang dibutuhkan untuk kegiatan ekspor. “Jangan lupa untuk meminta quotation dari pembeli. Paralel dengan itu, eksportir juga harus menyiapkan dokumen sales contract. Sales contract adalah surat kesepemahaman antara penjual dan pembeli sebelum pembeli membuat purchase order. Kurang lebih, sales contract berisikan tentang syarat pembayaran barang, seperti harga yang disepakati, kualitas, jumlah, cara pengangkutan, asuransi, dan yang lain,” ujar Stie.
Seusai itu, Stie mengungkapkan bahwa eksportir harus segera menyiapkan produk yang akan segera diekspor, sebelum akhirnya berkoordinasi dengan perusahaan kargo terkait pengiriman. “Nah, ketika sudah deal, baru eksportir akan memperoleh dokumen ekspor yang dapat membantu mereka untuk melacak kiriman mereka. Kurang lebih, sederhananya demikian. Intinya, tidak perlu khawatir dengan proses rumit persiapan dokumen ekspor ini. Prioritaskan persiapan produknya untuk sesuai standar ekspor beserta sertifikatnya, pasti lancar,” Stie menyimpulkan.
Sebagai startup perikanan Indonesia yang pun aktif melakukan ekspor, Aruna ingin mengingatkan bahwa Indonesia memiliki PPEI atau Pelatihan dan Pendidikan Ekspor Indonesia, lho. Pelatihan ini ditujukan untuk mendukung UMKM Indonesia dalam melaksanakan ekspor. Kalau Teman Aruna tertarik untuk melakukan ekspor, segera hubungi hotline Kementerian Perdagangan RI, ya!
Aruna Berbagi Kebahagiaan Ramadan dengan Anak-Anak Yatim
Pada tanggal 21 April 2022 kemarin, Aruna mengunjungi Asrama Yatim Mizan Amanah Bukit Cinere di Depok, Jawa Barat. Dihadiri langsung oleh CEO dan Co-Founder Aruna, Farid Naufal Aslam, kunjungan ini ditujukan untuk membangun silaturahmi dan berbagi kebahagiaan Ramadan. Bersama dengan Farid, beberapa perwakilan dari tim Aruna yang lain, seperti People and Culture, Content Creative, dan Sales, pun hadir menyambangi anak-anak di asrama yatim tersebut.
Acara di Asrama Yatim Mizan Amanah Bukit Cinere dibuka dengan perkenalan singkat dari Farid tentang Aruna. Dirinya menjelaskan bahwa Aruna adalah perusahaan perikanan terintegrasi asal Indonesia yang berkomitmen untuk meringkas rantai pasok produk perikanan dengan menghubungkan nelayan skala kecil ke pasar global melalui teknologi. Secara tak langsung, Aruna juga telah memperkenalkan pada mereka tentang fisheries industry, sebuah industri berpotensi besar di negeri kita tercinta, Indonesia.
Di kesempatan yang sama, Aruna pun melakukan penyerahan donasi pada pengurus Asrama Yatim Mizan Amanah Bukit Cinere. Selaku Kepala Asrama, Bapak Subhan Rabani, mengungkapkan rasa syukur dan doanya untuk Aruna, “Alhamdulillah, semoga bantuan dari Aruna ini dapat menjadi berkah Ramadan bagi anak-anak yatim di sini. Kami berharap agar tali silaturahmi yang telah dijalin, dapat terus dijaga hingga masa mendatang. Terima kasih sekali lagi kami ucapkan, semoga Aruna sebagai perusahaan yang bergerak di bidang fisheries industry selalu diberkahi di sepanjang perjalanannya.”
Sebelum agenda buka puasa bersama dilaksanakan seusai penyerahan donasi, Farid mengatakan, “Meski apa yang Aruna berikan ini tidak banyak, tetapi kami banyak berharap agar kami bisa membawa setidaknya sedikit penghiburan dan kebahagiaan buat adik-adik di Asrama Yatim Mizan Amanah Bukit Cinere. Buat adik-adik, semangat berpuasa dan beribadah, makan-makanan yang sehat, bercita-citalah setinggi mungkin. Dengan segala potensi yang ada, negeri kita sedang menunggu kita untuk terus berkarya.”
Perempuan jadi Sumber Kekuatan di Kehidupan Pesisir, Kok Bisa?
Bukan hanya kekayaan laut Indonesia yang lagi-lagi membuat kita terpana. Para pelaku aktif di dalamnya, termasuk perempuan, pun menjadi subjek yang membangkitkan harapan Indonesia tentang kehidupan pesisir yang lebih baik. Kendati kerap terhimpit stigma, perempuan tetap berusaha menjadi bagian kokoh dari industri perikanan dan kelautan Indonesia. Ya, mereka berperan sebagai penyokong aktivitas ekonomi di pesisir.
Di Hari Kartini ini, Aruna sebagai startup bidang perikanan Indonesia yang peduli akan kesetaraan di lingkungan perikanan dan kelautan Indonesia, mengajak Teman Aruna untuk mengenal peran perempuan di pesisir Indonesia. Dengan tetap menjaga semangat sustainable fisheries, kita pun bisa bersama-sama belajar mengenai kontribusi konkret perempuan di wilayah pesisir.
1. Berdikari, sebagai pelaku utama aktivitas perikanan dan kelautan Indonesia
Di Indonesia, kehadiran dan peran perempuan dalam ranah perekonomian perikanan dan kelautan memang terbilang masif. Tak main-main, sebagai pelaku aktif, perempuan mengisi 42 persen angkatan kerja di sektor perikanan. Sebanyak 72 persen bekerja pada sektor pemasaran hasil laut dan 4 persen sebagai nelayan. Menurut Susan Herawati dari Koalisi Rakyat Untuk Keadilan Perikanan (KIARA), perempuan Indonesia setidaknya menyumbang 169.000 metrik ton ikan senilai $253.000.000. Tentu saja, ini merupakan angka yang masif dari perempuan hebat Indonesia!
Dalam lingkup aktivitas ekonomi perikanan, para perempuan Indonesia terlibat di berbagai tahapan, seperi pada masa prapanen dan pascapanen. Banyak hal dilakukan oleh perempuan di masa prapanen seperti menyediakan logistik berupa makanan, bekal selama melaut dan mempersiapkan berbagai peranti atau perlengkapan untuk melaut. Untuk kegiatan pascapanen, mereka melibatkan diri dalam penyortiran ikan, pengolahan dan pemasaran hasil tangkapan.
2. Perempuan, untuk industri perikanan dan kelautan yang berkesinambungan dan adil
Terlibat aktif dalam kegiatan perikanan dan penjagaan ekosistem laut, perempuan tentu menjadi salah satu pilar kokoh industri perikanan dan kelautan Indonesia. Bukan semata-mata mencari pencaharian, mereka juga sadar bahwa laut Indonesia telah berhasil menghidupi mereka, sehingga mereka pun harus menjaga laut tercinta. Kesetaraan gender dan profesionalitas harus terus ditegakkan supaya para perempuan Indonesia mampu menjaga eksistensi mereka sebagai bagian solid dari ekonomi perikanan dan kelautan.
Ada berbagai usaha yang dilakukan oleh perempuan di berbagai wilayah Indonesia untuk tetap menjaga sustainable fisheries. Di pulau Tanake, Sulawesi Selatan, para perempuan lokal yang bekerja sebagai penanam rumput laut saling bergotong royong dalam menjaga hutan mangrove beserta ekosistem di sekitarnya. Kemudian, para perempuan nelayan gurita di Kaur, Bengkulu mencatat tangkapan mereka sembari memperhatikan ekstraksi gurita guna mengurangi eksploitasi gurita. Sekali mangayuh dayung, dua pulau terengkuh, ya?
3. Usaha pengentasan malnutrisi dan kemiskinan dari perempuan Indonesia
Sebagai pihak yang sering “ditunjuk” sebagai pengurus rumah tangga, sudah bukan rahasia lagi bahwa perempuan cakap dalam menyediakan asupan makanan bergizi bagi anggota keluarga. Mereka kerap menyulap hasil tangkapan menjadi berbagai olahan kreatif, seperti nugget dan bakso ikan, sehingga kebaikan laut dapat tersajikan dengan bentuk yang beragam.
Para perempuan pesisir tentu sadar bahwa olahan kreatif ini juga akan membawa nilai tambah tersendiri. Ketika hasil tangkapan sudah diproses sedemikian rupa, maka value dari produk tersebut akan naik. KIARA menyebutkan bahwa 48 persen pendapatan domestik diperoleh dari perempuan. Usaha nyata ini bisa dilihat sebagai bukti nyata peranan perempuan Indonesia untuk mengentaskan malnutrisi dan kemiskinan, setidaknya di lingkup keluarga.
Kesimpulannya, sudah tak valid lagi rasanya untuk memandang perempuan sebagai second-class gender, terlebih di ranah perairan dan kelautan. Nyatanya, perempuan pesisir tetap dengan proaktif dan kreatif memposisikan diri mereka untuk menjadi pihak yang berperan aktif dalam perekonomian keluarga dan kelestarian laut Indonesia. Yuk, apresiasi eksistensi sekaligus usaha perempuan Indonesia demi laut yang adil dan berkesinambungan.
Harus Dilestarikan, Kenali Nelayan Tradisional dan Tradisinya!
Teman Aruna, tahukah kamu bahwa adanya kondisi alam, latar belakang para nelayan, muatan, hingga nilai adat yang dimiliki dapat menciptakan suatu identitas dan pola aktivitas melaut yang unik dan berbeda? Tak heran apabila ada berbagai tipe nelayan yang bahkan masih bisa ditemui hingga saat ini. Fenomena klasifikasi nelayan ini memaparkan fakta bahwa setiap tipe nelayan memiliki karakteristik tersendiri, tak terkecuali bagi nelayan tradisional. Aruna sebagai startup perikanan dan kelautan yang peduli akan keanekaragaman industri perikanan Indonesia mengajak Teman Aruna untuk mengenal nelayan tradisional. Harapannya, kita bisa lebih menghargai dan melestarikan nilai yang mereka percayai. Lebih lanjut, Aruna juga berkomitmen untuk menjaga sustainable fisheries dan memberdayakan nelayan tradisional karena mereka memiliki peranan penting dalam lingkup perekonomian di wilayah pesisir.
1. Ukuran sampan atau perahu yang dipakai oleh nelayan Indonesia
Salah satu ciri dari nelayan tradisional bisa dilihat melalui besarnya ukuran sampan atau perahu yang dipakai. Ukuran perahu dihitung menggunakan satuan GT (Gross Tonage). Nelayan tradisional memiliki perahu dengan ukuran antara 5 hingga 10 GT. Di kelasnya, ukuran tersebut memang terbilang kecil, sehingga memberikan suatu limitasi tersendiri bagi nelayan tradisional untuk menjelajah dan menampung hasil tangkapan ikan saat melaut. Ukuran kapal juga berkaitan dengan kebijakan pemerintah dalam pemungutan pajak yang disebut PHP (Pungutan Hasil Perikanan). Sebagai contoh, kapal dengan ukuran 30 GT (Gross Tonage) akan dipatok dengan pungutan yang lebih besar dibanding perahu dengan ukuran di bawahnya sesuai dengan kebijakan yang berlaku. Dalam hal ini, kebijakan tersebut menjadi upaya pemerintah dalam mendukung berbagai lapisan nelayan di Indonesia, tak terkecuali bagi nelayan tradisional. Sehingga, dengan pungutan yang minim atatu bahkan nihil, nelayan tradisional bisa lebih merasakan hasil tangkapan laut mereka.
2. Luas daerah tangkapan nelayan tradisional yang terbatas
Atribut teknis mencakup fasilitas pendukung hingga ukuran kapal tidak bisa dipungkiri mempengaruhi nelayan tradisional dalam menjalankan aktivitas perikanan mereka. Ini berdampak pada coverage atau cakupan wilayah melaut mereka. Ruang gerak yang terbatas tentu mempengaruhi hasil tangkapan ikan para nelayan tradisional, bahkan terkadang “persaingan” penangkapan hasil laut menjadikan nelayan tradisional sebagai korban karena banyak ikan yang sudah terjaring oleh kapal besar dengan cakupan wilayah yang lebih masif. Cakupan luas dan fasilitas lebih mumpuni yang dimiliki oleh nelayan modern memang bisa menjadi ancaman tersendiri bagi nelayan tradisional. Oleh karena itu, eksistensi dari nelayan tradisional perlu diselamatkan. Para nelayan tradisional menggunakan pendekatan melaut sesuai dengan local wisdom yang mereka percaya, sehingga eksistensi nelayan tradisional berhubungan langsung dengan keberadaan nilai adat mereka. Apabila nelayan tradisional tidak diberdayakan dengan maksimal, maka bisa jadi adat dan tradisi melaut mereka akan menghilang.
3. Pendekatan yang sederhana untuk menentukan cuaca dan daerah penangkapan
Nelayan tradisional memiliki suatu pemahaman tersendiri mengenai tanda-tanda alam, sehingga untuk memprediksi cuaca atau kondisi laut, mereka akan mencoba untuk membaca gejala-gejala alam tersebut. Nelayan tradisional dari berbagai wilayah Indonesia mengetahui secara baik berbagai angin musiman yang bertiup secara berkala, berhembus dari arah dan waktu tertentu. Sehingga memahami dan menghafal sifat dari angin-angin tersebut menjadi
salah satu cara mereka untuk memprediksi cuaca. Nelayan tradisional juga mengamati bentuk awan untuk memprediksi kondisi cuaca. Sebagai contoh, apabila ada awan tebal berwarna keabu-abuan dan kehitaman terlihat menggantung membentuk suatu garis yang mengarah ke arah tertentu, mereka menyakini bahwa ini merupakan pertanda akan terjadinya cuaca buruk. Kemudian, nelayan tradisional juga dapat mengamatai arus laut sebagai tanda untuk memprediksi cuaca.
4. Apakah terdapat kawanan burung di permukaan laut?
Cara nelayan tradisional mengetahui daerah penangkapan dilakukan secara tradisional tanpa menggunakan alat seperti radar. Mereka mengandalkan pengalaman turun-temurun dalam membaca kondisi laut seperti mengamati apakah ada buih-buih air pada permukaan air dan melihat apakah terdapat kawanan burung di permukaan laut. Hal ini mengakibatkan para nelayan harus menjelajah perairan untuk mencari tanda-tanda alam tersebut.
Bagi para nelayan tradisional, untuk menghidupi diri, keluarga sekaligus menjaga kearifan lokal, mereka melakukan berbagai aktivitas melaut dengan cara yang lebih sederhana dan bersahaja. Mencari kehidupan di laut Indonesia tercinta dengan kekayaan local wisdom menimbulkan berbagai keterbatasan bagi nelayan tradisional. Oleh karena itu, Aruna dengan tetap memperhatikan tradisi yang dimiliki oleh para nelayan tradisional akan selalu mendukung
aktivitas perikanan mereka, sehingga diversitas laut Indonesia tetap akan terjaga.
5. Komitmen Aruna
Aruna ingin membantu nelayan tradisional melalui berbagai cara, salah satunya dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia. Pemberdayaan dan bantuan pun bisa dikerahkan di berbagai hal lainnya untuk mengurasi limitasi namun tetap menjaga nilai tradisi para nelayan tradisional. Sehingga, ke depannya nelayan tradisional bisa melaut dan melakukan aktivitas perikanan dengan lebih efisien. Ini bisa menjadi langkah yang baik untuk menjaga sustainable
fisheries di wilayah pesisir, melestarikan nelayan tradisional sekaligus mendorong produktivitas mereka.
Flash Sale dan Photo Contest: Aruna Seafood Serukan #RevolusiProtein
Kabar gembira untuk para seafood lover! Dalam rangka menyemarakkan bulan penuh berkah sekaligus mengajak semua Teman Aruna untuk hidup sehat melalui gerakan #RevolusiProtein, Aruna sebagai platform integratif perdagangan perikanan dari Indonesia mengadakan Flash Sale Ramadan dan Photo Seafood Menu Challenge bertemakan “Kreasi Ramadan Aruna Seafood”. Simak informasi di bawah ini dan jangan sampai kelewatan, ya!
1. Hal yang sayang banget untuk dilewatkan
Bukan Aruna Seafood namanya apabila produk yang ditawarkan tidak fresh dan tidak datang langsung dari nelayan lokal yang tersebar dari berbagai wilayah di Indonesia. Menariknya, pada promo flash sale kali ini, produk ciamik bermutu tinggi dari Aruna Seafood hanya dibandrol dengan harga Rp15.000 saja, lho! Murah banget, ‘kan? Nah, bersamaan dengan itu, Teman Aruna juga bisa mengikuti Photo Seafood Menu Challenge dengan tema “Kreasi Ramadan Aruna Seafood”. Nantinya, 5 pemenang beruntung akan membawa pulang hadiah THR senilai jutaan rupiah dan voucher belanja seafood sebesar Rp200.000.
2. Gampang banget, ini caranya untuk ikutan flash sale
Untuk diketahui, semua produk Aruna Seafood dapat didapatkan melalui berbagai platform, seperti di situs resmi www.seafoodbyaruna.com dan beberapa marketplace, yakni Tokopedia dan Shopee. Flash sale kali ini secara khusus hanya diadakan di Tokopedia pada Selasa, 12 April dan Jumat, 15 April 2022. Jangan sampai ketinggalan, ya, karena Flash Sale Ramadan yang Aruna Seafood adakan ini hanya dilaksanakan pada jam-jam tertentu, seperti saat sahur dan berbuka, yakni pada pukul 03.00-05.00 WIB dan 16.00-18.00 WIB.
3. Bagaimana kalau ingin join Photo Seafood Menu Challenge?
Photo challenge ini telah dilaksanakan dari 8 April 2022 dan akan terus berlangsung hingga 29 April 2022 mendatang. Tenang seafood lover, masih banyak waktu, kok! Buat kamu yang tertarik untuk ikut challenge ini, berikut adalah beberapa langkah mudah untuk mengikuti Photo Seafood Menu Challenge tersebut. Jangan sampai skip informasinya, ya!
– Tak follow, maka tak kenal! Pertama, follow akun Instagram @seafoodbyaruna dan marketplace Aruna Seafood di platform Tokopedia dan Shopee.
– Buat olahan masakan atau sajian kreatif andalan Teman Aruna menggunakan produk yang bisa kamu didapatkan di Seafood online Aruna dan dan marketplace Aruna Seafood di platform Tokopedia dan Shopee.
– Tunjukkan bukti invoice pembelian produk Aruna Seafood kamu melalui DM ke Instagram kami di @seafoodbyaruna.
– Foto hasil kreasi masakan kamu, lalu unggah ke akun Instagram kamu dan tag @seafoodbyaruna. Pada kolom caption foto, gunakan tagar #RevolusiProtein dan #KreasiRamadanArunaSeafood. Pastikan akun kamu tidak di-private, ya!
Sebagai startup perikanan, Aruna, melalui Aruna Seafood, ingin terus mempermudah akses masyarakat Indonesia dalam membeli dan mengonsumsi olahan laut. Menawarkan produk laut yang berkualitas dengan harga yang terjangkau, Aruna Seafood berkomitmen untuk memberikan promo menarik bagi para seafood lovers secara reguler. Wah, mantap, ‘kan? Selain itu, jangan lupa untuk untuk mengikuti photo challenge bertajuk “Kreasi Ramadan Aruna Seafood”, ya, karena banyak hadiah menanti kamu! Kegiatan ini bisa menjadi kesempatan yang tepat bagi kita untuk mengamplifikasi pentingnya #RevolusiProtein, sembari terus mendukung kesejahteraan nelayan Indonesia!
APL, Aruna Innovation for the Sustainability of the Indonesian Marine Ecosystem
It is time for us to contribute to the prosperity of Indonesia’s marine industry through the use of technology.
Aruna, as an active player in the fisheries industry in Indonesia, is also working to advance and ensure the sustainability of marine and fisheries ecosystems through the initiation of providing APL (Alat Penanda Lokasi) innovation to the fishermen under its auspices.
In the midst of the increasing discovery and use of modern utilities, monitoring facilities are one of the things that can be implemented to ensure compliance of marine and fisheries activities with applicable regulations. Apart from that, APL (Alat Penanda Lokasi) will also have a good impact on fishermen. Hm, how is that possible?
To gain a deeper understanding of the use of APL technology and Aruna’s commitment to using APL for fishermen, let’s look at the explanation below!
Definition of APL
Alat Penanda Lokasi (APL) or Tracking Devices are tools for fishermen and fishing industry players to monitor fishermen’s catch areas, frequency of fishing activities and number of catches. With APL, fishermen’s compliance with fisheries regulations can be more closely observed and guaranteed, so that the marine ecosystem is also maintained. When the marine environment and fisheries actors can protect and monitor each other, it is hoped that the marine and fisheries industry in Indonesia will become more solid.
Who can use APL?
Talking about the fisheries industry, a good ecosystem needs to be supported by every actor in it. Of course, all parties involved in fisheries activities can take advantage of the features and benefits of APL implementation, from fishermen, researchers or marine research and observation bodies, to authorities in the sector. The more parties involved, the better the future of Indonesia’s seas will be.
Aruna’s real action in using APL
The innovation carried out by Aruna directly involved implementing the use of APL for Aruna Fishermen, so that on February 26 2022, Aruna carried out outreach and training related to APL to 10 beneficiary fishermen in Jenebora, East Kalimantan. The training lasted for 1 hour to explain the functions and benefits of APL. Apart from that, this activity also aims to increase fishermen’s compliance with anti-IUU fishing regulations.
In implementing APL (Alat Penanda Lokasi), of course assistance is needed for fishermen. Therefore, this activity will continue until February 28 2022 with the agenda of installing APLs on fishing boats. The installation was carried out by fishermen with assistance from the Maritime Foundation. Until now, all tools are active. Aruna and Global Fishing Watch also expressed their commitment through a collaboration that echoes their activities as active actors in the use of APL. Both of them also routinely monitor data acquisition and implementation of APL technology.
Indeed, it is time for the call for technology meets fisheries to begin to be believed and put into real practice, so that the ecosystem and… sustainable fisheries can always be awake. Through the use of APL, Aruna provides a concrete example regarding the use of this technology, so that all fisheries sectors can work together to form a good and sustainable marine and fisheries industry.
Aruna Creates Sustainable Fisheries Forum
On March 17 and 18 2022, Aruna, a fisheries startup from Indonesia that is revolutionizing the seafood trade ecosystem through technology, held an event entitled “Indonesia Ocean Sustainability Forum (IOSF) 2022 by Aruna”.
As one of a series of events for Aruna’s 6th anniversary, IOSF 2022 by Aruna presents an FGD, talk show and webinar that thoroughly examines the implementation of marine ecosystem sustainability. Aruna’s 6th anniversary event was also attended by various expert speakers, such as academics, government officials, business practitioners and NGOs.
The event was opened by Aruna’s Co-Founder and Chief Sustainability Officer, Utari Octavianty. She said, “IOSF 2022 by Aruna marks our optimism in the sustainability of marine ecosystems which can be implemented through responsible business processes in economic, social and environmental aspects. Until now, through our Local Heroes in the field, we educate fishermen about many things, such as knowledge of using environmentally friendly fishing gear and the importance of the concept of sustainability. “On the other hand, we also facilitate them with access to capital, health insurance, as well as providing employment opportunities for the fishermen’s wives.”
Attended by Experts In The Field of Fisheries
The Minister of Maritime Affairs and Fisheries (KP) of the Republic of Indonesia, Sakti Wahyu Trenggono, represented by the Head of the KP Research and Human Resources Agency, I Nyoman Radiarta, also provided his support regarding ecological and economic harmony in marine ecosystems or known as the Blue Economy. This Blue Economy is believed to be able to open up investment and employment opportunities, as well as further boost the national economy. Concurring with this, the Coordinating Minister for Maritime Affairs and Investment, Luhut Binsar Pandjaitan, said that his party was also ready to collect global commitments in order to realize marine health restoration by implementing fishing quotas. The commitment is made to realize sustainable fisheries and seafood. On the same occasion, LPEM UI also presented the results of its research regarding improving the economy of coastal communities following the presence of Aruna as a domestic startup operating in the fishery industry.
Outcome from the IOSF 2022 forum
To find out in more detail, the IOSF 2022 by Aruna research and events as a whole refer to the 3 main points below, namely:
- The importance of formulating and grounding the Blue Economy concept and having a clear blue print regarding Indonesia’s fisheries strategy.
- There is a need for assistance and education for Indonesian fishermen about Climate Change and its impact on marine commodities.
- Formulation of government regulations that are steady and pro-community. This is done so that business actors can operate more calmly and the level of investor confidence in the fisheries sector in Indonesia will be higher.
The hope is that these 3 points can become our shared framework for achieving ecosystem and fisheries sustainability. “Indonesia Ocean Sustainability Forum (IOSF) 2022 by Aruna” marks Aruna’s commitment to the welfare of all stakeholders in the fishing industry, starting from fishermen, coastal communities, business people, government, and the general public, such as consumers.