Standar dan Sertifikat, Syarat Utama Ekspor

Pada Hari Kartini yang jatuh pada hari Kamis, 21 April 2022 lalu, Aruna kembali mengadakan Marine Talk, sebuah talkshow yang mengundang seorang Nakama Aruna untuk mendiskusikan suatu topik, sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing. Kali ini, Marine Talk dibawakan oleh Stiefanie Amory, Head of Business Aruna, dengan mengangkat tema “Mengenal Alur Proses Produk Eksport Aruna”. 

Berangkat dari pengalaman Aruna saat mengarungi badai COVID-19 dari tahun 2020 lalu, beberapa fakta menarik memang ditemukan. Permintaan perishable goods atau jenis barang yang mudah rusak tak disangka-sangka malah meningkat tajam. Sayangnya, bersamaan dengan itu, kenaikan harga kargo, baik angkutan udara maupun laut pun ikut menukik sangat tajam. Waduh!

1. Harganya naik mencapai ratusan persen!

Memang benar bahwa tingginya permintaan ekspor tentu juga akan memengaruhi harga kargo. Namun, kenaikan harga kargo pada saat itu melambung begitu dahsyat. Bagaimana tidak? Kenaikkannya mencapai 500%, lho! Hal tersebut diakibatkan oleh kenaikan permintaan yang dibarengi dengan penurunan kuantitas kendaraan karena situasi pandemi. Selain itu, waktu tunggu dan pemrosesan yang lebih lama karena harus ada pemeriksaan tambahan di pelabuhan membuat semuanya semakin nampak tak karuan. 

Pemerintah pun memegang kendali atas hal ini. Beberapa yang dilakukan adalah optimalisasi keterlibatan pelaku logistik swasta nasional untuk mendukung proyek infrastruktur pemerintah dan pemberian subsidi kepada eksportir, khususnya komoditas yang memiliki daya saing tinggi. Namun, tetap saja, kalau Aruna sebagai startup perikanan yang baru lahir pada 2016 silam masih bisa bertahan hingga detik ini, bisa dipastikan itu semua juga berkat dukungan dan doa dari Teman Aruna. Terima kasih!

2. Harus punya badan hukum

Terlepas dari pengalaman pahit yang kita bersama sempat lewati, yuk, lanjut belajar tentang dasar dari kegiatan ekspor! Sebelum memulai proses yang rumit, tentu saja kita wajib memastikan bahwa produk yang kita miliki sudah siap diekspor. Maksudnya bagaimana, tuh? Stiefanie pun menjelaskan, “Pastikan dulu kualitas dari produk kita, sudah mumpuni belum? Bagaimana dengan kemampuan kita untuk melakukan perputaran stok, biaya rantai pasok, hingga kemasan, dan handling knowledge kita?”

Untuk bentuk badan hukum yang diperkenankan untuk melakukan ekspor adalah CV, Firma, PT, Persero, Perum, Perjan, dan Koperasi. “Badan hukum tersebut juga tentu harus memiliki NPWP dan memiliki salah satu, sebagian, atas izin Surat Izin Usaha Perdagangan, Surat Izin Industri dari Dinas Perindustrian, Izin Usaha PMDN atau PMA,” terang perempuan yang biasa disapa Stie itu. Selain itu, memahami tentang Harmonized System juga penting sebelum kita melakukan ekspor. Apa itu Harmonized System?

Stie menambahkan, “Pada kenyataannya, statistik ekspor dan impor di dunia ini dicatat dalam suatu sistem kode klasifikasi. Mengapa sistem ini penting? Karena penyebutan suatu produk di negara A dan negara B tentu berbeda. Misal, produk kopi di Inggris disebut dengan ‘coffee’ dan ‘kaffee’ di Jerman. Tentu kita akan memerlukan sistem kode klasifikasi yang diakui secara internasional untuk menyeragamkan penyebutan produk kopi. Makin panjang kodenya, maka makin spesifik pula produk perdagangan yang dijelaskan.”

3. Tenang, meski rumit, ekspor bisa dilakoni, kok

Menurut Stie, flow atau langkah untuk melakukan ekspor idealnya diawali dengan persiapan perizinan yang dibutuhkan untuk kegiatan ekspor. “Jangan lupa untuk meminta quotation dari pembeli. Paralel dengan itu, eksportir juga harus menyiapkan dokumen sales contract. Sales contract adalah surat kesepemahaman antara penjual dan pembeli sebelum pembeli membuat purchase order. Kurang lebih, sales contract berisikan tentang syarat pembayaran barang, seperti harga yang disepakati, kualitas, jumlah, cara pengangkutan, asuransi, dan yang lain,” ujar Stie. 

Seusai itu, Stie mengungkapkan bahwa eksportir harus segera menyiapkan produk yang akan segera diekspor, sebelum akhirnya berkoordinasi dengan perusahaan kargo terkait pengiriman. “Nah, ketika sudah deal, baru eksportir akan memperoleh dokumen ekspor yang dapat membantu mereka untuk melacak kiriman mereka. Kurang lebih, sederhananya demikian. Intinya, tidak perlu khawatir dengan proses rumit persiapan dokumen ekspor ini. Prioritaskan persiapan produknya untuk sesuai standar ekspor beserta sertifikatnya, pasti lancar,” Stie menyimpulkan. 

Sebagai startup perikanan Indonesia yang pun aktif melakukan ekspor, Aruna ingin mengingatkan bahwa Indonesia memiliki PPEI atau Pelatihan dan Pendidikan Ekspor Indonesia, lho. Pelatihan ini ditujukan untuk mendukung UMKM Indonesia dalam melaksanakan ekspor. Kalau Teman Aruna tertarik untuk melakukan ekspor, segera hubungi hotline Kementerian Perdagangan RI, ya!

Aruna Berbagi Kebahagiaan Ramadan dengan Anak-Anak Yatim

Pada tanggal 21 April 2022 kemarin, Aruna mengunjungi Asrama Yatim Mizan Amanah Bukit Cinere di Depok, Jawa Barat. Dihadiri langsung oleh CEO dan Co-Founder Aruna, Farid Naufal Aslam, kunjungan ini ditujukan untuk membangun silaturahmi dan berbagi kebahagiaan Ramadan. Bersama dengan Farid, beberapa perwakilan dari tim Aruna yang lain, seperti People and Culture, Content Creative, dan Sales, pun hadir menyambangi anak-anak di asrama yatim tersebut.

Acara di Asrama Yatim Mizan Amanah Bukit Cinere dibuka dengan perkenalan singkat dari Farid tentang Aruna. Dirinya menjelaskan bahwa Aruna adalah perusahaan perikanan terintegrasi asal Indonesia yang berkomitmen untuk meringkas rantai pasok produk perikanan dengan menghubungkan nelayan skala kecil ke pasar global melalui teknologi. Secara tak langsung, Aruna juga telah memperkenalkan pada mereka tentang fisheries industry, sebuah industri berpotensi besar di negeri kita tercinta, Indonesia.

Di kesempatan yang sama, Aruna pun melakukan penyerahan donasi pada pengurus Asrama Yatim Mizan Amanah Bukit Cinere. Selaku Kepala Asrama, Bapak Subhan Rabani, mengungkapkan rasa syukur dan doanya untuk Aruna, “Alhamdulillah, semoga bantuan dari Aruna ini dapat menjadi berkah Ramadan bagi anak-anak yatim di sini. Kami berharap agar tali silaturahmi yang telah dijalin, dapat terus dijaga hingga masa mendatang. Terima kasih sekali lagi kami ucapkan, semoga Aruna sebagai perusahaan yang bergerak di bidang fisheries industry selalu diberkahi di sepanjang perjalanannya.”

Sebelum agenda buka puasa bersama dilaksanakan seusai penyerahan donasi, Farid mengatakan, “Meski apa yang Aruna berikan ini tidak banyak, tetapi kami banyak berharap agar kami bisa membawa setidaknya sedikit penghiburan dan kebahagiaan buat adik-adik di Asrama Yatim Mizan Amanah Bukit Cinere. Buat adik-adik, semangat berpuasa dan beribadah, makan-makanan yang sehat, bercita-citalah setinggi mungkin. Dengan segala potensi yang ada, negeri kita sedang menunggu kita untuk terus berkarya.”

Hari Kartini: Aruna Telah Berdayakan 1.000 Perempuan Pesisir!

Dirayakan pada setiap tanggal 21 April, Hari Ibu Kartini selalu identik dengan perjuangan yang dilakukan oleh R. A. Kartini untuk memperoleh emansipasi perempuan. Aruna, startup perikanan terintegrasi asal Indonesia, melihat Hari Ibu Kartini sebagai sebuah simbolisme yang pun masih relevan untuk diaplikasikan hingga era modern ini. Untuk itu, Aruna berkomitmen untuk turut mengambil bagian dalam pemberdayaan perempuan, terutama mereka yang tinggal di wilayah pesisir nusantara.

Aruna menyadari bahwa perempuan memiliki peran yang sangat kritikal dalam sustainable fishery. Untuk itu, Aruna bertekad untuk mendukung mereka dengan mengasakan sejumlah program edukatif, seperti pelatihan dan sosialisasi dalam pembuatan produk olahan ikan, menajemen keuangan dan kesehatan keluarga. Aruna pun membuka lapangan kerja bagi mereka di Aruna Hub, tempat di mana Aruna memberdayakan masyarakat pesisir melalui beberapa kegiatan, seperti transaksi hasil laut, pergudangan, dan kumpul komunitas.

Hingga saat ini, Aruna telah berhasil memberdayakan 1.000 perempuan pesisir yang terdiri dari istri Nelayan Aruna, pekerja harian, dan masyarakat pesisir pada umumnya. Adapun, dampak nyata yang telah dirasakan oleh perempuan pesisir antara lain adalah bertambahnya pendapatan keluarga, yang pun diikuti dengan berkembangnya kemampuan dan pengetahuan mereka.

Irham Ahada, Head of Community Development, menegaskan, “Tak hanya tentang sustainable fishery, Aruna juga ingin memberdayakan perempuan secara serius. Bukan lagi tentang jumlah Nakama Aruna perempuan yang lebih banyak apabila dibandingkan dengan jumlah Nakama Aruna laki-laki. Jauh lebih dari itu, Aruna berupaya untuk memajukan perempuan di berbagai wilayah pesisir Indonesia dengan memperkaya keterampilan dan pengetahuan mereka di sektor yang mereka geluti. Selamat Hari Ibu Kartini untuk perempuan-perempuan hebat pesisir.”

Ibu Musafaah, perempuan pesisir dari daerah Bangkalan, Jawa Timur, mengatakan, “Saya senang karena hadirnya Aruna dapat banyak membantu kami untuk memperbaiki kualitas produk kami dengan adanya pembimbingan terkait proses Quality Control (QC), Para perempuan juga boleh bantu-bantu memeriksa dan memilah produk laut untuk diproses lebih lanjut, melakukan packaging juga. Ini baru yang dinamakan pemberdayaan secara nyata. Selamat Hari Ibu Kartini untuk semua perempuan di Indonesia.”

Perempuan jadi Sumber Kekuatan di Kehidupan Pesisir, Kok Bisa?

Bukan hanya kekayaan laut Indonesia yang lagi-lagi membuat kita terpana. Para pelaku aktif di dalamnya, termasuk perempuan, pun menjadi subjek yang membangkitkan harapan Indonesia tentang kehidupan pesisir yang lebih baik. Kendati kerap terhimpit stigma, perempuan tetap berusaha menjadi bagian kokoh dari industri perikanan dan kelautan Indonesia. Ya, mereka berperan sebagai penyokong aktivitas ekonomi di pesisir.

Di Hari Kartini ini, Aruna sebagai startup bidang perikanan Indonesia yang peduli akan kesetaraan di lingkungan perikanan dan kelautan Indonesia, mengajak Teman Aruna untuk mengenal peran perempuan di pesisir Indonesia. Dengan tetap menjaga semangat sustainable fisheries, kita pun bisa bersama-sama belajar mengenai kontribusi konkret perempuan di wilayah pesisir.

1. Berdikari, sebagai pelaku utama aktivitas perikanan dan kelautan Indonesia

Di Indonesia, kehadiran dan peran perempuan dalam ranah perekonomian perikanan dan kelautan memang terbilang masif. Tak main-main, sebagai pelaku aktif, perempuan mengisi 42 persen angkatan kerja di sektor perikanan. Sebanyak 72 persen bekerja pada sektor pemasaran hasil laut dan 4 persen sebagai nelayan. Menurut Susan Herawati dari Koalisi Rakyat Untuk Keadilan Perikanan (KIARA), perempuan Indonesia setidaknya menyumbang 169.000 metrik ton ikan senilai $253.000.000. Tentu saja, ini merupakan angka yang masif dari perempuan hebat Indonesia!
Dalam lingkup aktivitas ekonomi perikanan, para perempuan Indonesia terlibat di berbagai tahapan, seperi pada masa prapanen dan pascapanen. Banyak hal dilakukan oleh perempuan di masa prapanen seperti menyediakan logistik berupa makanan, bekal selama melaut dan mempersiapkan berbagai peranti atau perlengkapan untuk melaut. Untuk kegiatan pascapanen, mereka melibatkan diri dalam penyortiran ikan, pengolahan dan pemasaran hasil tangkapan.

2. Perempuan, untuk industri perikanan dan kelautan yang berkesinambungan dan adil

Terlibat aktif dalam kegiatan perikanan dan penjagaan ekosistem laut, perempuan tentu menjadi salah satu pilar kokoh industri perikanan dan kelautan Indonesia. Bukan semata-mata mencari pencaharian, mereka juga sadar bahwa laut Indonesia telah berhasil menghidupi mereka, sehingga mereka pun harus menjaga laut tercinta. Kesetaraan gender dan profesionalitas harus terus ditegakkan supaya para perempuan Indonesia mampu menjaga eksistensi mereka sebagai bagian solid dari ekonomi perikanan dan kelautan.

Ada berbagai usaha yang dilakukan oleh perempuan di berbagai wilayah Indonesia untuk tetap menjaga sustainable fisheries. Di pulau Tanake, Sulawesi Selatan, para perempuan lokal yang bekerja sebagai penanam rumput laut saling bergotong royong dalam menjaga hutan mangrove beserta ekosistem di sekitarnya. Kemudian, para perempuan nelayan gurita di Kaur, Bengkulu mencatat tangkapan mereka sembari memperhatikan ekstraksi gurita guna mengurangi eksploitasi gurita. Sekali mangayuh dayung, dua pulau terengkuh, ya?

3. Usaha pengentasan malnutrisi dan kemiskinan dari perempuan Indonesia

Sebagai pihak yang sering “ditunjuk” sebagai pengurus rumah tangga, sudah bukan rahasia lagi bahwa perempuan cakap dalam menyediakan asupan makanan bergizi bagi anggota keluarga. Mereka kerap menyulap hasil tangkapan menjadi berbagai olahan kreatif, seperti nugget dan bakso ikan, sehingga kebaikan laut dapat tersajikan dengan bentuk yang beragam.


Para perempuan pesisir tentu sadar bahwa olahan kreatif ini juga akan membawa nilai tambah tersendiri. Ketika hasil tangkapan sudah diproses sedemikian rupa, maka value dari produk tersebut akan naik. KIARA menyebutkan bahwa 48 persen pendapatan domestik diperoleh dari perempuan. Usaha nyata ini bisa dilihat sebagai bukti nyata peranan perempuan Indonesia untuk mengentaskan malnutrisi dan kemiskinan, setidaknya di lingkup keluarga.

Kesimpulannya, sudah tak valid lagi rasanya untuk memandang perempuan sebagai second-class gender, terlebih di ranah perairan dan kelautan. Nyatanya, perempuan pesisir tetap dengan proaktif dan kreatif memposisikan diri mereka untuk menjadi pihak yang berperan aktif dalam perekonomian keluarga dan kelestarian laut Indonesia. Yuk, apresiasi eksistensi sekaligus usaha perempuan Indonesia demi laut yang adil dan berkesinambungan.

Harus Dilestarikan, Kenali Nelayan Tradisional dan Tradisinya!

Teman Aruna, tahukah kamu bahwa adanya kondisi alam, latar belakang para nelayan, muatan, hingga nilai adat yang dimiliki dapat menciptakan suatu identitas dan pola aktivitas melaut yang unik dan berbeda? Tak heran apabila ada berbagai tipe nelayan yang bahkan masih bisa ditemui hingga saat ini. Fenomena klasifikasi nelayan ini memaparkan fakta bahwa setiap tipe nelayan memiliki karakteristik tersendiri, tak terkecuali bagi nelayan tradisional. Aruna sebagai startup perikanan dan kelautan yang peduli akan keanekaragaman industri perikanan Indonesia mengajak Teman Aruna untuk mengenal nelayan tradisional. Harapannya, kita bisa lebih menghargai dan melestarikan nilai yang mereka percayai. Lebih lanjut, Aruna juga berkomitmen untuk menjaga sustainable fisheries dan memberdayakan nelayan tradisional karena mereka memiliki peranan penting dalam lingkup perekonomian di wilayah pesisir.

1. Ukuran sampan atau perahu yang dipakai oleh nelayan Indonesia

Salah satu ciri dari nelayan tradisional bisa dilihat melalui besarnya ukuran sampan atau perahu yang dipakai. Ukuran perahu dihitung menggunakan satuan GT (Gross Tonage). Nelayan tradisional memiliki perahu dengan ukuran antara 5 hingga 10 GT. Di kelasnya, ukuran tersebut memang terbilang kecil, sehingga memberikan suatu limitasi tersendiri bagi nelayan tradisional untuk menjelajah dan menampung hasil tangkapan ikan saat melaut. Ukuran kapal juga berkaitan dengan kebijakan pemerintah dalam pemungutan pajak yang disebut PHP (Pungutan Hasil Perikanan). Sebagai contoh, kapal dengan ukuran 30 GT (Gross Tonage) akan dipatok dengan pungutan yang lebih besar dibanding perahu dengan ukuran di bawahnya sesuai dengan kebijakan yang berlaku. Dalam hal ini, kebijakan tersebut menjadi upaya pemerintah dalam mendukung berbagai lapisan nelayan di Indonesia, tak terkecuali bagi nelayan tradisional. Sehingga, dengan pungutan yang minim atatu bahkan nihil, nelayan tradisional bisa lebih merasakan hasil tangkapan laut mereka.

2. Luas daerah tangkapan nelayan tradisional yang terbatas

Atribut teknis mencakup fasilitas pendukung hingga ukuran kapal tidak bisa dipungkiri mempengaruhi nelayan tradisional dalam menjalankan aktivitas perikanan mereka. Ini berdampak pada coverage atau cakupan wilayah melaut mereka. Ruang gerak yang terbatas tentu mempengaruhi hasil tangkapan ikan para nelayan tradisional, bahkan terkadang “persaingan” penangkapan hasil laut menjadikan nelayan tradisional sebagai korban karena banyak ikan yang sudah terjaring oleh kapal besar dengan cakupan wilayah yang lebih masif. Cakupan luas dan fasilitas lebih mumpuni yang dimiliki oleh nelayan modern memang bisa menjadi ancaman tersendiri bagi nelayan tradisional. Oleh karena itu, eksistensi dari nelayan tradisional perlu diselamatkan. Para nelayan tradisional menggunakan pendekatan melaut sesuai dengan local wisdom yang mereka percaya, sehingga eksistensi nelayan tradisional berhubungan langsung dengan keberadaan nilai adat mereka. Apabila nelayan tradisional tidak diberdayakan dengan maksimal, maka bisa jadi adat dan tradisi melaut mereka akan menghilang.

3. Pendekatan yang sederhana untuk menentukan cuaca dan daerah penangkapan

Nelayan tradisional memiliki suatu pemahaman tersendiri mengenai tanda-tanda alam, sehingga untuk memprediksi cuaca atau kondisi laut, mereka akan mencoba untuk membaca gejala-gejala alam tersebut. Nelayan tradisional dari berbagai wilayah Indonesia mengetahui secara baik berbagai angin musiman yang bertiup secara berkala, berhembus dari arah dan waktu tertentu. Sehingga memahami dan menghafal sifat dari angin-angin tersebut menjadi
salah satu cara mereka untuk memprediksi cuaca. Nelayan tradisional juga mengamati bentuk awan untuk memprediksi kondisi cuaca. Sebagai contoh, apabila ada awan tebal berwarna keabu-abuan dan kehitaman terlihat menggantung membentuk suatu garis yang mengarah ke arah tertentu, mereka menyakini bahwa ini merupakan pertanda akan terjadinya cuaca buruk. Kemudian, nelayan tradisional juga dapat mengamatai arus laut sebagai tanda untuk memprediksi cuaca.

4. Apakah terdapat kawanan burung di permukaan laut?

Cara nelayan tradisional mengetahui daerah penangkapan dilakukan secara tradisional tanpa menggunakan alat seperti radar. Mereka mengandalkan pengalaman turun-temurun dalam membaca kondisi laut seperti mengamati apakah ada buih-buih air pada permukaan air dan melihat apakah terdapat kawanan burung di permukaan laut. Hal ini mengakibatkan para nelayan harus menjelajah perairan untuk mencari tanda-tanda alam tersebut.
Bagi para nelayan tradisional, untuk menghidupi diri, keluarga sekaligus menjaga kearifan lokal, mereka melakukan berbagai aktivitas melaut dengan cara yang lebih sederhana dan bersahaja. Mencari kehidupan di laut Indonesia tercinta dengan kekayaan local wisdom menimbulkan berbagai keterbatasan bagi nelayan tradisional. Oleh karena itu, Aruna dengan tetap memperhatikan tradisi yang dimiliki oleh para nelayan tradisional akan selalu mendukung
aktivitas perikanan mereka, sehingga diversitas laut Indonesia tetap akan terjaga.

5. Komitmen Aruna

Aruna ingin membantu nelayan tradisional melalui berbagai cara, salah satunya dengan memanfaatkan teknologi yang tersedia. Pemberdayaan dan bantuan pun bisa dikerahkan di berbagai hal lainnya untuk mengurasi limitasi namun tetap menjaga nilai tradisi para nelayan tradisional. Sehingga, ke depannya nelayan tradisional bisa melaut dan melakukan aktivitas perikanan dengan lebih efisien. Ini bisa menjadi langkah yang baik untuk menjaga sustainable
fisheries di wilayah pesisir, melestarikan nelayan tradisional sekaligus mendorong produktivitas mereka.

Aruna Creates Sustainable Fisheries Forum

On March 17 and 18 2022, Aruna, a fisheries startup from Indonesia that is revolutionizing the seafood trade ecosystem through technology, held an event entitled “Indonesia Ocean Sustainability Forum (IOSF) 2022 by Aruna”.

As one of a series of events for Aruna’s 6th anniversary, IOSF 2022 by Aruna presents an FGD, talk show and webinar that thoroughly examines the implementation of marine ecosystem sustainability. Aruna’s 6th anniversary event was also attended by various expert speakers, such as academics, government officials, business practitioners and NGOs.

The event was opened by Aruna’s Co-Founder and Chief Sustainability Officer, Utari Octavianty. She said, “IOSF 2022 by Aruna marks our optimism in the sustainability of marine ecosystems which can be implemented through responsible business processes in economic, social and environmental aspects. Until now, through our Local Heroes in the field, we educate fishermen about many things, such as knowledge of using environmentally friendly fishing gear and the importance of the concept of sustainability. “On the other hand, we also facilitate them with access to capital, health insurance, as well as providing employment opportunities for the fishermen’s wives.”

Attended by Experts In The Field of Fisheries

The Minister of Maritime Affairs and Fisheries (KP) of the Republic of Indonesia, Sakti Wahyu Trenggono, represented by the Head of the KP Research and Human Resources Agency, I Nyoman Radiarta, also provided his support regarding ecological and economic harmony in marine ecosystems or known as the Blue Economy. This Blue Economy is believed to be able to open up investment and employment opportunities, as well as further boost the national economy. Concurring with this, the Coordinating Minister for Maritime Affairs and Investment, Luhut Binsar Pandjaitan, said that his party was also ready to collect global commitments in order to realize marine health restoration by implementing fishing quotas. The commitment is made to realize sustainable fisheries and seafood. On the same occasion, LPEM UI also presented the results of its research regarding improving the economy of coastal communities following the presence of Aruna as a domestic startup operating in the fishery industry.

Outcome from the IOSF 2022 forum

To find out in more detail, the IOSF 2022 by Aruna research and events as a whole refer to the 3 main points below, namely:

  • The importance of formulating and grounding the Blue Economy concept and having a clear blue print regarding Indonesia’s fisheries strategy.
  • There is a need for assistance and education for Indonesian fishermen about Climate Change and its impact on marine commodities.
  • Formulation of government regulations that are steady and pro-community. This is done so that business actors can operate more calmly and the level of investor confidence in the fisheries sector in Indonesia will be higher.

The hope is that these 3 points can become our shared framework for achieving ecosystem and fisheries sustainability. “Indonesia Ocean Sustainability Forum (IOSF) 2022 by Aruna” marks Aruna’s commitment to the welfare of all stakeholders in the fishing industry, starting from fishermen, coastal communities, business people, government, and the general public, such as consumers.