Kepiting Bakau, Crustacea Unggulan Penghuni Mangrove

aruna_admin

February 26, 2021

Kepiting Bakau atau Scylla serrata merupakan salah satu sumber keragaman hayati, yang habitatnya ada di dalam hutan mangrove yang umumnya tumbuh serta berkembang pada kawasan pesisir. Kepiting ini termasuk dalam golongan krustasea. Ia memiliki nilai protein tinggi, vitamin B, vitamin E, mangan, fosfor, yodium, zinc serta memiliki tingkat kolesterol yang cukup tinggi.

Dalam bahasa Inggris kepiting ini juga dikenal sebagai mangrove crab atau mud crab. Secara morfologi, ia dapat dikenali lewat seluruh tubuhnya yang tertutup oleh cangkang yang bulat dan tebal. Capit kepiting berukuran cukup besar. Selain itu, Kepiting memiliki warna relatif yang hampir sama dengan warna lumpur, yaitu coklat kehitam-hitaman pada karapasnya dan putih kekuning-kuningan pada abdomen (bagian perut).

Ciri yang membedakan antara kepiting jantan dan betina adalah bentuk abdomennya. Pada jantan, ia memiliki abdomen yang berbentuk agak lancip menyerupai segitiga sama kaki, sedangkan pada kepiting betina dewasa agak membundar dan melebar. 

Keunikan dari kepiting bakau adalah mereka selalu menggali sebuah lubang sebagai tempat berlindung dan jarang terlihat jauh dari lubangnya. Pada kondisi lingkungan yang ideal, kepiting ini bisa bertahan hidup hingga mencapai umur tiga sampai empat tahun dan mencapai ukuran lebar karapas maksimum lebih dari 200 mm. 

Permintaan kepiting di perdagangan dunia dan domestik terus mengalami kenaikan berdasarkan Food and Agriculture Organization (FAO, 2018). Tahun 2017, nilai ekspor kepiting menempati urutan ketiga terbesar setelah udang dan tuna tongkol cakalang (TTC) dengan nilai mencapai US$152.739.729 (BPS 2018, diolah 2019). 

Baca juga: Rajungan, Komoditi Menjanjikan yang Dibawa Aruna ke Amerika Utara

China merupakan salah satu pasar potensial kepiting Indonesia. Tahun 2017 kebutuhan kepiting mencapai 28.376 ton (Trademap, 2019). Total volume ekspor kepiting Indonesia ke China dalam kurun waktu lima tahun (2013-2017) adalah sebesar 28.762.150 kg atau 20,20% dari total volume ekspor kepiting,  dengan nilai mencapai US$ 192.899.947 atau 10,62% dari total nilai ekspor kepiting Indonesia dalam kurun waktu tersebut. Negara lain yang menjadi tujuan ekspor kepiting meliputi Amerika,  Jepang, Hongkong, Korea Selatan, Taiwan, Malaysia, dan beberapa negara di kawasan Eropa.

Walaupun kepiting sangat melimpah, namun sustainable fishing harus tetap dilakukan untuk memberikan waktu yang cukup bagi mereka untuk berkembangbiak dengan optimal. Nelayan Aruna melakukan penangkapan kepiting dengan memasang perangkap yang biasa di sebut bubu. Bubu merupakan alat tangkap tradisional yang ramah lingkungan. Bubu dipasang pada pagi hari saat air sedang pasang, selanjutnya pada siang hari bubu diangkat saat air sedang surut.

Kriteria kepiting yang ditangkap mengikuti pengaturan berdasarkan No 1/PERMEN-KP/2015. Setelah memenuhi kriteria itu, kepiting di sortir untuk memisahkan tangkapan yang layak sesuai kebutuhan pasar. Kepiting yang layak memiliki spesifikasi seperti segar, tidak berbau busuk, memiliki panjang cangkang atas lebih dari 15 cm, padat, tidak lembek dan tidak dalam kondisi bertelur.

Leave a reply

No comments found.