Local Heroes Aruna dan Sustainable Fisheries and Management
Sejak didirikan pada tahun 2016, tak terasa ada banyak perubahan yang terjadi di tubuh Aruna sebagai perusahaan perikanan terkemuka di Indonesia. Meskipun berhasil berkembang secara dinamis bahkan saat menghadapi masa pandemi, semangat dari tim perusahaan Aruna sejak awal tidak pernah berubah, yakni untuk menghubungkan nelayan ke pasar yang lebih luas. Dengan menjangkau pasar yang lebih luas, otomatis taraf hidup para nelayan pun dapat meningkat. Tentu saja untuk merealisasikan hal tersebut, penerapan sustainable fisheries and management yang tepat menjadi jurus pamungkas tim Aruna.
Ya, memang tidak perlu dirahasiakan lagi bagaimana tim Aruna mengandalkan sustainable fisheries and management sebagai kunci utama keberhasilan. Makna dari fisheries and management sendiri adalah sebuah mekanisme yang yang menciptakan dan menegakkan aturan yang diperlukan untuk mencegah penangkapan ikan berlebihan dan membantu jumlah ikan yang telah mengalami overfishing untuk lebih cepat pulih.
Menjadikan wawasan keberlangsungan sebagai kunci yang diterapkan di berbagai aspek merupakan metode yang terbukti ampuh. Pembuktian itu kini dapat dilihat dari bagaimana Aruna bukan hanya sekedar supplier seafood, tetapi sebagai supply chain aggregator perikanan Indonesia yang berhasil meningkatkan taraf hidup para nelayan, meningkatkan kualitas produk perikanan, sekaligus bersama-sama berkontribusi terhadap keberlangsungan alam yang lebih baik.
Masyarakat Pesisir sebagai Garda Terdepan Sustainable Fisheries and Management
Tentu saja keberhasilan untuk mengajak sekaligus melakukan pendampingan para nelayan untuk memiliki dan menerapkan wawasan sustainable fisheries, tidak lepas dari jasa tim Aruna. Terutama para Local Heroes Aruna yang bertugas di 170 Aruna Hub yang sudah tersebar di 27 provinsi.
Keseharian aktivitas tim lapangan yang biasa kami sebut sebagai Local Heroes (LH) ini,salah satunya yang terangkum dalam video ini:
Dari video tersebut dapat dilihat bahwa:
- Berdayakan masyarakat lokal
Aruna mengupayakan pemberdayaan masyarakat pesisir bukan hanya sebagai mitra kerja, tetapi juga menjadikan mereka sebagai bagian langsung dari Nakama Aruna. - Berada di tengah masyarakat pesisir
Dengan menjadikan warga lokal sebagai Nakama Aruna, selain memperingkas jarak, kami juga lebih mudah memahami kondisi sosial dan geografis di lokasi. - Lebih mudah untuk menerapkan sustainable fisheries and management
Dengan memahami kondisi sosial dan geografis masyarakat pesisir, Aruna jadi lebih mudah untuk melakukan pendekatan dan menjalin sinergi dengan para nelayan yang menjadi mitra kerja di setiap lokasi Aruna Hub. - Aruna Hub sebagai fasilitator
Bukan hanya sebagai tempat untuk memproses hasil tangkapan dan menginput data, Aruna Hub juga berfungsi sebagai elemen pendukung kemajuan industri perikanan. Sehingga akan lebih mudah mengelola berbagai ide, saran serta masukan yang diberikan oleh para nelayan, berkat kedekatan yang terbentuk antara nelayan, masyarakat pesisir serta Local Heroes.
Keberhasilan Aruna memajukan fisheries industry di Indonesia tentu saja tidak lepas dari kesolidan tim, baik yang bekerja di belakang meja maupun yang bertugas untuk terjun langsung ke lapangan. Tidak perlu membeda-bedakan, karena tiap posisi dalam sebuah organisasi pasti memiliki fungsi serta tantangan tersendiri. Karena yang perlu diperhatikan justru bukan perbedaan jenis pekerjaan, tetapi mengenai bagaimana agar setiap anggota Nakama Aruna yang mengemban tugas berbeda-beda dapat menjalin sinergi.
Agar tidak ketinggal mengenai berbagai informasi seputar industri perikanan, jangan lupa menyimak update terbaru yang tersaji di akun media sosial Aruna baik di Facebook, Instagram, Linkedin serta Youtube.
Penuhi Fisheries Supply Bisnis Anda Dengan Produk Berkualitas Aruna
Apakah anda pelaku bisnis atau usaha yang membutuhkan pasokan produk perikanan/ fisheries supply secara rutin? Jika ya, anda harus menyimak artikel ini sampai tuntas!
Aruna terus berupaya untuk mendukung kemajuan fisheries industry dengan membuka kesempatan pasar yang luas bagi produk hasil tangkapan nelayan lokal di seluruh daerah. Berbagai upaya telah dilakukan secara komprehensif demi setiap elemen yang tergabung dalam industri perikanan dapat merasakan langsung manfaat dari kemajuan yang telah dicapai.
Misi yang ingin dicapai oleh Aruna bukan hanya sekedar memperbaiki fisheries supply chain, tetapi agar semakin luas pihak yang merasakan manfaat dari perubahan positif yang dibuat oleh Aruna.
Dengan misi memperbaiki fisheries supply chain inilah, Aruna juga siap untuk mendukung para pelaku usaha (B2B) di tanah air. Didukung oleh 170 Aruna Hub yang telah tersebar di 27 provinsi, produk perikanan yang disalurkan oleh Aruna sudah tersertifikasi bahkan kualitasnya memenuhi standar ekspor. Terbukti dari banyak negara yang telah menjadi pengimpor rutin dari hasil tangkapan nelayan yang menjadi mitra Aruna.
Cara Mengajukan Permintaan Fisheries Supply dari Aruna
Apabila perusahaan anda membutuhkan pasokan produk perikanan segar yang terjamin kualitas dan kesegarannya, segera ajukan ke Aruna. Cukup lakukan rangkaian langkah mudah ini:
- Untuk mengajukan fisheries supply cukup dengan mengakses situs resmi aruna.id, kemudian klik tombol contact us di bagian pojok kanan atas atau langsung akses DI SINI
- Scroll layar ke bawah dan isi data singkat (nama, nama perusahaan, nomor kontak, alamat email)
- Isi jenis produk perikanan apa saja yang anda butuhkan
- Pastikan anda sudah mengisi semua kolom dengan data dan informasi yang benar
- Tunggu tim sales dari Aruna menghubungi anda.
Syarat lain yang harus dipenuhi adalah minimum transaksi untuk setiap order, sebesar 4 juta rupiah. Kemudian seluruh pengajuan order yang masuk akan melalui tahap screening terlebih dahulu. Jadi, pastikan anda sudah mencantumkan informasi dengan benar.
Setelah lulus tahap screening, tim sales akan melakukan follow up melalui narahubung yang telah anda cantumkan untuk selanjutnya memproses pembayaran dan pengiriman produk sesuai dengan permintaan pesanan.
Keuntungan Membeli Hasil Laut dari Aruna
Memang banyak supplier seafood yang siap memasok hasil laut bagi para pelaku bisnis. Jika anda masih bertanya-tanya perbedaan dan keuntungan yang didapat dengan memilih produk dari Aruna, silakan simak poin-poin di bawah ini:
- Harga yang kompetitif
- Produk berkualitas tinggi dan standar ekspor
- Didistribusikan langsung dari tangan nelayan
- Kesegaran produk terjamin
- Memenuhi aspek sustainable fisheries
- Tim sales & customer care yang responsif
Aruna sebagai perusahaan perikanan terkemuka, memberikan komitmen penuh terhadap keberlangsungan lingkungan hidup yang lebih baik. Sehingga kami menjamin bahwa semua produk yang disediakan, ditangkap dengan metode yang ramah lingkungan. Penerapan prosedur kontrol yang ketat juga menjamin tidak akan ada produk cacat yang lolos dari pengawasan kami.
Seluruh tim di Aruna memberikan dukungan penuh terhadap kemajuan para pelaku bisnis dan pemilik usaha, sebagaimana selama ini Aruna menjadi sosok support system bagi nelayan dan keberlangsungan lingkungan. Kami akan terus berupaya menunjang sektor bisnis yang juga berperan untuk memajukan dunia perikanan domestik dengan berbagai inovasi dan pemanfaatan teknologi yang tepat guna.
Apabila anda sebagai pelaku bisnis ingin mengajukan kerjasama di luar dari permintaan supply, jangan ragu untuk menghubungi kami melalui layanan kontak yang tersedia di situs resmi maupun akun sosial media resmi milik Aruna.
Aruna Implements Sustainable Fisheries with a Community Approach
Aruna started as a startup with a big dream—the dream to make Indonesia’s the global maritime axis of the future. This dream was then molded to become Aruna’s main vision. In the beginning, there were a lot of obstacles and challenges on the way, including where the founders of Aruna—one of them being Utari Octavianty, who comes from a fishing family—chose the sustainable fisheries approach as the path towards realizing their dream.
The environment-first mindset of sustainable fisheries seems perfect when considering the empowerment of fishers and the implementation of the blue economy. Coming from remote coastal areas, the founders of Aruna fully understand that in order to make a big impact, one must start small.
Aruna Initiated Concrete Steps to Implement Sustainable Fishery
Local Heroes are Aruna’s field team members that come from local coastal communities where their Aruna Hubs are located. This conscious effort to work directly with the locals are not without reason, since they can be the agent of change to encourage local fishers to apply sustainable fisheries—especially since the locals understand best which methods fit their region’s requirements.
Alfian Hidayat, the Community Development team member for the Surabaya region also says that the most important value that all of Nakama Aruna must remember well is “Making Impact”, so that every day, they would actively contribute to a better tomorrow. In applying “Making Impact” for sustainable fisheries, 3 key ideas come to mind:
- Apply sustainable fisheries practices, starting with small things,
- Be a pioneer of change, so that others can follow in your footsteps,
- Be consistent and never give up, for changes take time and great amount of effort.
Aruna’s mission to make the sea a better livelihood for all now has borne fruit. Thanks to the consistent effort to involve coastal communities to make meaningful changes, they too, can finally reap the rewards of consistent application of sustainable fisheries.
Tangible impacts that are now widely felt by coastal community members in various regions include:
- The increase of their knowledge, regarding not only catching methods but also marine and implementation of technology,
- The increase in quality of catches, as well as their economic welfare,
- Local catches that now reach global markets—directly competing with big-scale industry standards.
- More coastal workforce are now involved in the fisheries industry,
- Improvement in the processing of seafood commodities that increases their value, as well as reducing waste and creating direct sales channels to seafood suppliers.
Other than the impacts mentioned above, there are still other benefits to the implementation of the community-based sustainable fisheries approach that are now felt by everyone. Despite that, Aruna still continues to work hard to improve the fisheries industry that will continue to give visible, real impacts.
Kolaborasi KKP & USAID Memodernisasi Fisheries Industry Employment
Data resmi yang dihimpun Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebutkan bahwa selama ini, 35% dari ketersediaan ikan di perairan Indonesia mengalami eksploitasi yang berlebih. Taksiran kerugian yang tercatat setiap tahunnya ditaksir sebesar 4 Milyar USD, seperti yang telah diungkap oleh Kepala BRSDM I Nyoman Radiarta. Sebuah nilai yang sangat fantastis, ya! Tak heran jika KKP bergerak cepat untuk mengatasi masalah tersebut hingga ke akarnya, salah satunya melalui kolaborasi yang dilakukan dengan USAID (United States Agency for International Development) untuk memodernisasi fisheries industry employment di Indonesia.
Mengapa Perlu Memodernisasi Fisheries Industry Employment?
KKP telah merancang berbagai program prioritas untuk mentransformasikan sektor kelautan agar lebih baik dan menunjang aspek sustainable fisheries. Tentu saja kita semua sadar bahwa berbagai program prioritas yang dirancang tersebut sudah pasti akan menghadapi tantangan dalam proses implementasinya. Oleh karena itu pemerintah melalui BRSDM (Badan Riset dan SDM) Perikanan mengambil langkah dengan mempersiapkan sumber daya manusia yang memadai untuk menyukseskan seluruh program yang telah dirancang tersebut.
Salah satu program prioritas KKP adalah dengan menentukan besaran kuota dari tiap kapal perikanan. Pelaksanaan program prioritas ini sekaligus dijadikan momen untuk melakukan eskalasi pada fisheries industry employment. Sehingga tidak heran jika Kepala BRSDM telah menyiapkan seluruh elemen untuk mensukseskan program prioritas pemerintah ini. Bahkan dengan melibatkan seluruh institusi mulai dari Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP), lembaga inkubasi, satuan pendidikan tinggi dan menengah, hingga sekretariat yang berada di Jakarta untuk memastikan program prioritas KKP dapat berjalan dengan baik.
Di samping itu, saat ini BRSDM sedang dalam proses mentransformasikan salah satu satuan pendidikan menjadi Ocean Institute of Indonesia. Sehingga satuan pendidikan tersebut akan fokus pada pendidikan vokasi di bidang kelautan dan perikanan yang berbasis kompetensi. Langkah pemerintah untuk menyikapi dengan serius berbagai tantangan di bidang kelautan dengan menyiapkan SDM yang matang ini, sangat diapresiasi USAID selaku mitra yang selama ini telah banyak menjalin kolaborasi.
“Sertifikasi kompetensi adalah inti dari pengembangan SDM. Di masyarakat, Puslatluh KP dengan banyak cabangnya di seluruh Indonesia berfungsi sebagai pusat pengetahuan, keterampilan, dan kewirausahaan manajerial. Kami memodelkan penyuluhan dan pelatihan kami menggunakan teknologi digital untuk memungkinkan kami untuk menjangkau khalayak yang lebih luas di seluruh Indonesia. Kami juga mengembangkan SMART Fisheries Village dengan produksi perikanan terpadu yang mengadopsi pendekatan inkubasi bisnis holistik untuk membantu mengembangkan startup perikanan dan wirausahawan individu dengan menyediakan berbagai layanan termasuk pelatihan manajemen, pembiayaan modal, dan ventura pasar,” ujar Nyoman.
Kebijakan yang Sejajar Dengan Negara-Negara Maju
USAID menghargai sikap pemerintah dengan menjadikan kuota perikanan sebagai program prioritas. Karena langkah ini juga telah dilaksanakan oleh negara maju seperti Norwegia dan Selandia Baru, yang juga menaruh perhatian terhadap keberlanjutan sumber daya dan ekosistem. Josh Newlis selaku Senior Fisheries Scientist NOAA (Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional) dalam Workshop Fisheries Management Training Activity 1 “Effective Quota-Setting With Adaptive Implementable Management (AIM)” mengungkapkan bahwa USAID sangat menghargai upaya KKP untuk menyeimbangkan antara kesejahteraan masyarakat perikanan, ekonomi dan ketahanan pangan dari sektor perikanan.
Kesempatan ini juga dijadikan sebagai ajang saling belajar dan berbagi pengalaman untuk membangun strategi yang adaptif dan praktis dalam menentukan besaran kuota berdasarkan kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Bapak Trenggono selaku Menteri KKP bahwa Indonesia memiliki komitmen yang kuat untuk memulihkan kesehatan laut dan mempercepat ekonomi laut yang berkelanjutan.
Startup Aruna sebagai startup perikanan lokal tentu saja menyambut baik inisiatif pemerintah yang menjadikan fisheries industry employment sebagai mukadimah untuk mentransformasi sektor perikanan. Semangat yang sama dilaksanakan oleh Aruna melalui Aruna Hub yang selama ini menggandeng berbagai lapisan masyarakat untuk bisa memperbaiki ekonomi sekaligus ekologi. Hal ini dilakukan aspek sustainability bisa diimplementasikan di seluruh tingkat, mulai dari pemerintah, nelayan, pelaku industri, supplier seafood selaku aggregator hingga ke konsumen.
Usaha Perikanan Tangkap Masuk Dalam 5 Program Ekonomi Biru KKP
Perusahaan Aruna sebagai perusahaan perikanan yang terdepan untuk fokus memperbaiki masalah rantai pasokan, selama ini menjadikan pelaku usaha perikanan tangkap sebagai rekan strategis. Langkah tersebut didasari oleh keinginan Aruna yang dapat membuat laut, khususnya fisheries industry sebagai sumber perubahan ke arah yang paling baik. Kini perubahan pun mulai terwujud, dengan semakin meningkatnya wawasan yang dimiliki oleh para komunitas nelayan di berbagai daerah. Mereka jadi lebih peduli akan keberlangsungan sumber daya alam, khususnya kelestarian laut sebagai sumber mata pencaharian.
Kekinian telah lebih dari 26.000 nelayan lokal yang mayoritas merupakan pelaku usaha perikanan tangkap dan tersebar di 27 provinsi, tergabung dalam Aruna Hub. Aruna terus fokus mengedukasi dan mendampingi para nelayan tersebut untuk memakai metode penangkapan ikan yang memenuhi kaedah sustainable fisheries. Data yang terhimpun membuktikan bukan hanya dari sisi pendapatan yang meningkat, dimana rata-rata telah mengalami peningkatan sebesar 3 s/d 12 kali lipat. Berkat menerapkan metode pendampingan yang tepat sasaran dari Aruna, para nelayan justru semakin fokus untuk meningkatkan kualitas ketimbang menangkap ikan sebanyak-banyaknya.
Usaha Perikanan Tangkap Layak Menjadi Fokus Ekonomi Biru
fisheries industry aruna
Berkaca dari apa yang telah dicapai oleh Aruna dalam mengusahakan aspek sustainability dan pemanfaatan teknologi yang tepat untuk meningkatkan taraf ekonomi para nelayan dan masyarakat pesisir, maka tidak heran jika pemerintah pun akhirnya mengambil langkah strategis yang serupa. Dalam menetapkan 5 program prioritas ekonomi biru yang telah diungkap oleh Bapak Sakti Wahyu Trenggono selaku Menteri Kelautan dan Perikanan, pemerintah turut memasukan usaha perikanan tangkap ke dalam daftar prioritas tersebut.
Lebih lengkapnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menyusun 5 program prioritas ekonomi biru, yakni:
- Perluasan kawasan konservasi dengan target sebesar 30% dari total wilayah perairan
- Menerapkan kuota untuk usaha perikanan tangkap, agar populasi ikan tetap terjaga
- Mengembangkan budidaya ramah lingkungan di darat, laut dan pesisir.
- Menata pemanfaatan ruang perairan yang termasuk didalamnya merupakan laut, pesisir dan pulau-pulau kecil
- Mengelola sampah laut yang selama ini mengganggu keberlangsungan ekosistem
Penerapan Sustainable Fisheries Bisa Menghasilkan Multiplier Effect
Seperti yang telah Aruna lakukan selama ini untuk mendampingi para nelayan agar meningkatkan kualitas hasil tangkapan mereka dan mengedepankan aspek keberlangsungan, penerapan sustainable fisheries berhasil menimbulkan multiplier effect. Di samping hasil tangkapan mereka yang kini telah berhasil menembus pasar ekspor dan menjadi langganan supplier seafood untuk memenuhi kebutuhan berbagai restoran dan hotel berbintang, para nelayan kini sudah tidak lagi berorientasi pada penangkapan ikan sebanyak-banyaknya (overfishing).
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, keberadaan sampah di sektor kelautan memang menjadi fokus pemerintah, sehingga penanganannya dimasukan dalam 5 program prioritas. Selain para nelayan telah sadar akan pentingnya mengutamakan kualitas hasil tangkapan dibanding kuantitasnya, permasalahan sampah pun juga bisa teratasi dengan mengedepankan aspek sustainability, mengingat pelaku usaha perikanan juga mengelola sisa hasil tangkapan mereka agar bisa mengurangi jumlah sampah dan tetap menghasilkan nilai ekonomis.
Demikian pula dengan keputusan pemerintah untuk menetapkan batas kuota penangkapan ikan, semoga bisa menyadarkan lebih banyak lagi nelayan dan pelaku industri perikanan untuk menanggapi program tersebut dengan inovasi yang berdampak positif bagi ekonomi dan ekologi. Dengan demikian, akan ada lebih banyak pihak yang bisa turut ambil bagian dalam membantu menjaga ketersediaan ikan untuk jangka panjang, sambil tetap menjalankan kegiatan ekonomi.
Aruna Mengedepankan Sustainable Fisheries Local di “A Lobster Farm”
Kampung Wisata & Budidaya Lobster “A Lobster Farm” di Pantai Amed adalah jawaban Aruna terhadap bagaimana masyarakat dunia sudah semakin peduli terhadap isu sustainability. Karena dengan mengedepankan asas sustainable fisheries local inilah, dunia perikanan negara kita bisa berkembang dalam menyongsong ekonomi biru. Hal ini sekaligus sebagai bukti nyata Aruna sebagai perusahaan perikanan di Indonesia yang terus berinovasi untuk memperluas jangkauan masyarakat, dimana kali ini melibatkan lintas sektor, yakni sektor pariwisata.
Baru saja diresmikan pada 6 Oktober 2022 di Nusa Dua, Bali dan dihadiri langsung oleh Bapak Sandiaga Uno selaku Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, bisa dikatakan bahwa A Lobster Farm merupakan wahana “1 Stop Sustainable Fisheries Concept”. Karena seluruh aspek didalamnya mengutamakan sustainability sambil melibatkan peran serta pemerintah, komunitas penduduk Pantai Amed dan masyarakat umum pelaku pariwisata.
Penerapan Sustainable Fisheries Local yang Komprehensif
“Inisiasi terbaru Aruna ini merupakan implementasi perdana konsep sustainable tourism yang diwujudkan melalui pengalaman diving. Di Amed, Aruna juga mulai mendirikan Aruna Visit Center sebagai tempat showcase produk seafood Aruna, serta restoran di mana pengunjung dapat mencicipi menu-menu seafood segar. Aruna ingin terus memperluas cakupan fungsi dari A Lobster Farm ini. Dengan demikian, edukasi dan pengalaman yang menarik dapat semakin dibagikan kepada lebih banyak orang,” ujar Utari Octavianty selaku Co-Founder dan Chief Sustainability Officer Aruna.
Mendukung pengalaman unik yang akan didapatkan para wisatawan saat berkunjung ke tempat ini, mereka juga dapat melihat bagaimana keterlibatan komunitas masyarakat lokal , termasuk ibu-ibu dan komunitas pesisir secara umum, yang meracik secara langsung bahan-bahan organik untuk pakan lobster yang dibudidayakan.
Lagi-lagi bagaimana Aruna menerapkan sustainable fisheries local terlihat dari bagaimana masyarakat mengumpulkan bahan pakan tersebut. Bahan utamanya terdiri dari bekicot dan sisa ikan tangkapan yang tidak terjual karena tidak lulus standar kualitas. Bekicot tersebut selama ini merupakan hewan hama yang mengganggu lahan pertanian masyarakat. Kini dijadikan sebagai sumber pemasukan baru karena dibeli oleh Aruna untuk diolah menjadi pakan. Dengan demikian maka proses pembuatan pakan ini turut membantu mengurangi barang yang selama ini merupakan sampah dan tidak memiliki nilai ekonomis.
Membawa Produk Perikanan Standar Dunia ke Pantai Amed
Konsep penyajian produk hasil perikanan from sea to table yang diterapkan Aruna juga akan menambah pengalaman para wisatawan. Setelah selama ini berhasil membantu para komunitas nelayan untuk memenuhi standar ekspor dan mengirim hasil tangkapan mereka ke berbagai negara, kini produk tangkapan nelayan di Pantai Amed yang berkualitas tersebut dapat turut dirasakan oleh para wisatawan. Tanpa harus bepergian ke luar negeri, wisatawan bisa mencicipi nikmatnya aneka sajian lezat dari ikan laut tangkapan para nelayan yang masih segar.
Aruna akan terus berinovasi dan menangkap peluang baru yang dapat memajukan sektor perikanan lokal, dari tingkat hulu sampai hilir. Agar tidak hanya berhenti sebagai supply chain aggregator yang memperbaiki rantai supplier seafood yang membantu para produsen dan konsumen dalam meningkatkan kualitas produk perikanan di negara kita.
“Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada Kemenparekraf, Bapak Sandiaga Uno atas dukungannya kepada Aruna dalam peresmian ‘A Lobster Farm’ ini. Pastinya, ini menjadi awal yang baru bagi kami untuk dapat semakin berkontribusi dalam mengembangkan pariwisata Indonesia yang berkelanjutan serta juga dapat membantu menggerakkan roda perekonomian agar dapat bangkit lebih cepat,” tutup Utari Octavianty.
“A Lobster Farm”, 1 Stop Sustainable Fisheries Concept dari Aruna
Impian Aruna untuk memajukan industri perikanan domestik di Indonesia dengan mengedepankan sustainability, kini telah memasuki babak baru. Tepat pada tanggal 6 Oktober 2022, Aruna telah meluncurkan Kampung Wisata dan Budidaya Lobster “A Lobster Farm” di Pantai Amed, Provinsi Bali. Sebuah “1 Stop Sustainable Fisheries Concept” yang digagas oleh perusahaan perikanan Aruna Indonesia dengan melibatkan peran pemerintah serta ekosistem nelayan dan masyarakat di pesisir Pantai Amed, beserta para pelaku pariwisata.
Kampung Wisata dan Budidaya Lobster ini wujud inovasi Aruna untuk berkontribusi bersama pemerintah dalam mempercepat pemulihan ekonomi Indonesia, khususnya untuk sektor pariwisata. Tidak heran jika Sandiaga Uno selaku Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf RI) turut hadir pada saat diselenggarakannya seremonial peresmian” A Lobster Farm” yang dilakukan secara hybrid di Nusa Dua, Bali.
Dalam peluncuran ini juga hadir Hengky Manurung (Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf RI), I Made Sudarsana (Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali), I Wayan Astika (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karangasem). Sedangkan representative dari pihak Aruna yang hadir adalah Dian Lestari selaku Co-Founder dan Director “A Lobster Farm”, serta Co-Founder dan Chief Sustainability Officer Aruna, Utari Octavianty.
“Bali merupakan garda terdepan untuk transformasi pariwisata di Indonesia, bukan hanya dari sisi keindahannya, namun juga dari potensi laut yang dimilikinya.”, ujar Sandiaga Uno pada saat peresmian Kampung Wisata dan Budidaya Lobster “A Lobster Farm” berlangsung.
A Lobster Farm, Destinasi Wisata Baru yang Mengusung Sustainable Fisheries Concept
Pariwisata di Bali bisa mendunia berkat experience value yang kuat melekat. Berangkat dari hal tersebut, A Lobster Farm adalah 1 Stop Sustainable Fisheries Concept di mana edukasi dan pengalaman menarik bisa sekaligus didapatkan oleh para wisatawan yang berkunjung.
Bahkan, Aruna juga melakukan inovasi dengan sekaligus menjadikan A Lobster Farm sebagai Aruna Hub sekaligus Visitor Center. Kegiatan pariwisata, penelitian dan edukasi di bidang perikanan dapat sekaligus dilakukan di 1 lokasi, sambil melibatkan masyarakat yang telah bergabung menjadi mitra Aruna.
Lebih lanjut, Kemenparekraf juga mengungkapkan bahwa inovasi ini dapat mendorong terwujudnya pariwisata yang inklusif dan sustainable. “Saya harap, niat baik Aruna ini dapat semakin mensejahterakan nelayan dan komunitas pesisir, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun lingkungan, sehingga percepatan pemulihan ekonomi Bali dapat segera terjadi. Jaya terus untuk Aruna!”, demikian diungkapkan oleh Sandiaga Uno.
360° Experience Bersama Lobster Budidaya A Lobster Farm
Ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan para wisatawan yang berkunjung selama berada di A Lobster Farm. Mereka bisa merasakan pengalaman tak terlupakan dengan diving sambil berinteraksi dan memberi makan budidaya lobster. Bahan makanan lobster tersebut dibuat langsung oleh ibu-ibu warga sekitar Pantai Amed secara organik, dengan memanfaatkan hasil tangkapan nelayan yang tidak terserap di pasar ikan.
Kemudian pengunjung dapat langsung mencicipi aneka sajian seafood khas Indonesia yang berkualitas dunia dengan konsep sea to table dari hotel, restoran dan kafe setempat. Yang dimaksud dengan sea to table ini adalah bahan utama bukan didapatkan dari pembelian melalui supplier seafood, melainkan hasil tangkapan langsung para nelayan.
Sebagai perusahaan perikanan yang bergerak di bidang supply chain aggregator dan fokus terhadap keberlangsungan ekosistem kelautan, Aruna akan terus mengembangkan fungsi dari A Lobster Farm sebagai model sustainable tourism untuk pemulihan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang berkelanjutan. Sekaligus terus menangkap peluang inovasi bisnis yang selalu dapat mendatangkan dampak positif bagi masyarakat pesisir.
BCL Sebagai Wujud Nyata Sustainable Fisheries Development di Indonesia
Bulan Oktober di tahun 2022 ini akan menjadi bulan yang sibuk bagi siapapun yang memiliki keterkaitan dengan dunia perikanan dan kelautan. Karena bulan ini dicanangkan sebagai Gerakan Nasional Bulan Cinta Laut (Gernas BCL). Gernas BCL ini dicanangkan untuk menindaklanjuti amanah yang tertuang Peraturan Presiden Nomor 83 tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut. Keberhasilan Gernas BCL ini juga akan menjadi indikator penting kemajuan sustainable fisheries development di Indonesia.
Fokus utama dalam Gernas BCL yang diselenggarakan mulai dari tanggal 1 sampai dengan 31 Oktober 2022 ini adalah mengusahakan aksi nyata untuk mengurangi jumlah sampah plastik di pesisir dan laut. Target yang ingin dicapai pemerintah adalah pengurangan sampah plastik di laut pada tahun 2025 bisa mencapai 70%. Tentu saja ini bukanlah target yang main-main dan akan sangat berdampak terhadap majunya fisheries industry di negara kita.
Gerakan Sustainable Fisheries Development yang Paling Masif
Dalam siaran pers yang dibagikan resmi pada laman resmi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), sebanyak 1.721 orang yang berprofesi sebagai nelayan di 14 daerah akan terlibat aktif dalam Gernas BCL ini. Ribuan nelayan yang akan menjadi agent of change ini tersebar mulai dari ujung timur hingga ke ujung barat Indonesia yakni Banda Aceh, Medan, Padang, Tanjung Pinang, Serang, Cilacap, Cirebon, Bali, Kubu Raya, Balikpapan, Manado, Kendari, Sorong, dan Merauke.
Pemerintah bahkan sudah menyiapkan sistem kompensasi, agar para nelayan yang sudah terdaftar menjadi anggota anggota Kartu Pelaku Usaha Kelautan dan Perikanan (KUSUKA) ini tidak terganggu mata pencahariannya selama aktif mengumpulkan sampah di lautan. Program tersebut sejalan dengan semangat yang selama ini dimiliki oleh Aruna, agar usaha untuk menjaga kelestarian lingkungan jangan sampai memberikan dampak buruk bagi nelayan dan masyarakat pesisir.
Pilot Project Telah Berjalan Sejak Awal Tahun
Ternyata sebelum diresmikan menjadi gerakan nasional, KKP telah lebih dulu menjalankan program kompensasi sampah yang dikumpulkan nelayan sejak awal tahun 2022. Jadi bisa dikatakan bahwa sebenarnya pilot project gerakan ini sudah lebih dulu berjalan sebelum bulan Oktober. Dirjen Pengelolaan Ruang Laut KKP Victor Gustaaf Manoppo bahkan telah mengungkapkan bahwa hingga kini telah terdata sebanyak 23,7 ton sampah yang telah terkumpul.
Tidak heran jika Gernas BCL ini dapat dikatakan sebagai wujud nyata pemerintah dalam menegakkan sustainable fisheries development. Karena pemerintah mencanangkan gerakan yang komprehensif untuk mengatasi permasalahan sampah demi menuju ekonomi biru. Selain menjadikan para nelayan sebagai ujung tombak dan mengenalkan mereka pada penerapan ekonomi sirkular, masyarakat luas pun akan diedukasi agar mengupayakan pengelolaan sampah dari hulu. Sehingga bisa mencegah dan mengendalikan kebocoran sampah yang sampai ke laut.
Keberhasilan Gernas BCL ini akan sangat bergantung pada peran aktif seluruh stakeholder dan masyarakat luas, termasuk para pelaku bisnis supplier seafood dan perusahaan perikanan di tanah air. Tentu saja Aruna kan terus mendukung kebijakan pemerintah dengan menggerakkan komunitas yang tergabung dalam Aruna Hub. Salah satunya adalah penerapan ekonomi sirkular, dimana masyarakat pesisir diberikan bekal untuk mengolah sisa tangkapan mereka dari laut menjadi produk yang tetap memiliki nilai ekonomis.
Dengan semakin banyak pihak yang berperan aktif dalam mengatasi masalah sampah baik di darat dan di laut, target pemerintah untuk mengurangi sampah laut sebanyak 70% bukanlah menjadi hal yang mustahil untuk dicapai.
KKP Apresiasi Kontribusi Startup Pada Fisheries Main Industry
Semangat yang dimiliki oleh para perusahaan startup memang biasanya untuk memberikan solusi dan perubahan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, tidak terkecuali pada startup dan perusahaan perikanan. Kehadiran startup untuk mereformasi fisheries main industry di negara kita, berhasil memberikan solusi dari berbagai masalah yang telah ada selama bertahun-tahun bahkan berabad-abad yang lalu. Jadi tidak heran kalau kehadiran startup untuk berkontribusi bagi masyarakat dan pemerintah, sangat diapresiasi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Dikutip dari laman wikipedia, yang dimaksud dengan fisheries main industry atau industri utama perikanan adalah, segala kegiatan yang berkaitan dengan sektor perikanan mulai dari aktivitas menangkap, membudidayakan, memproses, mengawetkan, menyimpan, mendistribusikan, dan memasarkan produk ikan. Kemajuan yang dibuat para pelaku startup perikanan yang berkaitan dengan kegiatan perikanan ini, berhasil memberikan dampak yang besar. Jadi tidak heran jika pemerintah melalui berbagai instansi di bawahnya mengapresiasi dan terus memberikan dukungan pada Aruna dan pelaku startup melalui berbagai kesempatan.
Belum lama ini baru saja dihelat acara BUMN Startup Day 2022. Kegiatan tersebut dibuat untuk meningkatkan sinergi yang terjalin antara perusahaan yang dimiliki pemerintah dalam hal ini BUMN, dengan perusahaan rintisan. KKP justru selama ini sudah sering bersinergi dengan Aruna dan pelaku startup perikanan lainnya. Jadi tidak heran jika sepanjang tahun ada banyak kegiatan yang melibatkan serta membahas startup, di berbagai kesempatan, salah satunya adalah Fisheries Millennial dan Startup Expo 2022.
Dalam kesempatan tersebut, kehadiran Aruna yang diwakilkan oleh Utari Octavianty selaku Co-Founder dan Chief Sustainability Officer menyuarakan pentingnya kolaborasi lintas bidang.
“Kini, startup perikanan di Indonesia pun sudah semakin banyak. Kita bekerja sama, saling bahu-membahu untuk mewujudkan Indonesia sebagai pusat ekonomi maritim dunia pada tahun 2045 kelak. Sebagai salah satu startup perikanan di Indonesia, Aruna ingin menegaskan bahwa kolaborasi adalah apa yang kita semua butuhkan saat ini,” demikian pernyataan lengkap yang dikeluarkan oleh CSO Aruna.
Kontribusi Aruna Dalam Memajukan Fisheries Main Industry
Kalau ditelisik lebih dalam lagi, sebenarnya startup perikanan bukan hanya berhasil membantu pemerintah untuk meningkatkan fisheries main industry yang berdampak ekonomi. Kehadiran Aruna sendiri telah turut memberikan dampak yang luas pada ekosistem kelautan dan masyarakat pesisir. Termasuk menjaga keseimbangan alam dengan mengedepankan sustainable fisheries, sebuah wawasan yang digunakan untuk tetap mengutamakan kelestarian biota laut tanpa harus mengorbankan aspek ekonomi masyarakat pesisir.
Hingga tahun 2022, telah tersebar sebanyak 150 Aruna Hub sebagai mini processing plant yang telah tersebar di 27 provinsi. Selain memperbaiki rantai pasokan, Aruna Hub telah menyadarkan para nelayan agar mereka tidak lagi mengejar kuantitas semata ketika melaut. Karena dengan mengutamakan hasil tangkapan yang berkualitas, maka pendapatan mereka juga semakin meningkat. Disamping mengoptimalkan pemanfaatan teknologi dan memperbaiki supply chain dari hasil tangkapan nelayan, Aruna melalui Aruna Hub juga berhasil mendampingi berbagai komunitas nelayan untuk “naik kelas”.
Sebelumnya banyak nelayan yang berada di pelosok kesulitan untuk memperbaiki keadaan ekonomi mereka karena kesulitan menjangkau pasar yang potensial. Siapa yang dapat menyangka jika kini para nelayan di pelosok tersebut telah naik kelas. Berkat pendampingan yang dilakukan oleh Aruna, hasil tangkapan nelayan dari berbagai daerah yang telah memenuhi aspek sustainability kini sudah didistribusikan ke hotel, restoran, perusahaan pengolah makanan dan sudah menembus pasar ekspor.
Tidak hanya fokus pada sektor business to business (B2B), Aruna terus fokus mengelola potensi pasar produk perikanan domestik dengan menggarap sektor ritel melalui Seafood by Aruna. Dengan demikian, bukan hanya para nelayan yang terbantu, tetapi masyarakat selaku konsumen pun kini lebih mudah mencari supplier seafood terpercaya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi mereka.
HUT Provinsi Riau ke-65: Pemda Fokus Lindungi Ikan Terubuk
Demi mengedepankan sustainable fisheries management yang kolaboratif, maka dalam rangkaian kegiatan perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Provinsi Riau ke 65, diselenggarakan seminar dalam jaringan (webinar) dengan tajuk: “Sepuluh Tahun Perlindungan Ikan Terubuk”.
Kegiatan ini merupakan wujud nyata Pemerintah Daerah Provinsi Riau (Pemda Riau) untuk menerapkan sustainable fisheries management. Dengan cara terus memperhatikan kelestarian ikan terubuk yang jumlah populasinya masih belum bisa memasuki level “kelola berkelanjutan”. Ikan yang menjadi lambang Kabupaten Bengkalis ini dilindungi secara terbatas berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan (Kepmen. KP) Nomor 59 Tahun 2011. Dikarenakan berdasarkan pada hasil analisis data pada tahun 2021, masih sedikit spesies ikan dengan nama latin Tenualosa macrura ini yang berhasil berkembang biak/berpijah. Sehingga statusnya masih tetap fully exploited.
Penerapan Sustainable Fisheries Management harus Kolaboratif
Dalam webinar yang diselenggarakan, Pemda Riau menggandeng seluruh pihak demi menyukseskan kegiatan perlindungan ikan terubuk, mereka diantaranya adalah:
- Unit Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan di Wilayah Sumatera
- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
- Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Indragiri Rokan
- Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Riau
- Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Bengkalis
- Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Siak
- DKP Kabupaten Kepulauan Meranti
- Direktorat Polairud Polda Riau
- Kesyahbandaran Otoritas Pelabuhan (KSOP) Sungai Pakning
- KSOP Bengkalis
- akademisi kelautan dan perikanan
- pokmaswas/ nelayan terubuk
- penyuluh perikanan di Kabupaten Bengkalis dan Siak
Dengan melibatkan seluruh pihak sampai ke lapisan akademisi dan pelaku ekonomi, Victor Gustaaf Manoppo selaku Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Dirjen PRL) mengungkapkan pentingnya menjalin kolaborasi dalam upaya perlindungan ikan terubuk.
Regulasi Terkait Status Perlindungan Ikan Terubuk
Sejalan dengan keputusan menteri perihal status ikan terubuk, pemda pun membuat aturan lanjutan yang mendukung kelestarian ikan terubuk. Aturan tersebut tertuang dalam Peraturan Bupati Bengkalis Nomor 15 Tahun 2010 tentang Kawasan Suaka Perikanan Ikan Terubuk di Kabupaten Bengkalis, serta Keputusan Gubernur Nomor 78 tahun 2012 tentang Suaka Perikanan Ikan Terubuk di Provinsi Riau. Deni Efizon, Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) UNRI mendukung regulasi yang melarang aktivitas penangkapan ikan terubuk pada periode tertentu.
Peraturan pelarangan tersebut dicanangkan demi menjaga jalur pemijahan ikan terubuk tidak terganggu. Adapun perihal periode pelarangan penangkapan tersebut berlaku pada wilayah yang menjadi jalur pemijahan, yakni perairan Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Kepulauan Meranti, serta Kabupaten Siak Yang (kawasan perairan Selat Bengkalis hingga ke muara Sungai Siak dan Sungai Apit)
Tetap Memperhatikan Mata Pencaharian Nelayan
Berkat keterlibatan pihak akademis yakni Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) UNRI, kegiatan pelestarian ikan terubuk diupayakan agar tidak mengganggu perekonomian masyarakat. Oleh karena itu pihak akademisi memfasilitasi riset untuk memberikan alternatif sumber pendapatan. Dalam kajiannya, FKP UNRI memberikan usulan alternatif sumber pendapatan dari kegiatan industri rumahan/home industry seperti, kegiatan beternak ayam, budidaya ikan, berkebun ataupun mengeksplorasi potensi ekonomi dari subsektor pariwisata.
Hal ini sejalan dengan semangat yang dimiliki Aruna selaku perusahaan yang berkecimpung di fisheries industry. Menjaga kelestarian alam tidak boleh serta merta menghambat roda ekonomi masyarakat.
Melalui Aruna Hub, pelaku ekosistem perikanan diberikan bekal wawasan agar masyarakat dapat tetap memiliki mata pencaharian, bahkan bisa menambah tingkat pemasukan. Dengan memanfaatkan teknologi, satu per satu hambatan dan masalah dapat diuraikan. Sehingga produk para nelayan bisa langsung diserap oleh supplier seafood bahkan menembus pasar ekspor.