Rupanya Top Global Produk Fishery adalah Ikan Cakalang
Kira-kira kalau ada pertanyaan, “Ikan apa yang paling banyak dikonsumsi sedunia?”, apa jawaban yang terlintas? Kebanyakan orang mungkin akan menjawab ikan salmon, karena memang popularitas dari ikan ini sudah sangat mendunia. Padahal komoditas yang paling banyak dikonsumsi dari sektor fishery adalah ikan cakalang.
Banyak yang tidak menyangka bukan?
Kalau menilik data statistik dari situs resmi asosiasi pangan dunia FAO (Food and Agriculture Organization), sebenarnya ada 3 jenis ikan tangkapan laut yang menduduki posisi teratas. Yang menduduki urutan teratas top adalah ikan teri Peru, diikuti oleh Alaska Pollock yang masuk dalam keluarga ikan cod.
Nah yang menduduki posisi ke-3 adalah ikan cakalang. Dalam Bahasa Inggris, ikan ini disebut juga skipjack tuna. Ya benar, ikan cakalang memang masih merupakan salah satu varian atau anggota dari keluarga ikan tuna.
Alasan Cakalang Menduduki Top Global Produk Fishery adalah:
Ikan Cakalang
Pasti akhirnya menjadi banyak yang penasaran, mengapa ikan cakalang bisa menduduki posisi deretan teratas dari produk perikanan. Sekarang, mari mengupas beberapa fakta dari jenis ikan yang rupanya menjadi paling favorit dan mudah ditemui hampir di seluruh belahan dunia ini.
Hasil tangkapan paling banyak dari dunia fishery adalah cakalang
Berdasarkan angka statistik yang dilansir dari laman FAO.org, jumlah ikan cakalang yang ditangkap oleh seluruh nelayan di dunia menginjak rekor pada tahun 2018 dengan angka total 7,9 juta ton.
Mengalami peningkatan permintaan sejak 2021
Entah dipengaruhi oleh masa pandemi atau bukan, yang pasti pada medio 2021 terjadi peningkatan permintaan bahan baku ikan tuna atau cakalang dari area produksi yang berlokasi di Benua Asia dan Eropa.
Harga komoditinya fluktuatif
Banyak dikonsumsi dan untungnya mudah didapatkan di penjuru perairan seluruh dunia, harga komoditi laut ini rupanya tetap fluktuatif atau kerap mengalami kenaikan dan penurunan harga. Tentu saja hal ini lumrah terjadi karena adanya mekanisme pasar yang bergantung pada banyaknya suplai dan permintaan.
Kondisi permintaan yang paradoks
Memang ada peningkatan permintaan ikan cakalang di seluruh dunia, tetapi dalam bentuk beku (frozen). Sebaliknya, permintaan pasar akan produk ikan segar justru banyak mengalami penurunan.
Sumber nutrisi yang “murah”
Apa yang paling identik dari produk ikan laut? Salah satunya adalah harganya yang mahal. Tetapi hal ini kurang berlaku di ikan cakalang, karena untuk produk yang kualitas sedang harganya masih ramah di kantong. Jadi masyarakat bisa tetap memenuhi kebutuhan nutrisi tanpa harus menguras isi kantong.
Kemasan kaleng menjadi primadona
Jika sempat terbesit pertanyaan, apa yang menyebabkan permintaan suplai ikan beku ini begitu banyak, jawabannya karena akan diolah menjadi makanan olahan siap saji dalam kemasan kaleng. Karena kepraktisannya yang tetap memberikan kandungan nutrisi yang tinggi, produk olahan ikan dalam kemasan kaleng memang banyak digandrungi di negara-negara maju.
Potensi Ekonomi Bagi Indonesia di Fisheries Market Industry
Startup perikanan harus bersatu bersama pemerintah dan masyarakat untuk menangkap peluang ekonomi yang besar dari sektor fisheries industry. Tentunya harus ada sinergi yang dilakukan secara keseluruhan dari hulu hingga hilir. Mulai dari level para penangkap ikan hingga ke rantai supplier seafood.
Penerapan sustainable fisheries yang selama ini digalakkan oleh startup Aruna, salah satunya melalui berbagai kegiatan yang dilakukan dalam Aruna Hub. Dimana dalam hub ini, bukan hanya sekumpulan para pelaku penggerak ekonomi perikanan, tetapi juga ada sinergisitas yang dilakukan untuk mengembangkan potensi perikanan lokal dengan tetap menjaga mutu dan kualitas.
Warisan Sustainable Fisheries Partnership Indonesia dari Leluhur
Selama kita cenderung menjadikan budaya luar sebagai role model dan sumber pengetahuan di berbagai lingkup kehidupan. Padahal sebenarnya ada banyak kebudayaan yang dilestarikan oleh para leluhur kita dan patut untuk diterapkan. Salah satu bekal dari nenek moyang yang dapat diterapkan ini, ternyata ada juga yang berkaitan dengan lingkup sustainable fisheries partnership Indonesia.
Nenek moyang bangsa kita ternyata sudah memiliki ilmu manajemen pengolahan laut yang berkelanjutan. Hal ini terbukti dari budaya tradisional yang masih dijalankan di daerah Papua, tepatnya oleh suku Tepra di Teluk Tanah Merah, Distrik Depapre. Suku ini memiliki tradisi Tiyaitiki, kearifan lokal yang mengatur pengelolaan sumber daya laut berkelanjutan demi tetap memperhatikan aspek konservasi. Sehingga meskipun masyarakat adat setempat mengeksplorasi laut sebagai mata pencaharian, ada peraturan yang wajib dipatuhi.
Tiyaitiki, Role Model Peraturan Sustainable Fisheries Partnership Indonesia
Kawasan Papua memang dikenal sebagai kawasan yang tetap menjaga tradisi dan budaya yang sudah diwariskan turun-temurun oleh nenek moyang dari masa lampau. Kebudayaan ini memang kebanyakan kaku dan sangat mengikat bagi masyarakat adat, sehingga tidak mudah luntur termakan zaman dan kemajuan teknologi. Sisi positifnya, tradisi Tiyaitiki yang tetap dijalankan oleh masyarakat adat suku Tepra membuat kelestarian alam tetap terjaga.
Inti dari kearifan lokal yang satu ini adalah larangan untuk menangkap hasil laut selama beberapa waktu, untuk membiarkan laut melakukan konservasi secara alami. Padahal, tradisi ini merupakan peraturan tidak tertulis yang penerapannya dipimpin langsung oleh pemimpin adat atau panitua. Tetapi masyarakat tetap patuh dan mengikuti peraturan tiyaitiki, karena perspektif yang dibuat adalah memandang alam sebagai “ibu” yang memberikan ASI bagi mereka. Untuk penerapannya sendiri, ternyata dilakukan secara menyeluruh yang mengatur hubungan masyarakat dan alam.
Tiyaitiki sebagai ilmu manajemen sustainable fisheries partnership indonesia
Setiap tradisi pasti biasanya diikuti pula dengan pelaksanaan upacara, begitu juga dengan penerapan tiyaitiki. Menjelang masa pelarangan penangkapan ikan, panitua akan melakukan upacara penancapan kayu yang menunjukkan area mana saja yang tidak boleh dimasuki oleh manusia.
Tetap terbuka dan menerapkan teknologi
Meskipun ini tradisi lampau yang diwariskan oleh nenek moyang, keberadaan teknologi tetap digunakan oleh masyarakat. Karena teknologi yang membantu menangkap hasil laut tanpa merusak alam bisa digunakan oleh masyarakat.
Membantu masyarakat membagi area kelola
Tradisi masyarakat suku Tepra ini bukan hanya menentukan larangan, tetapi juga mengatur pembagian area yang dapat dikelola oleh masing-masing kelompok. Sebuah kelompok akan mengelola hasil laut di area yang sudah ditandai sebelumnya, sehingga kelompok lain dilarang keras untuk mengambil hasil alam dari area mereka.
Ada sanksi bagi yang melanggar
Agar masyarakat tetap patuh, tentu saja ada sanksi yang akan diberikan jika ada yang melanggar peraturan larangan kelola laut ini. Sanksi akan langsung diberikan oleh panitua bagi siapa saja yang berani melanggar
Juga diterapkan di suku lain dengan nama Sasi Nggama
Ternyata ada suku lain dari Papua yang memiliki tradisi yang sama, yakni suku yang berada di daerah Kaimana. Tidak memiliki banyak perbedaan, tradisi di daerah Kaimana ini juga mengatur agar tata pengelolaan hasil laut dapat tetap memperhatikan aspek kelestarian alam.
Terbukti bahwa kearifan budaya lokal juga memiliki peran positif dalam menerapkan sustainable fisheries, dan memang tidak kalah dibandingkan dengan budaya asing. Hal ini dapat menjadi inspirasi agar kita bisa lebih mengenal budaya dari dalam negeri sendiri.
Semoga setelah ini bukan hanya startup Aruna dan pelaku ekonomi yang tergabung dalam Aruna Hub, tetapi seluruh lapisan masyarakat dan startup perikanan lainnya juga ikut tergugah untuk menggali tradisi budaya yang mengedepankan sustainability. Terutama yang bermanfaat bagi kemajuan fisheries industry.
Plankton, Tokoh Kunci Keberlangsungan Sea Fisheries Industry
Beberapa tahun belakangan ini, semakin banyak masyarakat yang mulai sadar akan besarnya peran dan potensi yang dimiliki oleh luasnya perairan di negara kita. Sedikit banyak, hal ini juga berkat mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Ibu Susi Pudjiastuti. Karena beliau begitu memahami secara mendalam mengenai sea fisheries industry, bidang yang sudah digelutinya sejak lama. Salah satu jargonnya yang masih terngiang hingga sekarang adalah, “Tenggelamkan (orang) yang tidak makan ikan!”.
Dibalik popularitas konsumsi ikan yang terus menanjak, sebenarnya masih banyak materi yang perlu lebih di edukasikan lagi ke masyarakat, salah satunya tentang keberadaan plankton sebagai kunci utama indikator seimbangnya ekosistem perairan.
Plankton Pemasok Utama Oksigen yang Penting bagi Sea Fisheries Industry
Belum banyak yang tahu kalau sebenarnya selama ini yang menjadi pemasok utama oksigen di planet bumi adalah plankton, tepatnya fitoplankton. Bahkan hasil penelitian mengungkap bahwa fitoplankton memproduksi sekitar 50% hingga 85% dari total oksigen per tahunnya. Padahal selama ini banyak dari kita yang mengira bahwa sumber oksigen terbanyak adalah tumbuhan.
Indikator Keseimbangan Ekosistem Laut
Banyaknya jumlah plankton yang terdapat dalam sebuah kawasan perairan, akan menentukan warna dari laut tersebut. Jika warnanya hijau atau biru, maka hal tersebut menandakan bahwa ekosistem laut sedang dalam kondisi seimbang. Akan berbeda kondisinya jika warna air laut terlihat kemerahan karena memiliki kandungan fitoplankton yang terlalu banyak.
Keberadaan fitoplankton yang terlalu banyak dalam perairan, menandakan bahwa ekosistem pada laut tersebut sedang tibak imbang dan dapat menimbulkan banyak masalah. Mulai dari ikan-ikan yang akan mati karena fitoplankton menyerap terlalu banyak unsur hara dan fitoplankton yang kurang sehat ini dimakan oleh ikan di sekitarnya.
Kejadian ini disebut blooming fitoplankton, dimana kandungan fitoplankton terlalu banyak karena menyerap terlalu banyak unsur hara dan tidak diimbangi oleh banyaknya jumlah ikan yang mengkonsumsinya.
Kejadian blooming fitoplankton di Indonesia
Di perairan nusantara sendiri, sudah beberapa kali terjadi tragedi blooming fitoplankton. Hal ini menyebabkan banyaknya ikan yang mati dan mengambang di permukaan laut. Sementara ikan yang mati dalam kondisi seperti ini, sudah tidak layak dikonsumsi. Sehingga menimbulkan kerugian bagi para nelayan.
Penyebab Banyaknya Ikan yang Mati Karena Fitoplankton
Sebelumnya kita sudah membahas bahwa kandungan zat hara yang terlalu banyak di lautan akan diserap semua oleh fitoplankton. Setelah mengkonsumsi banyak zat hara yang mengandung racun, fitoplankton pun akan lebih banyak bereproduksi. Kondisi terlalu banyaknya fitoplankton yang tidak sehat ini membuat kadar oksigen di perairan juga semakin menipis. Ketersediaan oksigen yang terlalu tipis di perairan akan membuat para ikan mengalami kerusakan insang.
Ketidakseimbangan fitoplankton akan mengganggu sektor sea fisheries industry
Zat hara yang bisa terkandung bahan kimia berbahaya akan diserap oleh fitoplankton. Karena ikan mengkonsumsi fitoplankton yang tidak sehat ini, maka jika ikan tersebut sampai ke supplier seafood kemudian dikonsumsi oleh manusia, makan akan berakibat buruk. Salah satu efeknya adalah manusia akan mengalami gangguan pernafasan karena mengkonsumsi ikan yang sudah tercemar tersebut.
Masyarakat Harus Mengambil Peran Mencegah Terjadinya Blooming Fitoplankton
Akan ada banyak dampak buruk yang akan dirasakan, bukan hanya bagi ekosistem laut, tetapi juga oleh manusia, jika keseimbangan alam tidak terjaga. Oleh karena itu, seluruh kalangan mulai dari pemerintah, pelaku bisnis, startup perikanan, para nelayan hingga masyarakat umum harus ikut berperan aktif dalam menjaga kelestarian alam.
Kenapa masyarakat umum harus ikut terlibat mencegah terjadinya blooming fitoplankton? Karena masih banyak masyarakat yang langsung membuang limbah domestik mereka ke perairan. Limbah ini akan mengalir hingga ke lautan dan diserap oleh plankton. Oleh karena itu, startup Aruna melalui Aruna hub berusaha menggandeng seluruh lapisan agar turut serta menjaga kelestarian lingkungan. Salah satunya adalah dengan mengedepankan metode sustainable fisheries. Yaitu dengan mengolah hasil perikanan secara tepat dan mengurai limbah agar tidak mencemari lingkungan.
Domba Laut Berpotensi Mengembangkan Fisheries and Aquatic Industry
Pesona alam bawah laut memang menyimpan banyak sekali misteri yang belum bisa dikuak semuanya oleh para peneliti dan para pelaku industri fisheries and aquatic industry. Sering kali ditemukan varian biota baru atau penemuan hewan yang selama ini dinyatakan sudah punah, justru ditemukan kembali masih ada kehidupannya di dalam ekosistem perairan. Salah satu penemuan yang menarik dan memiliki potensi besar adalah keberadaan dari domba laut.
Domba Laut di Kancah Fisheries and Aquatic Industry
Hewan laut yang satu ini sangat unik dan menyimpan banyak misteri. Karakteristiknya yang unik sudah dapat tergambar dari namanya. Padahal termasuk dalam golongan siput laut, namun karena bentuk fisiknya menyerupai domba yang biasa kita temui.
Para peneliti pun menyatakan bahwa mereka belum dapat mengeluarkan kesimpulan yang menyeluruh mengenai spesies domba laut yang memiliki nama lain domba daun, leaf sheep ataupun sea sheep.
Memperkaya keanekaragaman di sektor fisheries and aquatic industry
Karena penampilannya yang sangat cantik, tidak salah jika akhirnya banyak yang jatuh hati dan tertarik mengamati hewan berukuran mini ini. Jika dilakukan penelitian yang komprehensif, kelak hasilnya pasti akan menambah catatan keanekaragaman yang terdapat dalam ekosistem laut.
Ciri dan Karakteristik Domba Laut
Domba Laut
Agar bisa lebih dekat dan memahami berbagai keunikan dari sidomba “mini” laut, mari kita dalami apa saja yang merupakan karakteristik hewan yang ditemukan pada tahun 1993 di lautan lepas sebuah pulau di negara Jepang ini.
Berukuran mini
Walau bentuknya sangat imut, kita akan susah memandangnya dengan mata telanjang. Karena rerata hewan ini hanya berukuran 5 milimeter hingga 1 centimeter saja.
Memiliki banyak kemiripan dengan hewan domba
Selain area tubuhnya yang ditutupi bulu berbentuk daun, binatang ini juga memiliki 2 buah antena layaknya tanduk di bagian kepalanya.
Mempertahankan hidup dengan berfotosintesis
Hanya sedikit hewan yang memiliki kemampuan untuk berfotosintesis, selain domba laut ada juga binatang kutu kacang dan salamander berbintik yang memiliki kemampuan serupa.
Mencuri kemampuan fotosintesa dari tumbuhan
Domba laut akan mendeteksi alga yang berada di dekatnya, untuk kemudian “mencuri” kloroplas yang dimiliki oleh alga. Jadi bukan memakan tumbuhan alga, justru dia hanya akan mengambil bagian tertentu untuk mempertahankan hidupnya selama beberapa bulan kedepan.
Tetap memiliki insang
Meskipun mengandalkan aktivitas fotosintesa untuk mengolah makanannya yang bersumber dari tumbuhan alga, sidomba daun ini tetap menggunakan insang untuk bernafas.
Pertama kali ditemukan di Negara Jepang
Tidak heran jika hewan imut nan lucu ini memiliki nama asli Costasiella kuroshimae. Karena memang ditemukan di sekitar Pulau Kuroshima. Costasiella sendiri merupakan pengklasifikasian nama genus untuk semua jenis siput laut.
Masih banyak misteri yang belum terkuak dari binatang lucu ini, namun para pakar berpendapat kalau keberadaannya sangat banyak terutama di lautan Benua Asia, termasuk lautan di Indonesia. Selain itu, kemampuan untuk bertahan hidup yang dimiliki diperkirakan antara 2 hingga 3 tahun.
Jika keberadaannya masih mudah ditemukan, bukan mustahil jika hewan imut ini memiliki potensi ekonomi. Semisal, dijadikan hewan hias untuk aquarium air asin. Asalkan tetap menerapkan sustainable fisheries ketika ingin serius mengelolanya di sektor fisheries industry. Startup perikanan, termasuk startup Aruna pun bisa saja nantinya turut andil mengembangkan potensi ini bersama Aruna Hub.
Info Fisheries: Paus Pilot Sebenarnya bukan Paus Loh!
Tak kenal maka tak sayang, ini adalah kalimat yang relate untuk banyak hal termasuk untuk dunia fisheries khususnya di Indonesia. Karena kalau kita mengulik dunia perikanan, ada banyak sekali hal yang ternyata selama ini kita salah kaprah.
Salah satunya adalah mamalia Paus Pilot yang selama ini kita tahunya memang merupakan anggota dari spesies paus. Padahal, sebenarnya selama ini nama spesies yang kita lekatkan ini tidak tepat. Mengapa?
Fakta fisheries: paus pilot bukan anggota dalam keluarga paus
paus pilot
Yang kamu baca tidak salah, spesies favorit yang memiliki banyak idola ini sebenarnya tidak tergabung dalam keluarga hewan mamalia paus. Yang benar, memang masih masuk jenis mamalia air tetapi berasal dari golongan lumba-lumba.
Spesies paus pilot sendiri terdiri dari 2 jenis, yaitu yang memiliki sirip panjang dengan nama latin Globicephala melas dan paus pilot sirip pendek dengan nama Globicephala macrorhynchus.
Ciri-ciri paus pilot
Seperti yang sudah diberikan sebelumnya, untuk membedakan kedua jenis paus pilot hanya perlu diamati dari panjang siripnya saja. Ciri fisiknya juga disertai tanda khas berwarna putih pucat di sekitar belakang mata. Sedangkan untuk panjang tubuh keseluruhan dan berat badannya, tidak memiliki banyak perbedaan. Untuk panjang tubuh, biasanya memiliki ukuran 5,5-7,5 meter. Bila berkelamin jantan, biasanya memiliki berat badan 2,3 ton sedangkan betinanya hanya memiliki bobot 1,3 ton. Tetapi bisa saja suatu saat kita menemui paus pilot yang memiliki berat hingga 3 ton.
Selain ciri fisik, paus pilot dapat dilihat dari kebiasaan hidupnya yang berpindah-pindah atau nomaden. Perbedaannya, yang sirip panjang lebih suka tinggal di perairan dingin. Sedangkan yang bersirip pendek justru banyak ditemui di area perairan tropis dan subtropis.
Langganan kasus terdampar
Mungkin sudah banyak beberapa yang tahu, bahwa mamalia air termasuk lumba-lumba mengandalkan kemampuannya menangkap gelombang sonar karena memiliki jarak pandang yang pendek. Jadi melalui tangkapan gelombang sonar-lah, para lumba-lumba nomaden ini memperkirakan jarak tempuh dan keberadaan benda laut lainnya.
Jika para mamalia ini mengalami gangguan dalam penangkapan gelombang sonar, maka mereka bisa tidak sadar sedang menuju ke perairan yang terlalu dangkal. Inilah salah satu penyebab kenapa semakin sering terjadi kasus makhluk laut terdampar di tempat yang bukan merupakan habitat aslinya.
Menjaga kelestarian paus pilot
Keberadaan hewan mamalia laut memang semakin terancam. Selain karena bencana alam yang semakin terjadi, nilai ekonomi tinggi yang terkandung dalam hewan lumba-lumba dan paus membuat banyak orang yang memburunya. Padahal, tanpa diburu saja sudah banyak ancaman yang menggerus habitat hewan ini.
Ancaman hidup paus pilot sama halnya seperti manusia, yang dapat terjangkit berbagai penyakit bersumber dari bakteri dan virus. Belum lagi karena tertangkap dalam jaring pencari ikan skala besar di lautan lepas. Oleh karena itu startup perikanan harus turut serta mengambil peran dalam keberlangsungan ekosistem laut, termasuk didalamnya paus pilot dan biota laut lainnya.
Startup Aruna Indonesia melalui Aruna Hub akan terus mengedukasi seluruh lapisan masyarakat akan pentingnya sustainable fisheries demi kemajuan dan keberlangsungan di bidang fisheries industry. Masih ada banyak cara yang menghasilkan nilai ekonomi dari sumber daya kelautan. Termasuk jika tidak bermukim di tepi laut, masih bisa menjadi supplier seafood segar yang disalurkan langsung dari tangan para nelayan.
Temuan Tulang Ikan Raksasa, Bukti Overfishing di Indonesia?
Belakangan ini masyarakat semakin sadar akan pentingnya menjaga ekosistem alam demi keberlanjutan sumber daya alam. Jadi tidak heran jika ada temuan yang tidak biasa, maka mereka akan membagikannya di media sosial agar cepat mendapat perhatian pemerintah. Termasuk mengenai isu overfishing di Indonesia yang bisa mengancam ekosistem alam dan sustainable fisheries yang juga menjadi fokus startup Aruna melalui Aruna Hub.
Memang harus diakui bahwa kemajuan teknologi turut mengambil andil dalam mengedukasi masyarakat. Terbukti dari semakin banyak masyarakat yang sadar akan berbagai macam isu yang terjadi. Seluruh lapisan masyarakat pun bisa dengan mudah mencari kebenaran ketika mendapatkan sebuah informasi yang belum jelas sumbernya. Salah satu isu yang menarik adalah ketika ada temuan tulang ikan raksasa di daerah Selayar, Sulawesi Selatan.
2. Misteri tulang ikan raksasa, apakah bukti adanya overfishing di Indonesia
Ditengah semakin galaknya usaha pemerintah, perusahaan swasta dan startup perikanan untuk mengedukasi para pelaku industri laut termasuk didalamnya para nelayan dan supplier seafood, memang masih saja ada oknum tertentu yang tidak mengacuhkan peraturan penangkapan dan pengolahan ikan yang telah ditentukan. Hal ini membuat temuan tulang ikan raksasa ini sempat diduga akibat dari oknum-oknum nakal dalam industri perikanan. Berikut fakta yang ditemukan:
- Usia tulang yang diperkirakan masih muda
Para peneliti dari lembaga peneliti dan universitas sudah turun tangan untuk mengobservasi bahan temuan ini. Dapat disimpulkan bahwa kemungkinan ikan tersebut belum mati terlalu lama, baru hanya dalam hitungan minggu hingga bulan.
- Tulang setinggi orang dewasa
Memiliki ukuran setinggi orang dewasa, peneliti ikan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr Haryono mengungkapkan bahwa tulang ikan dengan ukuran raksasa yang ditemukan di pesisir Pantai Kawau ini, bisa saja merupakan rahang milik ikan paus atau hiu. Apalagi kalau dilihat dari tinggi dan panjangnya, kemungkinan usia dari ikan ini sudah cukup tua.
- Masih ada daging yang melekat
Meskipun mayoritas kondisi tulang sudah mulai kering, namun ditemukan masih ada sedikit daging yang melekat. Kalau diperhatikan lebih lanjut, tulang ini juga belum terlalu mengeras layaknya tulang yang sudah lama terlepas dari dagingnya. Sehingga kemungkinan tidak ada daging dari ikan ini yang diolah atau diperjualbelikan secara ilegal di tingkat terdekat.
- Mirip sebuah varian hiu
Bukan ikan langka atau varian baru, dikutip dari laman detik.com, Profesor Iqbal Burhanuddin mengungkapkan dugaan bahwa kerangka ikan ini adalah kerangka hiu gergaji. Selanjutnya, Ahli Ikhtiologi dari Universitas Hasanuddin ini mengungkapkan, “Kalau hiu tidak ada yang punya gigi setinggi itu, maka cenderung paus. Ya kemungkinan paus. Mungkin bukan gigi, tapi tulang rahang.”.
2. Bukan Karena Overfishing di Indonesia
Melihat dari fakta dan situasi yang sedang diobservasi oleh masyarakat dan para peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), belum ada kemungkinan kalau tulang ikan ini merupakan hasil tindakan kesengajaan manusia yang hasilnya diam-diam dijajakan sampai di fisheries industry.
3. Diperkirakan Akibat Gempa Bumi
Patta Bau selaku Camat dari Kecamatan Pasilambena, lokasi ditemukannya tulang ikan itu mengungkapkan bahwa ini merupakan ikan yang mati karena terkena gempa bumi. Memang terjadi gempa sebesar 7,4 Skala Richter di Larantuka, NTB pada bulan Desember, 2 bulan sebelum ditemukannya tulang ikan ini. Getaran dari gempa tersebut pun juga dirasakan oleh warga Selayar.
Kesimpulan yang bisa diambil untuk sementara ini, belum ada bukti bahwa temuan tulang ikan raksasa ini merupakan efek tindakan ilegal. Tetapi untuk pastinya, kita harus menunggu pernyataan para peneliti yang sedang mengobservasi temuan ini. Apalagi, kondisi Laut Selayar memang memiliki magnet tersendiri yang sering menarik varian hewan besar untuk datang.
Ingus Laut dan Dampaknya bagi Fisheries Indonesia
Jika hampir kebanyakan dari kita pasti sudah paham dengan ingus, lantas apakah sudah banyak yang mengenal ingus laut? Istilah ini merupakan fenomena yang terjadi di dunia fisheries Indonesia, dimana sebelumnya hal serupa juga pernah terjadi di negara Turki. Yang jadi pertanyaan selanjutnya, apakah fenomena ini merupakan hal baik ataukah hal buruk?
1.Pertanda buruk dunia fisheries Indonesia
Seperti yang sudah kita ketahui bersama, lendir atau ingus pada manusia muncul pada saat kondisi tubuh sedang tidak baik-baik saja. Demikian juga jika ingus ini muncul di permukaan laut. Hal ini merupakan pertanda buruk dan harus segera ditangani sebelum dampaknya semakin meluas dan mengganggu ekosistem laut di negara kita.
Fenomena ini pertama kali terdeteksi di bagian timur Indonesia, tepatnya di perairan Pulau Bima, Nusa Tenggara Barat. Lendir laut atau sea-snoth ini sudah mengejutkan dan menyita perhatian sejak dilaporkan pada akhir bulan April 2022. Berikut ciri-ciri yang dilaporkan:
- Merupakan pencemaran air di ekosistem fisheries Indonesia
Cairan ini sekilas seperti tumpahan kopi susu yang menutupi pinggir laut. Karena menutupi permukaan laut, maka aliran oksigen yang terhambat akan mengganggu keberlangsungan hidup makhluk hidup yang ada di laut. - Berwujud lumpur yang berlendir dan menyerupai gel
Dengan warna keruh kecoklatan, hamparan lendir ini menutup permukaan laut dan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem biota laut di sekitar Teluk Bima. Tim peneliti kelautan dari Kabupaten Bima sudah turun ke lapangan untuk mengambil sampel dan menelitinya di laboratorium. - Disebut juga jelly foam atau busa jeli
Tim Bidang Perhutanan Rakyat, Pencemaran dan Pengendalian Lingkungan Hidup DLH Kabupaten Bima menyatakan karena memang gumpalan ini memiliki tekstur yang berbusa, maka para pengamat memberikan julukan demikian. Bahkan sifatnya pun mirip gelatin.
2. Sudah lama muncul di Turki
Ternyata fenomena pencemaran laut yang bentuknya menyerupai gel ini pertama kali dilaporkan muncul di perairan negara Turki sejak tahun 2007. Dan medio tahun 2021 semakin buruk, bahkan mencetak rekor sebagai yang terparah sepanjang sejarah.
Menurut tim peneliti setempat, kemunculannya dikarenakan pembusukan dari jutaan rumput laut yang dipicu oleh suhu bumi yang meningkat. Selain itu, pembuangan limbah masyarakat pun turut serta memperburuk fenomena ini. Bukan hanya fisheries industry negara mereka saja yang terganggu, tetapi dunia pariwisata pun mengalami hantaman buruk karena fenomena ini. Karena kemunculannya memang pertama kali berada di sekitar Laut Hitam.
3. Dapat berdampak buruk bagi dunia perikanan
Dilaporkan oleh masyarakat dan dibenarkan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bima bahwa banyak ikan yang mati mengambang di sekitar tempat kejadian. Ikan yang telah mati karena munculnya fenomena jelly foam ini disarankan untuk tidak dikonsumsi lagi oleh masyarakat, sementara menunggu hasil penelitian yang dilakukan oleh tim laboratorium DLH Kabupaten Bima.
Semoga setelah hasil penelitian laboratorium nanti telah dikeluarkan secara resmi, ada tindakan nyata yang dapat dilakukan untuk mencegah berlangsungnya dampak buruk yang terjadi. Disinilah pentingnya peran masyarakat bersama Aruna, untuk menggalakan sustainable fisheries diterapkan di seluruh aspek yang berkaitan dengan perikanan Indonesia.
Karena dengan terus mengedukasi masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan, maka kita ikut memajukan perindustrian maritim. Sehingga jika seluruh lapisan masyarakat bukan hanya mulai sadar pentingnya mengkonsumsi produk laut, tetapi juga ikut menjaga kelestarian industri perikanan (sustainable fisheries).
Marine Talk Bahas Kepiting Bakau, Suarakan Sustainable Fisheries
Pada hari ini, 25 Mei 2022, Aruna sebagai sebuah startup perikanan asal Indonesia kembali mengadakan Marine Talk. Marine Talk adalah talkshow yang mengundang seorang Nakama Aruna untuk mendiskusikan suatu topik, sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing. Syahrizal Siregar selaku Manager Area Aruna di wilayah timur Indonesia menjadi pembicara di acara Marine Talk kali ini dan mengangkat tema “Kepiting Bakau, Crustacea Unggulan Penghuni Mangrove”. Wah, kira-kira, apa yang akan Syahrizal bicarakan, ya? Yuk, simak artikel di bawah ini!
1. Karakter kepiting bakau, ada yang sudah tahu?
Kepiting bakau merupakan hewan yang bersifat omnivora scavenger. Dengan kata lain, ia adalah hewan pemakan segalanya, bahkan termasuk hewan mati! Di sisi lain, kepiting bakau juga bersifat kanibal yang sangat menyukai bau amis seperti ikan segar. Bau amis, ya, bukan bau busuk. Kepiting bakau bisa membedakan di antara keduanya, lho, jadi jangan salah!
“Uniknya, kepiting bakau ini juga merupakan hewan nokturnal. Ia aktif makan di malam hari. Untuk itu, waktu paling bagus untuk memasang perangkap adalah di sore hari, sebelum akhirnya diambil kembali di pagi harinya. Untuk diketahui, waktu terang bulan purnama, kepiting bakau akan molting dan puasa, sehingga kadar daging dalam tubuh kepiting pun menjadi sedikit. Itulah mengapa, di saat-saat tersebut, kondisi kepiting bakau akan kurang bagus apabila ditangkap.” ujar Syahrizal.
2. Jangan pakai alat ini kalau mau memancing kepiting bakau!
Tahukah kamu bahwa kepiting bakau memiliki nilai ekonomis yang tinggi apabila dijual dalam kondisi masih hidup? “Nah, ini catatan pentingnya,” kata Syahrizal. “Sebagai startup perikanan asal Indonesia, kita harus bantu menggaungkan tentang beberapa peraturan yang harus dilakukan untuk menangkap kepiting, seperti dilarangnya penangkapan kepiting menggunakan jaring. Mengapa? Karena kepiting akan stres dan cepat mati karena terjerat jaring kita.”
Selain itu, perlu diketahui bahwa hal tersebut sejatinya sudah diatur dalam PERMEN KP Nomor 12 tahun 2020. PERMEN KP (Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan) tersebut berisikan perencanaan yang bersifat indikatif, memuat visi, misi, tujuan, sasaran strategis, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan).
“Adapun, persyaratannya meliputi dokumen perizinan, jenis komoditas yang akan dikeluarkan, kemudian juga kondisi komoditas yang akan dikeluarkan一bertelur atau tidak, serta kesesuaian ukuran yang ditentukan. Ini harus kita jaga betul-betul karena peraturan ini dibuat juga bukan tanpa tujuan, ya. Tujuan utamanya adalah untuk menjaga keberlanjutan ekosistem laut Indonesia. Peraturan ini berlaku untuk benih bening lobster, lobster muda, lobster, lobster pasir, lobster jenis lainnya, kepiting, dan rajungan,” Syahrizal menambahkan, menjelaskan sekilas tentang sustainable fisheries.
3. Masa hidup hanya berkisar antara 3 hingga 4 tahun
Bicara lagi tentang kepiting bakau, jangan salah persepsi, ya. Kepiting bakau itu tinggal di wilayah hutan bakau yang berlumpur, lho, dan bukan di terumbu karang. Kepiting bakau juga biasanya akan tumbuh cepat dalam satu tahun pertamanya. “Saat masih berbentuk karapas, ukurannya saja sudah mencapai 16 cm. Namun setelah itu, pertumbuhannya akan menjadi sangat lambat, Dengan masa hidup yang hanya berkisar antara 3 hingga 4 tahun, ukuran maksimal karapas itu hanya 28cm,” pungkas Syahrizal. Wah, rupanya, masa hidup kepiting bakau singkat sekali, ya!
Aruna sebagai startup perikanan asal Indonesia tak henti-hentinya mengingatkan Teman Aruna untuk selalu sadar akan makna dan implementasi dari konsep keberlanjutan ekosistem kelautan. Hal ini tentu menjadi hal yang sangat penting, mengingat kita hidup di negara kepulauan dengan luas laut terbesar nomor dua di Indonesia. Keren, ya! Yuk, bersama Aruna suarakan sustainable fisheries.
KJRI di San Fransisco Undang Aruna, Bicarakan Peluang Pasar Hasil Laut
Pada 11 Mei 2022, Aruna, perusahaan perikanan terintegrasi asal Indonesia, diundang oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di San Fransisco untuk mendiskusikan peluang Aruna untuk menjadikan San Fransisco sebagai salah satu negara tujuan ekspor hasil laut Indonesia. Diwakilkan langsung oleh Utari Octavianty, Co-Founder dan Chief Sustainability Officer Aruna, agenda tersebut juga dihadiri oleh Nugroho Y. Aribhimo selaku Konsul Ekonomi I dan Kuntum Khaira Ummah selaku Konsul Ekonomi II. Pada kesempatan yang sama, Utari juga memperkenalkan profil dan visi perusahaan yang telah dibinanya selama enam tahun tersebut secara lebih mendalam.
Mendengar gaung Aruna di Amerika Serikat, KJRI di San Fransisco pun dengan antusias menyimak cerita dari Utari, salah satu Co-Founder Aruna, yang singgah ke kantor KJRI di San Fransisco tentang Aruna. Utari berkata, “Kami menyadari betul bahwa Indonesia memiliki potensi yang luar biasa di industri maritim. Kalau Thailand memiliki Agoda, Tiongkok memiliki Alibaba, mimpi kami adalah menjadikan Aruna sebagai trademark-nya Indonesia. Ketika bicara Aruna, orang ingat Indonesia, dan ketika bicara Indonesia, orang ingat Aruna. Aruna berkomitmen untuk terus mencari peluang guna menjadikan San Fransisco sebagai salah satu negara tujuan ekspor hasil laut Indonesia.”
Bukan sekadar perusahaan startup perikanan terintegrasi, Aruna juga berkomitmen untuk secara konsisten melakukan banyak program edukatif tentang perikanan berkelanjutan. “Nelayan kita ini punya pengalaman yang pragmatis. Mereka mengerti betul apa yang mereka lakukan. Aruna, sebagai startup perikanan, hadir untuk semakin mempertajam kemampuan mereka tentang kelautan dan perikanan, implementasi keberlanjutan secara menyeluruh, mengenalkan mereka pada teknologi dan aplikasi digital milik Aruna, serta memberdayakan para perempuan pesisir,” ucap Utari.
Menanggapi hal tersebut, Nugroho pun mengungkapkan, “Kami percaya bahwa mimpi Aruna adalah mimpi yang mulia. Kami ingin mendukung Aruna untuk dapat menembus pasar yang jauh lebih luas lagi agar semakin banyak pula nelayan Indonesia yang sejahtera.” Kuntum juga menyebutkan bahwa potensi Aruna untuk menjadikan San Fransisco sebagai salah satu negara tujuan ekspor hasil laut Indonesia sangatlah menjanjikan. Ia menambahkan. “Satu hal yang paling penting: traceability. Konsumen di sini mau memastikan bahwa produk yang mereka konsumsi itu terjamin dari segi kualitas dan keberlanjutan bisnis. Sebagai startup perikanan, Aruna sudah mau menekuni itu.”
Aruna merupakan sebuah startup perikanan terintegrasi asal Indonesia yang berkomitmen untuk meringkas rantai pasok produk perikanan dengan menghubungkan nelayan skala kecil ke pasar global melalui teknologi. Tak hanya secara reguler melaksanakan program edukatif tentang perikanan berkelanjutan dan memberdayakan para perempuan pesisir, Aruna kini juga tengah fokus untuk mengembangkan sebuah aplikasi yang biasa disebut Aruna Heroes. Aplikasi ini digadang untuk menjamin traceability produk tangkapan Nelayan Aruna di pasar lokal, terutama global. Hal ini menjadi salah satu faktor yang mendorong Aruna untuk terus memperluas negara tujuan ekspor hasil laut Indonesia.
Arunaverse Digadang Familiarkan Sustainable Fishery di Era Digital
Di tengah era digital dan literasi teknologi yang berkembang pesat seperti sekarang ini, berbagai upaya untuk melestarikan perikanan dan kelautan Indonesia pun semakin mudah diserukan. Di tengah antusiasme masyarakat terhadap platform digital, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM) mengadakan “Pameran dan Temu Bisnis (Business Matching) Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah”. Melalui acara ini, Aruna, sebagai startup perikanan dan kelautan di Indonesia, mengambil kesempatan untuk berpartisipasi dan lebih demi terciptanya sustainable fisheries di laut Indonesia.
Memangnya, apa saja, sih, detail acara “Pameran dan Temu Bisnis (Business Matching) Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah”? Selain dapat menyaksikan berbagai upaya pemerintah dalam menstimulasi jumlah pelaku koperasi dan usaha lokal, kita juga bisa berkenalan dengan ArunaVerse (Aruna Metaverse), salah satu upaya yang Aruna lakukan untuk mewujudkan masa depan laut Indonesia yang lebih cerah.
1. Sinergi Aruna dengan pemerintah
Menyasar pelaku koperasi, serta UMKM dan industri terkait, acara “Pameran dan Temu Bisnis (Business Matching) Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah” merupakan inisiasi pemerintah dalam mendorong produksi inovatif dan menggalakan belanja produk lokal. Digawangi oleh Kementerian Koperasi dan UKM, acara ini menjadi momen yang tepat untuk saling bersinergi dalam mencapai manfaat komunal demi kemajuan produk lokal Indonesia. Acara yang juga berfokus pada perluasan akses pasar koperasi dan UMKM ini diselenggarakan dari tanggal 11 hingga 21 April 2022 di Smesco Exhibition Hall, Jakarta.
Di acara “Pameran dan Temu Bisnis (Business Matching) Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah”, Aruna mengambil peran aktif untuk berpartisipasi dalam pagelaran ekonomi kreatif ini sebagai Mitra Startup Binaan Kementerian Komunikasi dan Informatika. Kali ini, Aruna ingin menghadirkan pendekatan yang berbeda melalui pemanfaatan dunia digital. Menteri Koperasi dan UKM RI, Bapak Drs. Teten Masduki mengunjungi booth Aruna untuk menjajal berbagai pengalaman interaktif yang ditawarkan oleh Aruna melalui ArunaVerse. Hmm, apa itu ArunaVerse?
2. ArunaVerse, dunia baru kreatif nan imersif
Teknologi memperkenalkan kita semua pada suatu kemungkinan baru di mana kita bisa mengakses aneka konten kreatif yang lebih interaktif. ArunaVerse merupakan dunia digital atau metaverse dari Aruna, di mana kamu bisa memiliki pengalaman berkunjung di daerah pesisir Indonesia. Akselerasi digital yang terjadi akibat pandemi COVID-19 kian mendorong tekad Aruna untuk menghadirkan ArunaVerse sebagai sarana edukatif kreatif, yang pun berperan sebagai “konektor pengalaman”, terutama buat Teman Aruna yang dari berasal dari luar negeri.
Sebagai perusahaan perikanan terintegrasi terbesar di Indonesia, Aruna percaya bahwa ArunaVerse berpotensi untuk memberikan hiperkonektivitas, gamifikasi, dan personalisasi yang masif bagi seluruh Teman Aruna. Melalui ArunaVerse, Aruna juga berkomitmen untuk memberikan pengalaman mengenal dan belajar tentang pesisir maupun laut Indonesia yang lebih imersif dengan bermacam kostumisasi dan sajian digital yang menarik.
3. Hal yang bisa dilakukan di ArunaVerse
Ada banyak hal menarik yang dapat ditemui di ArunaVerse, lho. Teman Aruna bisa menyaksikan keindahan otentik suasana pantai Indonesia secara digital. Tak hanya itu, Aruna juga menyertakan berbagai informasi edukatif, seperti komoditas unggulan dari berbagai wilayah Indonesia dan gambaran keseharian masyakarat pesisir. Melestarikan laut tidak pernah terasa semudah dan semenarik ini, bukan?
Hal ini juga dijadikan Aruna sebagai momentum untuk memberdayakan dan menjaga kesinambungan laut Indonesia. Dengan tetap berpegang teguh pada semangat sustainable fisheries, acara “Pameran dan Temu Bisnis (Business Matching) Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah” hadir dengan berbagai fasilitas dan program kerja, seperti pelatihan dan pendampingan, peliputan pada e-katalog Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pemerintah (LKPP), temu bisnis, dan fasilitas akses pameran ke luar negera. Mantap!