Tumbuh 5,45%, Sustainable Fisheries Contribution to GDP Perlu Digenjot

Tahun 2020 memang merupakan tahun yang sangat berat untuk dijalani setiap negara karena adanya pandemi virus COVID-19, termasuk bagi Indonesia. Untungnya di tahun 2021 kita berhasil bangkit meskipun masih harus terus berperang melawan penyebaran virus yang semakin mengganas. Bahkan sektor perikanan pun sanggup tumbuh sebesar 5,45% meskipun nilai kontribusi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) secara nasional lebih sedikit, yakni 2,77%. Persentase ini sudah termasuk hitungan sustainable fisheries contribution GDP atau kontribusi sektor perikanan berkelanjutan terhadap PDB.

Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan memang sudah menggelontorkan banyak program agar sektor perikanan bisa bangkit dari kemerosotan yang terjadi pada tahun 2020. Dengan berbagai program yang langsung dirasakan oleh para nelayan, hasilnya pun langsung dapat dirasakan pada periode 2021. Dapat dilihat dari data yang dilansir oleh databoks katadata, peningkatan PDB sektor pertanian 9,85% dan subsektor perikanan sudah tumbuh 2,77% dibandingkan tahun sebelumnya.

Meningkatkan Sustainable Fisheries Contribution to GDP Harus Dilakukan Secara Komprehensif

Mengukur peningkatan secara ekonomis melalui GDP (Gross Domestic Product) atau PDB memang perlu, tetapi memperhatikan keberlangsungan di sektor fisheries industry juga tidak kalah penting. Oleh karena itulah Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Humas Ditjen Perikanan menyatakan bahwa menjaga ekosistem alam tetaplah sangat penting. Karena pertumbuhan nilai ekonomi jika tidak mengindahkan sisi sustainable fisheries bisa berakibat kurang baik bagi alam dan tentunya bagi para nelayan. Karena kita harus sepakat bahwa para nelayan merupakan ujung tombak dari sektor perikanan.

Profesi nelayan sebagai ujung tombak sektor perikanan, memang sangat penting. Humas Ditjen Perikanan pun menyatakan bahwa program yang dirancang untuk menggenjot pendapatan subsektor kelautan dan perikanan hingga 2024, juga tetap memperhatikan kesejahteraan para nelayan. Disamping harus selalu menggalakkan edukasi mengenai keharusan untuk menjaga kelestarian alam, tetap harus ada solusi yang diberikan untuk meningkatkan kesejahteraan.

Optimalisasi dan Pemberian Nilai Tambah Pada Produk Perikanan

Memang jargon meningkatkan sustainable fisheries contribution to GDP, harus tetap memperhatikan aspek lainnya. Untungnya, era kemajuan teknologi memberikan angin segar di berbagai aspek kehidupan, bahkan bagi sektor perikanan. Terbukti dari munculnya berbagai startup perikanan, yang mampu memberikan solusi peningkatan pendapatan bagi para pelaku ekonomi di sektor kelautan. Teknologi yang ditawarkan oleh berbagai perusahaan rintisan ini tentu saja bertujuan untuk mengoptimalisasi produktivitas. Dengan meningkatnya produktivitas, maka sustainable fisheries contribution to GDP pun akan turut mengalami pertumbuhan.

Tindakan yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan, salah satunya adalah dengan mengajak mereka untuk memberikan nilai tambah pada produk perikanan. Misalnya demi menghindari kerugian dari penjualan hasil tangkapan mereka, para nelayan bisa mengolah ikan segar menjadi produk ikan beku. Dengan demikian nilai ekonomi pada hasil tangkapan dapat bertahan lebih lama, karena produk beku tersebut bisa dikirim ke distributor bahan makanan beku atau supplier seafood yang lokasinya jauh dari domisili para nelayan.

Optimalisasi dan Pemberian Nilai Tambah Pada Produk Perikanan

Sama halnya dengan startup Aruna Indonesia yang bukan hanya membantu memasarkan produk perikanan secara langsung agar bisa menembus pasar ekspor dan memberikan manfaat lebih bagi para nelayan. Melalui Aruna Hub, ada banyak kegiatan yang dilakukan Aruna untuk menggandeng banyak pihak agar turut serta menjaga kelestarian ekosistem perairan dan daratan. Agar kemajuan teknologi bukan hanya dimanfaatkan memberikan kesejahteraan bagi para pelaku ekonomi, tetapi juga membantu sumber daya alam di negara kita bisa terjaga keseimbangannya.

Geliat Sektor F&B Turut Meningkatkan Fisheries Market Industry

Medio tahun 2021 bisa dibilang merupakan momentum bangkitnya perekonomian Indonesia, baik secara makro dan mikro. Salah satu sektor yang sangat menggeliat pertumbuhannya adalah bidang food & beverages di level ritel. Dibantu oleh kepiawaian para pemasar digital, ada banyak restoran, rumah makan, bahkan pedagang gerobak yang viral di media sosial dan diburu para konsumen. Geliat ini tentu saja turut memberikan kontribusi pada peningkatan di sektor fisheries market industry.

Peningkatan di berbagai Sektor Perikanan, bukan hanya di Fisheries Market Industry

Sebenarnya kalau ditilik lebih lanjut, sektor perikanan memang semakin gemilang berkat konsumsi rumah tangga atau tingkat konsumsi di level ritel. Karena data menyebutkan bahwa konsumsi ikan nasional per tahun 2019 saja meningkat menjadi 54,50 kilogram/ kapita. Padahal, total konsumsi domestik di tahun 2017 masih menunjukkan angka 47,34 kilogram/ kapita.

Dari sisi utilisasi industri pengolahan produk perikanan ada peningkatan tajam yang terjadi pada tahun 2020, yakni sebesar 58% dengan total produksi sebanyak 1,6 juta ton. Realisasi utilisasi pengolahan produk dan supplier seafood ini turut mengerek nilai ekspor dengan capaian 4,48 miliar dollar AS. Dengan adanya peningkatan utilisasi ini, sektor perikanan dapat mengurangi intensitas ekspor bahan mentah dengan menghasilkan produk olahan yang memiliki nilai tambah.

Masyarakat Semakin Familiar dengan Produk Perikanan

Perbaikan pada sisi suplai produk perikanan, tentu semakin membuat fisheries industry memiliki potensi yang kian terbuka. Hal inilah yang ditangkap oleh pelaku bisnis kuliner: mereka menyuguhkan pilihan konsumsi hewani yang sudah tak terbatas pada daging ayam dan sapi saja. Benar saja, keberhasilan sebuah program memang harus ada hasil nyata yang dapat dilihat.

Selain semakin mudahnya masyarakat mendapatkan produk perikanan segar dan beku, kepopuleran produk-produk perikanan pun semakin menanjak. Salah satu produk perikanan yang semakin dikenal oleh masyarakat adalah kepiting dan ikan nila. Bahkan restoran seperti Burger King, Mcdonald’s, dan KFC sudah menyediakan beragam pilihan menu yang berbahan dasar ikan. Selain ada fakta memang gerai restoran yang memang menjadikan olahan ikan sebagai produk unggulan mereka semakin bertumbuh di berbagai kota.

Tetap Utamakan Sustainable Fisheries

Sektor fisheries market industri yang semakin menggelora ini tidak boleh dibiarkan berlari tanpa arah. Seluruh pihak harus tetap mengingat bahwa industri yang sehat harus memperhatikan aspek keberlanjutan (sustainability). Oleh karena itu, di lain kesempatan, pihak Humas dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengungkapkan bahwa untuk menggenjot produktivitas tetap harus menjaga ekosistem tidak bisa hanya mengukur sisi pertumbuhan dari sisi nilai ekonominya saja.

Selain memperhatikan sisi keberlanjutan, peningkatan kesejahteraan para nelayan juga menjadi poin yang penting di tengah menggeliatnya potensi pasar di sektor perikanan ini. Jangan sampai peningkatan ekonomi hanya dirasakan oleh para pelaku bisnis besar. Disinilah para pelaku startup perikanan harus turut mengambil peran. Yakni dengan turut menawarkan solusi yang bisa memberikan dampak juga bagi para nelayan.

Melalui Aruna Hub, startup Aruna bergerak aktif untuk menjangkau para pelaku sektor perikanan hingga ke pelosok Indonesia. Aruna Indonesia bekerja keras untuk menjadi penghubung antara kemajuan teknologi dengan masyarakat pelaku perikanan. Agar teknologi ini dapat diimplementasikan dengan tepat dan memberikan dampak yang dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Mulai dari para nelayan, pihak pengolah hingga ke konsumen.

Tips Penggunaan Susu Ini Harus Diketahui Wirausaha Perikanan

Seiring dengan semakin banyaknya masyarakat Indonesia yang mulai rutin menjadikan ikan sebagai pilihan konsumsi mereka, potensi pertumbuhan wirausaha perikanan pun akan semakin meningkat. Namun, memang masih banyak kendala yang harus diperhitungkan para pelaku usaha ketika memutuskan untuk menggeluti fisheries industry, apalagi jika berhubungan dengan produk perikanan laut.

Berbagai kendala yang harus dihadapi wirausaha perikanan

Kendala besar yang harus dihadapi para pelaku diantaranya adalah rantai pasokan, manajemen logistik, dan cara memproses ikan dan hasil laut lainnya. Penanganan ketiga hal tersebut pada ikan laut memiliki cukup banyak perbedaan, apalagi jika dibandingkan dengan bahan mentah, seperti ikan air tawar atau unggas.

Wirausaha perikanan harus menghadapi harga yang tidak stabil

Dikarenakan rantai pasokan yang belum prima, terkadang harga dari produk laut tidak dapat terjaga dengan stabil. Beruntungnya di Indonesia sudah bermunculan startup perikanan yang bertujuan menyelesaikan masalah tersebut. Tentu saja termasuk Aruna yang juga fokus mengembangkan sistem berkelanjutan atau sustainable fisheries.

Sulit mendapatkan supplier seafood

Penyebab dari ketidakstabilan harga, salah satunya karena penyebaran supplier seafood segar yang belum menjangkau semua daerah. Untungnya, sekarang sudah ada startup Aruna yang siap membantu menyediakan produk laut segar bagi konsumen ritel maupun para pelaku bisnis. 

Tekstur dan rasa cepat berubah

Jika menyetok terlalu banyak bahan baku segar tanpa menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang tepat, hal ini justru akan menyebabkan perubahan tekstur dan rasa. Tentu saja hal tersebut akan menimbulkan kerugian karena perubahan tersebut akan mengganggu konsistensi produk yang dihasilkan atau dijual.

Melibatkan susu dalam manajemen logistik

Selama ini, sebenarnya sudah banyak cara yang dilakukan para pelaku bisnis untuk menjaga kesegaran ikan. Sayangnya, hal tersebut tidak terlalu efektif ketika diterapkan pada ikan laut. Namun, setiap masalah dan tantangan pasti diikuti pula oleh jawaban dan solusi. Dalam urusan menjaga kesegaran dan menjauhkan bau amis dari ikan mentah, sebenarnya ada solusi yang mudah dan efektif, yaitu dengan merendam ikan laut dalam wadah yang berisi susu.

Menyerap bau amis

Kandungan kasein dalam susu ternyata terbukti efektif menyerap bahan kimia Trimetilamina N-oksida si penyebab bau amis pada ikan.

Tidak mengganggu tekstur dan rasa

Sering sekali masalah yang harus dihadapi ketika salah menggunakan bahan untuk menghilangkan bau amis pada ikan adalah perubahan tekstur dan rasa. Namun, jika menggunakan susu untuk menghilangkan bau amis pada ikan, justru tekstur dan bakteri penting pada ikan tetap terjaga.

Lebih efektif dibandingkan penggunaan asam

Selama ini, banyak masyarakat dan pemilik restoran yang mengandalkan air cuka, perasan jeruk nipis, ataupun air lemon untuk menjaga kesegaran bahan mentah produk laut yang mereka miliki. Sayangnya, hal ini sering kali membuat perubahan rasa dan tekstur apabila pengaplikasian waktu yang diterapkan tidak cukup presisi.

Di tengah semakin banyak masyarakat yang sadar akan penting dan manfaat dari ikan dan produk laut lainnya untuk menunjang kebutuhan nutrisi, keberadaan Aruna Hub bisa dijadikan sarana untuk saling berbagi informasi terkini. Dengan kata lain, jika ada metode baru yang efektif dan lebih efisien, nelayan dan pelaku ekonomi lainnya pun dapat ikut mengaplikasikannya.

Jika ada yang memfasilitasi proses sharing knowledge dari dan untuk para nelayan serta pelaku bisnis lainnya, maka niscaya kualitas dan nilai ekonomi produk lokal kita akan semakin meningkat.

Rupanya Top Global Produk Fishery adalah Ikan Cakalang

Kira-kira kalau ada pertanyaan, “Ikan apa yang paling banyak dikonsumsi sedunia?”, apa jawaban yang terlintas? Kebanyakan orang mungkin akan menjawab ikan salmon, karena memang popularitas dari ikan ini sudah sangat mendunia. Padahal komoditas yang paling banyak dikonsumsi dari sektor fishery adalah ikan cakalang.

Banyak yang tidak menyangka bukan?

Kalau menilik data statistik dari situs resmi asosiasi pangan dunia FAO (Food and Agriculture Organization), sebenarnya ada 3 jenis ikan tangkapan laut yang menduduki posisi teratas. Yang menduduki urutan teratas top adalah ikan teri Peru, diikuti oleh Alaska Pollock yang masuk dalam keluarga ikan cod.

Nah yang menduduki posisi ke-3 adalah ikan cakalang. Dalam Bahasa Inggris, ikan ini disebut juga skipjack tuna. Ya benar, ikan cakalang memang masih merupakan salah satu varian atau anggota dari keluarga ikan tuna.

Alasan Cakalang Menduduki Top Global Produk Fishery adalah:

Pasti akhirnya menjadi banyak yang penasaran, mengapa ikan cakalang bisa menduduki posisi deretan teratas dari produk perikanan. Sekarang, mari mengupas beberapa fakta dari jenis ikan yang rupanya menjadi paling favorit dan mudah ditemui hampir di seluruh belahan dunia ini.

Hasil tangkapan paling banyak dari dunia fishery adalah cakalang

Berdasarkan angka statistik yang dilansir dari laman FAO.org, jumlah ikan cakalang yang ditangkap oleh seluruh nelayan di dunia menginjak rekor pada tahun 2018 dengan angka total 7,9 juta ton.

Mengalami peningkatan permintaan sejak 2021

Entah dipengaruhi oleh masa pandemi atau bukan, yang pasti pada medio 2021 terjadi peningkatan permintaan bahan baku ikan tuna atau cakalang dari area produksi yang berlokasi di Benua Asia dan Eropa.

Harga komoditinya fluktuatif

Banyak dikonsumsi dan untungnya mudah didapatkan di penjuru perairan seluruh dunia, harga komoditi laut ini rupanya tetap fluktuatif atau kerap mengalami kenaikan dan penurunan harga. Tentu saja hal ini lumrah terjadi karena adanya mekanisme pasar yang bergantung pada banyaknya suplai dan permintaan.

Kondisi permintaan yang paradoks

Memang ada peningkatan permintaan ikan cakalang di seluruh dunia, tetapi dalam bentuk beku (frozen). Sebaliknya, permintaan pasar akan produk ikan segar justru banyak mengalami penurunan.

Sumber nutrisi yang “murah”

Apa yang paling identik dari produk ikan laut? Salah satunya adalah harganya yang mahal. Tetapi hal ini kurang berlaku di ikan cakalang, karena untuk produk yang kualitas sedang harganya masih ramah di kantong. Jadi masyarakat bisa tetap memenuhi kebutuhan nutrisi tanpa harus menguras isi kantong.

Kemasan kaleng menjadi primadona

Jika sempat terbesit pertanyaan, apa yang menyebabkan permintaan suplai ikan beku ini begitu banyak, jawabannya karena akan diolah menjadi makanan olahan siap saji dalam kemasan kaleng. Karena kepraktisannya yang tetap memberikan kandungan nutrisi yang tinggi, produk olahan ikan dalam kemasan kaleng memang banyak digandrungi di negara-negara maju.

Potensi Ekonomi Bagi Indonesia di Fisheries Market Industry

Startup perikanan harus bersatu bersama pemerintah dan masyarakat untuk menangkap peluang ekonomi yang besar dari sektor fisheries industry. Tentunya harus ada sinergi yang dilakukan secara keseluruhan dari hulu hingga hilir. Mulai dari level para penangkap ikan hingga ke rantai supplier seafood.

Penerapan sustainable fisheries yang selama ini digalakkan oleh startup Aruna, salah satunya melalui berbagai kegiatan yang dilakukan dalam Aruna Hub. Dimana dalam hub ini, bukan hanya sekumpulan para pelaku penggerak ekonomi perikanan, tetapi juga ada sinergisitas yang dilakukan untuk mengembangkan potensi perikanan lokal dengan tetap menjaga mutu dan kualitas.

Warisan Sustainable Fisheries Partnership Indonesia dari Leluhur

Selama kita cenderung menjadikan budaya luar sebagai role model dan sumber pengetahuan di berbagai lingkup kehidupan. Padahal sebenarnya ada banyak kebudayaan yang dilestarikan oleh para leluhur kita dan patut untuk diterapkan. Salah satu bekal dari nenek moyang yang dapat diterapkan ini, ternyata ada juga yang berkaitan dengan lingkup sustainable fisheries partnership Indonesia.

Nenek moyang bangsa kita ternyata sudah memiliki ilmu manajemen pengolahan laut yang berkelanjutan. Hal ini terbukti dari budaya tradisional yang masih dijalankan di daerah Papua, tepatnya oleh suku Tepra di Teluk Tanah Merah, Distrik Depapre. Suku ini memiliki tradisi Tiyaitiki, kearifan lokal yang mengatur pengelolaan sumber daya laut berkelanjutan demi tetap memperhatikan aspek konservasi. Sehingga meskipun masyarakat adat setempat mengeksplorasi laut sebagai mata pencaharian, ada peraturan yang wajib dipatuhi.

Tiyaitiki, Role Model Peraturan Sustainable Fisheries Partnership Indonesia

Kawasan Papua memang dikenal sebagai kawasan yang tetap menjaga tradisi dan budaya yang sudah diwariskan turun-temurun oleh nenek moyang dari masa lampau. Kebudayaan ini memang kebanyakan kaku dan sangat mengikat bagi masyarakat adat, sehingga tidak mudah luntur termakan zaman dan kemajuan teknologi. Sisi positifnya, tradisi Tiyaitiki yang tetap dijalankan oleh masyarakat adat suku Tepra membuat kelestarian alam tetap terjaga.

Inti dari kearifan lokal yang satu ini adalah larangan untuk menangkap hasil laut selama beberapa waktu, untuk membiarkan laut melakukan konservasi secara alami. Padahal, tradisi ini merupakan peraturan tidak tertulis yang penerapannya dipimpin langsung oleh pemimpin adat atau panitua. Tetapi masyarakat tetap patuh dan mengikuti peraturan tiyaitiki, karena perspektif yang dibuat adalah memandang alam sebagai “ibu” yang memberikan ASI bagi mereka. Untuk penerapannya sendiri, ternyata dilakukan secara menyeluruh yang mengatur hubungan masyarakat dan alam.

Tiyaitiki sebagai ilmu manajemen sustainable fisheries partnership indonesia

Setiap tradisi pasti biasanya diikuti pula dengan pelaksanaan upacara, begitu juga dengan penerapan tiyaitiki. Menjelang masa pelarangan penangkapan ikan, panitua akan melakukan upacara penancapan kayu yang menunjukkan area mana saja yang tidak boleh dimasuki oleh manusia. 

Tetap terbuka dan menerapkan teknologi

Meskipun ini tradisi lampau yang diwariskan oleh nenek moyang, keberadaan teknologi tetap digunakan oleh masyarakat. Karena teknologi yang membantu menangkap hasil laut tanpa merusak alam bisa digunakan oleh masyarakat.

Membantu masyarakat membagi area kelola

Tradisi masyarakat suku Tepra ini bukan hanya menentukan larangan, tetapi juga mengatur pembagian area yang dapat dikelola oleh masing-masing kelompok. Sebuah kelompok akan mengelola hasil laut di area yang sudah ditandai sebelumnya, sehingga kelompok lain dilarang keras untuk mengambil hasil alam dari area mereka.

Ada sanksi bagi yang melanggar

Agar masyarakat tetap patuh, tentu saja ada sanksi yang akan diberikan jika ada yang melanggar peraturan larangan kelola laut ini. Sanksi akan langsung diberikan oleh panitua bagi siapa saja yang berani melanggar

Juga diterapkan di suku lain dengan nama  Sasi Nggama

Ternyata ada suku lain dari Papua yang memiliki tradisi yang sama, yakni suku yang berada di daerah Kaimana. Tidak memiliki banyak perbedaan, tradisi di daerah Kaimana ini juga mengatur agar tata pengelolaan hasil laut dapat tetap memperhatikan aspek kelestarian alam.

Terbukti bahwa kearifan budaya lokal juga memiliki peran positif dalam menerapkan sustainable fisheries, dan memang tidak kalah dibandingkan dengan budaya asing. Hal ini dapat menjadi inspirasi agar kita bisa lebih mengenal budaya dari dalam negeri sendiri.

Semoga setelah ini bukan hanya startup Aruna  dan pelaku ekonomi yang tergabung dalam Aruna Hub, tetapi seluruh lapisan masyarakat dan startup perikanan lainnya juga ikut tergugah untuk menggali tradisi budaya yang mengedepankan sustainability. Terutama yang bermanfaat bagi kemajuan fisheries industry

Plankton, Tokoh Kunci Keberlangsungan Sea Fisheries Industry

Beberapa tahun belakangan ini, semakin banyak masyarakat yang mulai sadar akan besarnya peran dan potensi yang dimiliki oleh luasnya perairan di negara kita. Sedikit banyak, hal ini juga berkat mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Ibu Susi Pudjiastuti. Karena beliau begitu memahami secara mendalam mengenai sea fisheries industry, bidang yang sudah digelutinya sejak lama. Salah satu jargonnya yang masih terngiang hingga sekarang adalah, “Tenggelamkan (orang) yang tidak makan ikan!”.

Dibalik popularitas konsumsi ikan yang terus menanjak, sebenarnya masih banyak materi yang perlu lebih di edukasikan lagi ke masyarakat, salah satunya tentang keberadaan plankton sebagai kunci utama indikator seimbangnya ekosistem perairan.

Plankton Pemasok Utama Oksigen yang Penting bagi Sea Fisheries Industry

Belum banyak yang tahu kalau sebenarnya selama ini yang menjadi pemasok utama oksigen di planet bumi adalah plankton, tepatnya fitoplankton.  Bahkan hasil penelitian mengungkap bahwa fitoplankton memproduksi sekitar 50% hingga 85% dari total oksigen per tahunnya. Padahal selama ini banyak dari kita yang mengira bahwa sumber oksigen terbanyak adalah tumbuhan.

Indikator Keseimbangan Ekosistem Laut

Banyaknya jumlah plankton yang terdapat dalam sebuah kawasan perairan, akan menentukan warna dari laut tersebut. Jika warnanya hijau atau biru, maka hal tersebut menandakan bahwa ekosistem laut sedang dalam kondisi seimbang. Akan berbeda kondisinya jika warna air laut terlihat kemerahan karena memiliki kandungan fitoplankton yang terlalu banyak. 

Keberadaan fitoplankton yang terlalu banyak dalam perairan, menandakan bahwa ekosistem pada laut tersebut sedang tibak imbang dan dapat menimbulkan banyak masalah. Mulai dari ikan-ikan yang akan mati karena fitoplankton menyerap terlalu banyak unsur hara dan fitoplankton yang kurang sehat ini dimakan oleh ikan di sekitarnya.

Kejadian ini disebut blooming fitoplankton, dimana kandungan fitoplankton terlalu banyak karena menyerap terlalu banyak unsur hara dan tidak diimbangi oleh banyaknya jumlah ikan yang mengkonsumsinya.

Kejadian blooming fitoplankton di Indonesia

Di perairan nusantara sendiri, sudah beberapa kali terjadi tragedi blooming fitoplankton. Hal ini menyebabkan banyaknya ikan yang mati dan mengambang di permukaan laut. Sementara ikan yang mati dalam kondisi seperti ini, sudah tidak layak dikonsumsi. Sehingga menimbulkan kerugian bagi para nelayan.

Penyebab Banyaknya Ikan yang Mati Karena Fitoplankton

Sebelumnya kita sudah membahas bahwa kandungan zat hara yang terlalu banyak di lautan akan diserap semua oleh fitoplankton. Setelah mengkonsumsi banyak zat hara yang mengandung racun, fitoplankton pun akan lebih banyak bereproduksi. Kondisi terlalu banyaknya fitoplankton yang tidak sehat ini membuat kadar oksigen di perairan juga semakin menipis. Ketersediaan oksigen yang terlalu tipis di perairan akan membuat para ikan mengalami kerusakan insang.

Ketidakseimbangan fitoplankton akan mengganggu sektor sea fisheries industry

Zat hara yang bisa terkandung bahan kimia berbahaya akan diserap oleh fitoplankton. Karena ikan mengkonsumsi fitoplankton yang tidak sehat ini, maka jika ikan tersebut sampai ke supplier seafood kemudian dikonsumsi oleh manusia, makan akan berakibat buruk. Salah satu efeknya adalah manusia akan mengalami gangguan pernafasan karena mengkonsumsi ikan yang sudah tercemar tersebut.

Masyarakat Harus Mengambil Peran Mencegah Terjadinya Blooming Fitoplankton

Akan ada banyak dampak buruk yang akan dirasakan, bukan hanya bagi ekosistem laut, tetapi juga oleh manusia, jika keseimbangan alam tidak terjaga. Oleh karena itu, seluruh kalangan mulai dari pemerintah, pelaku bisnis, startup perikanan, para nelayan hingga masyarakat umum harus ikut berperan aktif dalam menjaga kelestarian alam.

Kenapa masyarakat umum harus ikut terlibat mencegah terjadinya blooming fitoplankton? Karena masih banyak masyarakat yang langsung membuang limbah domestik mereka ke perairan. Limbah ini akan mengalir hingga ke lautan dan diserap oleh plankton. Oleh karena itu, startup Aruna melalui Aruna hub berusaha menggandeng seluruh lapisan agar turut serta menjaga kelestarian lingkungan. Salah satunya adalah dengan mengedepankan metode sustainable fisheries. Yaitu dengan mengolah hasil perikanan secara tepat dan mengurai limbah agar tidak mencemari lingkungan.

Domba Laut Berpotensi Mengembangkan Fisheries and Aquatic Industry

Pesona alam bawah laut memang menyimpan banyak sekali misteri yang belum bisa dikuak semuanya oleh para peneliti dan para pelaku industri fisheries and aquatic industry. Sering kali ditemukan varian biota baru atau penemuan hewan yang selama ini dinyatakan sudah punah, justru ditemukan kembali masih ada kehidupannya di dalam ekosistem perairan. Salah satu penemuan yang menarik dan memiliki potensi besar adalah keberadaan dari domba laut.

Domba Laut di Kancah Fisheries and Aquatic Industry

Hewan laut yang satu ini sangat unik dan menyimpan banyak misteri. Karakteristiknya yang unik sudah dapat tergambar dari namanya. Padahal termasuk dalam golongan siput laut, namun karena bentuk fisiknya menyerupai domba yang biasa kita temui.

Para peneliti pun menyatakan bahwa mereka belum dapat mengeluarkan kesimpulan yang menyeluruh mengenai spesies domba laut yang memiliki nama lain domba daun, leaf sheep ataupun sea sheep.

Memperkaya keanekaragaman di sektor fisheries and aquatic industry

Karena penampilannya yang sangat cantik, tidak salah jika akhirnya banyak yang jatuh hati dan tertarik mengamati hewan berukuran mini ini. Jika dilakukan penelitian yang komprehensif, kelak hasilnya pasti akan menambah catatan keanekaragaman yang terdapat dalam ekosistem laut.

Ciri dan Karakteristik Domba Laut

Agar bisa lebih dekat dan memahami berbagai keunikan dari sidomba “mini” laut, mari kita dalami apa saja yang merupakan karakteristik hewan yang ditemukan pada tahun 1993 di lautan lepas sebuah pulau di negara Jepang ini.

Berukuran mini

Walau bentuknya sangat imut, kita akan susah memandangnya dengan mata telanjang. Karena rerata hewan ini hanya berukuran 5 milimeter hingga 1 centimeter saja.

Memiliki banyak kemiripan dengan hewan domba

Selain area tubuhnya yang ditutupi bulu berbentuk daun, binatang ini juga memiliki 2 buah antena layaknya tanduk di bagian kepalanya. 

Mempertahankan hidup dengan berfotosintesis

Hanya sedikit hewan yang memiliki kemampuan untuk berfotosintesis, selain domba laut ada juga binatang kutu kacang dan salamander berbintik yang memiliki kemampuan serupa.

Mencuri kemampuan fotosintesa dari tumbuhan

Domba laut akan mendeteksi alga yang berada di dekatnya, untuk kemudian “mencuri” kloroplas yang dimiliki oleh alga. Jadi bukan memakan tumbuhan alga, justru dia hanya akan mengambil bagian tertentu untuk mempertahankan hidupnya selama beberapa bulan kedepan.

Tetap memiliki insang

Meskipun mengandalkan aktivitas fotosintesa untuk mengolah makanannya yang bersumber dari tumbuhan alga, sidomba daun ini tetap menggunakan insang untuk bernafas.

Pertama kali ditemukan di Negara Jepang

Tidak heran jika hewan imut nan lucu ini memiliki nama asli Costasiella kuroshimae. Karena memang ditemukan di sekitar Pulau Kuroshima. Costasiella sendiri merupakan pengklasifikasian nama genus untuk semua jenis siput laut.

Masih banyak misteri yang belum terkuak dari binatang lucu ini, namun para pakar berpendapat kalau keberadaannya sangat banyak terutama di lautan Benua Asia, termasuk lautan di Indonesia. Selain itu, kemampuan untuk bertahan hidup yang dimiliki diperkirakan antara 2 hingga 3 tahun.
Jika keberadaannya masih mudah ditemukan, bukan mustahil jika hewan imut ini memiliki potensi ekonomi. Semisal, dijadikan hewan hias untuk aquarium air asin. Asalkan tetap menerapkan sustainable fisheries ketika ingin serius mengelolanya di sektor fisheries industry. Startup perikanan, termasuk startup Aruna pun bisa saja nantinya turut andil mengembangkan potensi ini bersama Aruna Hub.

Info Fisheries: Paus Pilot Sebenarnya bukan Paus Loh!

Tak kenal maka tak sayang, ini adalah kalimat yang relate untuk banyak hal termasuk untuk dunia fisheries khususnya di Indonesia. Karena kalau kita mengulik dunia perikanan, ada banyak sekali hal yang ternyata selama ini kita salah kaprah.

Salah satunya adalah mamalia Paus Pilot yang selama ini kita tahunya memang merupakan anggota dari spesies paus. Padahal, sebenarnya selama ini nama spesies yang kita lekatkan ini tidak tepat. Mengapa?

Fakta fisheries: paus pilot bukan anggota dalam keluarga paus

Yang kamu baca tidak salah, spesies favorit yang memiliki banyak idola ini sebenarnya tidak tergabung dalam keluarga hewan mamalia paus. Yang benar, memang masih masuk jenis mamalia air tetapi berasal dari golongan lumba-lumba.

Spesies paus pilot sendiri terdiri dari 2 jenis, yaitu yang memiliki sirip panjang dengan nama latin Globicephala melas dan paus pilot sirip pendek dengan nama Globicephala macrorhynchus.

Ciri-ciri paus pilot

Seperti yang sudah diberikan sebelumnya, untuk membedakan kedua jenis paus pilot hanya perlu diamati dari panjang siripnya saja. Ciri fisiknya juga disertai tanda khas berwarna putih pucat di sekitar belakang mata. Sedangkan untuk panjang tubuh keseluruhan dan berat badannya, tidak memiliki banyak perbedaan. Untuk panjang tubuh, biasanya memiliki ukuran 5,5-7,5 meter. Bila berkelamin jantan, biasanya memiliki berat badan 2,3 ton sedangkan betinanya hanya memiliki bobot 1,3 ton. Tetapi bisa saja suatu saat kita menemui paus pilot yang memiliki berat hingga 3 ton.

Selain ciri fisik, paus pilot dapat dilihat dari kebiasaan hidupnya yang berpindah-pindah atau nomaden. Perbedaannya, yang sirip panjang lebih suka tinggal di perairan dingin. Sedangkan yang bersirip pendek justru banyak ditemui di area perairan tropis dan subtropis.

Langganan kasus terdampar

Mungkin sudah banyak beberapa yang tahu, bahwa mamalia air termasuk lumba-lumba mengandalkan kemampuannya menangkap gelombang sonar karena memiliki jarak pandang yang pendek. Jadi melalui tangkapan gelombang sonar-lah, para lumba-lumba nomaden ini memperkirakan jarak tempuh dan keberadaan benda laut lainnya.

Jika para mamalia ini mengalami gangguan dalam penangkapan gelombang sonar, maka mereka bisa tidak sadar sedang menuju ke perairan yang terlalu dangkal. Inilah salah satu penyebab kenapa semakin sering terjadi kasus makhluk laut terdampar di tempat yang bukan merupakan habitat aslinya.

Menjaga kelestarian paus pilot

Keberadaan hewan mamalia laut memang semakin terancam. Selain karena bencana alam yang semakin terjadi, nilai ekonomi tinggi yang terkandung dalam hewan lumba-lumba dan paus membuat banyak orang yang memburunya. Padahal, tanpa diburu saja sudah banyak ancaman yang menggerus habitat hewan ini.

Ancaman hidup paus pilot sama halnya seperti manusia, yang dapat terjangkit berbagai penyakit bersumber dari bakteri dan virus. Belum lagi karena tertangkap dalam jaring pencari ikan skala besar di lautan lepas. Oleh karena itu startup perikanan harus turut serta mengambil peran dalam keberlangsungan ekosistem laut, termasuk didalamnya paus pilot dan biota laut lainnya.

Startup Aruna Indonesia melalui Aruna Hub akan terus mengedukasi seluruh lapisan masyarakat akan pentingnya sustainable fisheries demi kemajuan dan keberlangsungan di bidang fisheries industry. Masih ada banyak cara yang menghasilkan nilai ekonomi dari sumber daya kelautan. Termasuk jika tidak bermukim di tepi laut, masih bisa menjadi supplier seafood segar yang disalurkan langsung dari tangan para nelayan.

Temuan Tulang Ikan Raksasa, Bukti Overfishing di Indonesia?

Belakangan ini masyarakat semakin sadar akan pentingnya menjaga ekosistem alam demi keberlanjutan sumber daya alam. Jadi tidak heran jika ada temuan yang tidak biasa, maka mereka akan membagikannya di media sosial agar cepat mendapat perhatian pemerintah. Termasuk mengenai isu overfishing di Indonesia yang bisa mengancam ekosistem alam dan sustainable fisheries yang juga menjadi fokus startup Aruna melalui Aruna Hub.

Memang harus diakui bahwa kemajuan teknologi turut mengambil andil dalam mengedukasi masyarakat. Terbukti dari semakin banyak masyarakat yang sadar akan berbagai macam isu yang terjadi. Seluruh lapisan masyarakat pun bisa dengan mudah mencari kebenaran ketika mendapatkan sebuah informasi yang belum jelas sumbernya. Salah satu isu yang menarik adalah ketika ada temuan tulang ikan raksasa di daerah Selayar, Sulawesi Selatan.

2. Misteri tulang ikan raksasa, apakah bukti adanya overfishing di Indonesia

Ditengah semakin galaknya usaha pemerintah, perusahaan swasta dan startup perikanan untuk mengedukasi para pelaku industri laut termasuk didalamnya para nelayan dan supplier seafood, memang masih saja ada oknum tertentu yang tidak mengacuhkan peraturan penangkapan dan pengolahan ikan yang telah ditentukan. Hal ini membuat temuan tulang ikan raksasa ini sempat diduga akibat dari oknum-oknum nakal dalam industri perikanan. Berikut fakta yang ditemukan:

  • Usia tulang yang diperkirakan masih muda

Para peneliti dari lembaga peneliti dan universitas sudah turun tangan untuk mengobservasi bahan temuan ini. Dapat disimpulkan bahwa kemungkinan ikan tersebut belum mati terlalu lama, baru hanya dalam hitungan minggu hingga bulan.

  • Tulang setinggi orang dewasa

Memiliki ukuran setinggi orang dewasa, peneliti ikan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr Haryono mengungkapkan bahwa tulang ikan dengan ukuran raksasa yang ditemukan di pesisir Pantai Kawau ini, bisa saja merupakan rahang milik ikan paus atau hiu. Apalagi kalau dilihat dari tinggi dan panjangnya, kemungkinan usia dari ikan ini sudah cukup tua.

  • Masih ada daging yang melekat


Meskipun mayoritas kondisi tulang sudah mulai kering, namun ditemukan masih ada sedikit daging yang melekat. Kalau diperhatikan lebih lanjut, tulang ini juga belum terlalu mengeras layaknya tulang yang sudah lama terlepas dari dagingnya. Sehingga kemungkinan tidak ada daging dari ikan ini yang diolah atau diperjualbelikan secara ilegal di tingkat terdekat.

  • Mirip sebuah varian hiu

Bukan ikan langka atau varian baru, dikutip dari laman detik.com, Profesor Iqbal Burhanuddin mengungkapkan dugaan bahwa kerangka ikan ini adalah kerangka hiu gergaji. Selanjutnya, Ahli Ikhtiologi dari Universitas Hasanuddin ini mengungkapkan, “Kalau hiu tidak ada yang punya gigi setinggi itu, maka cenderung paus. Ya kemungkinan paus. Mungkin bukan gigi, tapi tulang rahang.”.

2. Bukan Karena Overfishing di Indonesia

Melihat dari fakta dan situasi yang sedang diobservasi oleh masyarakat dan para peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), belum ada kemungkinan kalau tulang ikan ini merupakan hasil tindakan kesengajaan manusia yang hasilnya diam-diam dijajakan sampai di fisheries industry.

3. Diperkirakan Akibat Gempa Bumi

Patta Bau selaku Camat dari Kecamatan Pasilambena, lokasi ditemukannya tulang ikan itu mengungkapkan bahwa ini merupakan ikan yang mati karena terkena gempa bumi. Memang terjadi gempa sebesar 7,4 Skala Richter di Larantuka, NTB pada bulan Desember, 2 bulan sebelum ditemukannya tulang ikan ini. Getaran dari gempa tersebut pun juga dirasakan oleh warga Selayar.

Kesimpulan yang bisa diambil untuk sementara ini, belum ada bukti bahwa temuan tulang ikan raksasa ini merupakan efek tindakan ilegal. Tetapi untuk pastinya, kita harus menunggu pernyataan para peneliti yang sedang mengobservasi temuan ini. Apalagi, kondisi Laut Selayar memang memiliki magnet tersendiri yang sering menarik varian hewan besar untuk datang.

Ingus Laut dan Dampaknya bagi Fisheries Indonesia

Jika hampir kebanyakan dari kita pasti sudah paham dengan ingus, lantas apakah sudah banyak yang mengenal ingus laut? Istilah ini merupakan fenomena yang terjadi di dunia fisheries Indonesia, dimana sebelumnya hal serupa juga pernah terjadi di negara Turki. Yang jadi pertanyaan selanjutnya, apakah fenomena ini merupakan hal baik ataukah hal buruk?

1.Pertanda buruk dunia fisheries Indonesia

Seperti yang sudah kita ketahui bersama, lendir atau ingus pada manusia muncul pada saat kondisi tubuh sedang tidak baik-baik saja. Demikian juga jika ingus ini muncul di permukaan laut. Hal ini merupakan pertanda buruk dan harus segera ditangani sebelum dampaknya semakin meluas dan mengganggu ekosistem laut di negara kita.

Fenomena ini pertama kali terdeteksi di bagian timur Indonesia, tepatnya di perairan Pulau Bima, Nusa Tenggara Barat. Lendir laut atau sea-snoth ini sudah mengejutkan dan menyita perhatian sejak dilaporkan pada akhir bulan April 2022. Berikut ciri-ciri yang dilaporkan:

  • Merupakan pencemaran air di ekosistem fisheries Indonesia
    Cairan ini sekilas seperti tumpahan kopi susu yang menutupi pinggir laut. Karena menutupi permukaan laut, maka aliran oksigen yang terhambat akan mengganggu keberlangsungan hidup makhluk hidup yang ada di laut.
  • Berwujud lumpur yang berlendir dan menyerupai gel
    Dengan warna keruh kecoklatan, hamparan lendir ini menutup permukaan laut dan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem biota laut di sekitar Teluk Bima. Tim peneliti kelautan dari Kabupaten Bima sudah turun ke lapangan untuk mengambil sampel dan menelitinya di laboratorium.
  • Disebut juga jelly foam atau busa jeli
    Tim Bidang Perhutanan Rakyat, Pencemaran dan Pengendalian Lingkungan Hidup DLH Kabupaten Bima menyatakan karena memang gumpalan ini memiliki tekstur yang berbusa, maka para pengamat memberikan julukan demikian. Bahkan sifatnya pun mirip gelatin.

2. Sudah lama muncul di Turki

Ternyata fenomena pencemaran laut yang bentuknya menyerupai gel ini pertama kali dilaporkan muncul di perairan negara Turki sejak tahun 2007. Dan medio tahun 2021 semakin buruk, bahkan mencetak rekor sebagai yang terparah sepanjang sejarah.
Menurut tim peneliti setempat, kemunculannya dikarenakan pembusukan dari jutaan rumput laut yang dipicu oleh suhu bumi yang meningkat. Selain itu, pembuangan limbah masyarakat pun turut serta memperburuk fenomena ini. Bukan hanya fisheries industry negara mereka saja yang terganggu, tetapi dunia pariwisata pun mengalami hantaman buruk karena fenomena ini. Karena kemunculannya memang pertama kali berada di sekitar Laut Hitam.

3. Dapat berdampak buruk bagi dunia perikanan

Dilaporkan oleh masyarakat dan dibenarkan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bima bahwa banyak ikan yang mati mengambang di sekitar tempat kejadian. Ikan yang telah mati karena munculnya fenomena jelly foam ini disarankan untuk tidak dikonsumsi lagi oleh masyarakat, sementara menunggu hasil penelitian yang dilakukan oleh tim laboratorium DLH Kabupaten Bima.

Semoga setelah hasil penelitian laboratorium nanti telah dikeluarkan secara resmi, ada tindakan nyata yang dapat dilakukan untuk mencegah berlangsungnya dampak buruk yang terjadi. Disinilah pentingnya peran masyarakat bersama Aruna, untuk menggalakan sustainable fisheries diterapkan di seluruh aspek yang berkaitan dengan perikanan Indonesia.

Karena dengan terus mengedukasi masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan, maka kita ikut memajukan perindustrian maritim. Sehingga jika seluruh lapisan masyarakat bukan hanya mulai sadar pentingnya mengkonsumsi produk laut, tetapi juga ikut menjaga kelestarian industri perikanan (sustainable fisheries).