#LautUntukSemua, Yuk, Lestarikan Tradisi Tangkap Heole-Ole’a

Marco

February 10, 2022

Tradisi Wakatobi Heole-Ole’a

Heole-Ole’a adalah tradisi penangkapan ikan yang selaras dengan konsep sustainability, sekaligus kampanye Aruna, yakni #LautUntukSemua.

Tahukah kalian bahwa ada satu jenis ikan endemik di suatu pulau di wilayah Sulawesi Tenggara? Ya, ikan ole adalah ikan endemik yang secara spesifik berada di Pulau Tomia, Sulawesi Tenggara. Ikan ini kemudian dianggap sakral, sehingga proses penangkapannya pun harus melalui sebuah tradisi adat yang biasa disebut dengan Heole-Ole’a. Tradisi Wakatobi yang satu ini merupakan proses penangkapan ikan secara tradisional yang selaras dengan konsep sustainability fishery, sekaligus kampanye Aruna yang bertajuk #LautUntukSemua.

Untuk diketahui, Aruna adalah sebuah platform integratif perdagangan perikanan asal Indonesia. Secara sederhana, Aruna berperan sebagai 360 seafood market yang berorientasi pada pasar lokal dan ekspor, baik untuk end-consumer maupun manufaktur.

Lihat juga 5 ritual sedekah laut unik yang cuma ada di Indonesia

Tradisi Wakatobi Heole-Ole’a harus lestari, karena #LautUntukSemua

Tradisi-Heole-Olea, ikan ole, tradisi wakatobi

Pada umumnya, ikan ole ini biasa ditemukan pada bulan Juni hingga September. Sebelum waktu itu, parika, seorang pemangku adat yang ditugaskan untuk mengatur segala sesuatunya yang berkenaan dengan tradisi Wakatobi Heole-Ole’a, menggunakan kesempatan yang ada untuk mempertimbangkan beberapa hal. Adapun, beberapa hal yang dimaksud meliputi proses, lokasi, dan waktu penangkapan, serta pengelolaan hasil tangkapan ikan ole.

Parika ini harus cermat, lho! Pasalnya, ia perlu mengamati proses berkumpulnya ikan ole di suatu titik dan memastikan bahwa ikan-ikan tersebut sudah selesai bertelur. Wah, kalau bukan ahlinya, tentu tidak mungkin paham, ya. Ketika ikan ole sudah selesai bertelur, parikan baru akan memberi komando bagi para nelayan untuk mulai menangkap ikan ole. Kalau tradisi ini terus lestari, tentu populasi ikan ole tidak akan pernah terancam, ya, Teman Aruna?

Namun, eksploitasi sempat terjadi
Namun faktanya, seiring dengan berkembangnya zaman, tradisi Heole-Ole’a asal Wakatobi ini perlahan dikesampingkan. Karena ingin mendapat hasil tangkapan yang maksimal, langkah penantian selesainya masa bertelur ikan ole pun dilewati begitu saja. Selain itu, mata jaring ikan yang telah dimodifikasi menjadi lebih kecil juga akan menjaring ikan ole yang masih kecil. Kalau begini terus, populasi ikan ole yang sudah mulai langka ini dikhawatirkan akan segera punah.

Peraturan adat yang diperkuat oleh ketentuan hukum

Karena nilai tradisi yang sarat akan kearifan lokal dan prinsip keberlanjutan ini sedikit banyak sudah mendarah daging di diri masyarakat setempat, mereka pun segera kembali mengambil langkah untuk menyudahi eksploitasi ikan, terutama ikan ole. Langkah awal revitalisasi adat pun diambil dengan menegaskan kembali tugas dan fungsi parika sebagai ujung tombak dari tradisi tersebut. Parika juga diharapkan dapat membantu sosialisasi cara tangkap ikan ole kepada masyarakat Tomia secara lebih luas.

Menunjukkan empati, pemerintah juga ikut turun tangan untuk mensukseskan visi baik ini. Alhasil, lahirlah peta wilayah adat Kawati Tomia dan Peraturan Bupati Wakatobi tentang MHA Nomor 45 Tahun 2018, mengenai Perlindungan dan Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Berbasis Masyarakat Hukum Adat Kawati di Pulau Tomia di Kabupaten Wakatobi. Hal ini juga didukung dengan diadakannya pertemuan rutin untuk membahas pengelolaan berbasis adat, yang sudah dilakukan semenjak Agustus 2020 lalu.

Tradisi Wakatobi yang pun diperkuat oleh ketentuan hukum ini menjadi titik balik dari pelestarian tradisi Heole-Ole’a yang sempat terlupakan. Harapannya, penangkapan ikan ole di musimnya dapat dilaksanakan dengan baik, mengingat ikan ole sudah menjadi salah satu komoditas seafood market di sekitar mereka. Meski tidak tinggal di dekat laut, menjaga laut sudah menjadi salah satu kewajiban kita sebagai warga negara kepulauan, lho. Jangan lupa, #LautUntukSemua!

Leave a reply

Array

No comments found.