Go International Berkat Benahi Fisheries Management Industry
Siapa yang dapat mengira jika dengan ikut membenahi sektor fisheries management industry bisa mengharumkan nama bangsa dan go international? Ya, hal ini dirasakan sendiri oleh tim Aruna yang selama tahun 2022 ini sudah beberapa kali mendapatkan kesempatan untuk menghadiri perhelatan tingkat internasional yang berhubungan dengan fisheries industry. Dapat dilihat bukan hanya keuntungan semata yang dihasilkan, tetapi ada banyak value tak ternilai yang dapat diraih oleh Startup Aruna dan diberikan kembali ke masyarakat luas.
Aruna Terus Gaungkan Pembenahan pada Fisheries Management Industry
Negara kita terdiri dari belasan ribu pulau, yang masing-masing memiliki ciri dan potensinya sendiri. Bentangan pulau dan perbedaan struktur daratan serta perairan yang sedemikian banyak ini memang menimbulkan banyak hambatan. Sebagai startup perikanan yang bertekad kuat untuk turut memajukan sektor industri perikanan dan tetap mengedepankan sustainable fisheries, fakta nyata di lapangan ini memang bukan hal yang mudah diselesaikan. Oleh karena itu hambatan dalam struktur rantai pasokan di industri perikanan yang selama ini belum terselesaikan, justru Aruna jadikan sebagai tantangan.
Ada pepatah lama yang mengatakan bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil. Hal demikian benar-benar dirasakan oleh seluruh tim Aruna. Berkat kegigihan dan dukungan dari berbagai pihak termasuk melalui Aruna Hub, jerih payah untuk membenahi fisheries management industry sampai ke akar, kini mulai membuahkan hasil. Siapakah yang merasakan hasil tersebut, apakah hanya segelintir pihak? Tentu tidak hanya tim Aruna, tetapi banyak pihak kini bisa merasakan berbagai perbaikan berkat pembenahan yang dilakukan.
Ujung tombak fisheries management industry
Posisi nelayan dijadikan sebagai ujung tombak fisheries management industry. Sehingga jika ada pergerakan ke arah yang lebih baik, maka hal tersebut dapat dirasakan dan tercermin langsung dari kehidupan mereka. Dengan pemanfaatan teknologi, kini nelayan bisa mendapatkan hasil tangkapan dan budidaya yang lebih optimal. Disamping itu, pengetahuan para nelayan pun meningkat seiring Aruna yang selalu bersemangat memberikan pembekalan untuk meningkatkan soft skill dan hard skill mereka.
Kualitas dan kuantitas produksi yang meningkat
Kemajuan teknologi bukan hanya membantu peningkatan hasil tangkapan dan budidaya, tetapi membantu kita untuk memastikan ekosistem alam terjaga. Jadi bukan hanya komunitas nelayan yang merasakan buah dari penataan di berbagai aspek yang dilakukan oleh Aruna, tetapi dari lingkungan hingga ke konsumen pun turut merasakannya.
Menembus pasar ekspor
Berkat kualitas hasil tangkapan dan budidaya para nelayan yang bisa menembus standar ekspor, kini semakin banyak hasil produksi mereka yang turut dirasakan oleh konsumen internasional. Aruna membantu nelayan memiliki profil yang dapat diakses para calon konsumen, untuk melacak jaminan 360 traceability dari hasil produksi para nelayan.
3 Fakta Tentang Hasil Nelayan Lokal yang sudah Go International
- Ikan Cakalang menjadi komoditas ekspor bernilai jutaan di Ney York, New Jersey, Massachusetts, Virginia dan Maryland. Dalam data yang dirangkum dari 2019 hingga 2021, nilai ekspornya menembus nilai 38 juta Dollar AS. Hal ini terungkap saat Aruna menghadiri SENA (Seafood Expo North America) 2022
- Aruna Crab siap jadi produk nelayan unggulan yang menembus pasar negara Kanada dan Amerika Utara. Saat menghadiri event pameran internasional makanan dan minuman terbesar di Amerika Utara, produk nelayan lokal ini Aruna promosikan agar bisa meraih pangsa pasar yang potensial.
- Aruna menggali potensi pasar ekspor di San Fransisco. Bersama Konsulat Ekonomi I dan KJRI di San Fransisco, tim Aruna hadir dan aktif berdiskusi untuk memperluas pasar supplier seafood dari hasil nelayan lokal.
Selain di sektor ekonomi, Aruna juga mewakili negara-negara di Asia Tenggara untuk memaparkan bahwa teknologi internet of thing (IoT) sangat membantu mengurangi bahaya dan memperbaiki ekosistem laut pada acara Google I/O 2022. Seluruh pencapaian yang dapat dirasakan oleh Aruna hingga saat ini tidak akan dapat terjadi tanpa dukungan semua pihak.
Dalam kesempatan ini Aruna mengucapkan terima kasih atas begitu besar dukungan yang telah diterima, dan jangan pernah lelah untuk terus berinovasi dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa kita tercinta ini, Republik Indonesia.
Dominasi Lelaki pada Fisheries Industry Employment
Ketika menyebut kata perikanan, maka kata selanjutnya yang ada di bayangan banyak orang pasti nelayan. Ketika membahas nelayan, maka kata selanjutnya yang muncul di benak adalah pria. Ya, tepatnya tenaga kerja yang terlibat dalam sektor industri perikanan (fisheries industry employment) memang sangat identik dengan kaum pria. Faktanya, nelayan yang berjenis kelamin perempuan memang jarang kali kita jumpai.
Data yang telah dirilis oleh situs resmi Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui statistik.kkp.go.id menyatakan bahwa per tahun 2020, tercatat ada 2.849.734 jiwa yang berprofesi sebagai nelayan dan tersebar di seluruh Indonesia. Sementara itu, rupanya provinsi Jawa Timur dan Kalimantan menyumbang jumlah terbesar, yakni sebanyak 265.917 dan 245.400 orang.
Sementara itu situs statista.com yang memberikan data statistik survey, menyatakan bahwa ada gap yang sangat besar mengenai jumlah tenaga kerja pria dan perempuan yang terlibat secara langsung di sektor perikanan. Lebih lanjut dalam infografis yang disajikan oleh laman tersebut, perbandingan jumlah tenaga kerja pria dibandingkan dengan perempuan yang terlibat secara langsung dalam proses produksi di sektor perikanan adalah 1:109. Dalam artian hanya terdapat 1 perempuan yang terlibat langsung dalam proses produksi, sementara ada 109 pria yang terlibat. Sedangkan untuk kegiatan non produksi, perbandingan keterlibatan pria dan perempuan yang terdata tidak terlalu signifikan seperti kegiatan produksi, yakni 1:8.
Dominasi Pria Pada Fisheries Industry Employment, Apa Maknanya?
Lantas apa makna dari nilai perbandingan tersebut? Itu tandanya kebanyakan yang terlibat dalam sektor perikanan adalah para kepala keluarga maupun calon kepala keluarga. Apalagi budaya kita mewariskan kultur bahwa pria adalah tulang punggung dan pemberi nafkah keluarga. Dengan keberadaan dominasi para pria yang terlibat langsung untuk bekerja di sektor perikanan, berarti sebenarnya ada lebih banyak orang yang menggantungkan hidup mereka di sektor perikanan.
Sehingga setiap kemajuan maupun kemunduran yang terjadi pada sektor perikanan, akan memberikan dampak lebih banyak dibandingkan besaran jumlah orang yang berprofesi dan terlibat dalam sektor perikanan. Mengingat ada banyak kepala keluarga yang menggantungkan kehidupan seluruh anggota keluarganya di sektor ini. Oleh karena itulah hal yang berkaitan dengan sektor perikanan harus dikaji secara komprehensif, demi mencegah dampak negatif yang akan timbul.
Perlukah Meningkatkan Peran perempuan di Sektor Perikanan?
Melihat begitu besarnya dominasi para pria yang terlibat dalam kegiatan produksi di sektor perikanan, sebenarnya cukup beralasan. Karena pekerjaan ini memang mayoritas merupakan kerja yang membutuhkan tenaga besar dan banyak menghabiskan waktu di alam terbuka. Sementara itu, para perempuan sebenarnya masih bisa ditingkatkan keterlibatannya di sektor perikanan namun pada bidang non produksi. Dalam proses pengolahan hasil perikanan misalnya.
Startup perikanan yang bergerak di bidang suplai juga bisa mengambil peran dalam hal ini. Salah satu contohnya adalah, subsektor supplier seafood bisa lebih melibatkan perempuan dalam kegiatan penyortiran dan pengepakan produk. Selain memberikan solusi untuk mencapai sustainability fisheries di negara kita tercinta ini, ekosistem yang tercipta dapat melibatkan lebih banyak perempuan bukan hanya dalam peningkatan taraf ekonomi tetapi juga dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Dengan sinergi yang terjalin antara seluruh perempuan dan pria yang terlibat dalam sektor perikanan ini, maka angka yang menunjukkan dominasi pria pun tidak perlu menimbulkan banyak keresahan. Justru dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan. Begitu juga Aruna Hub yang merupakan bagian dari startup Aruna Indonesia, tidak terlepas dari sinergisme ini. Kedepannya akan semakin memperhatikan keterlibatan para perempuan yang berperan dalam ekosistem perikanan.
Tumbuh 5,45%, Sustainable Fisheries Contribution to GDP Perlu Digenjot
Tahun 2020 memang merupakan tahun yang sangat berat untuk dijalani setiap negara karena adanya pandemi virus COVID-19, termasuk bagi Indonesia. Untungnya di tahun 2021 kita berhasil bangkit meskipun masih harus terus berperang melawan penyebaran virus yang semakin mengganas. Bahkan sektor perikanan pun sanggup tumbuh sebesar 5,45% meskipun nilai kontribusi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) secara nasional lebih sedikit, yakni 2,77%. Persentase ini sudah termasuk hitungan sustainable fisheries contribution GDP atau kontribusi sektor perikanan berkelanjutan terhadap PDB.
Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan memang sudah menggelontorkan banyak program agar sektor perikanan bisa bangkit dari kemerosotan yang terjadi pada tahun 2020. Dengan berbagai program yang langsung dirasakan oleh para nelayan, hasilnya pun langsung dapat dirasakan pada periode 2021. Dapat dilihat dari data yang dilansir oleh databoks katadata, peningkatan PDB sektor pertanian 9,85% dan subsektor perikanan sudah tumbuh 2,77% dibandingkan tahun sebelumnya.
Meningkatkan Sustainable Fisheries Contribution to GDP Harus Dilakukan Secara Komprehensif
Mengukur peningkatan secara ekonomis melalui GDP (Gross Domestic Product) atau PDB memang perlu, tetapi memperhatikan keberlangsungan di sektor fisheries industry juga tidak kalah penting. Oleh karena itulah Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Humas Ditjen Perikanan menyatakan bahwa menjaga ekosistem alam tetaplah sangat penting. Karena pertumbuhan nilai ekonomi jika tidak mengindahkan sisi sustainable fisheries bisa berakibat kurang baik bagi alam dan tentunya bagi para nelayan. Karena kita harus sepakat bahwa para nelayan merupakan ujung tombak dari sektor perikanan.
Profesi nelayan sebagai ujung tombak sektor perikanan, memang sangat penting. Humas Ditjen Perikanan pun menyatakan bahwa program yang dirancang untuk menggenjot pendapatan subsektor kelautan dan perikanan hingga 2024, juga tetap memperhatikan kesejahteraan para nelayan. Disamping harus selalu menggalakkan edukasi mengenai keharusan untuk menjaga kelestarian alam, tetap harus ada solusi yang diberikan untuk meningkatkan kesejahteraan.
Optimalisasi dan Pemberian Nilai Tambah Pada Produk Perikanan
Sustainable Fisheries Contribution to GDP
Memang jargon meningkatkan sustainable fisheries contribution to GDP, harus tetap memperhatikan aspek lainnya. Untungnya, era kemajuan teknologi memberikan angin segar di berbagai aspek kehidupan, bahkan bagi sektor perikanan. Terbukti dari munculnya berbagai startup perikanan, yang mampu memberikan solusi peningkatan pendapatan bagi para pelaku ekonomi di sektor kelautan. Teknologi yang ditawarkan oleh berbagai perusahaan rintisan ini tentu saja bertujuan untuk mengoptimalisasi produktivitas. Dengan meningkatnya produktivitas, maka sustainable fisheries contribution to GDP pun akan turut mengalami pertumbuhan.
Tindakan yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan, salah satunya adalah dengan mengajak mereka untuk memberikan nilai tambah pada produk perikanan. Misalnya demi menghindari kerugian dari penjualan hasil tangkapan mereka, para nelayan bisa mengolah ikan segar menjadi produk ikan beku. Dengan demikian nilai ekonomi pada hasil tangkapan dapat bertahan lebih lama, karena produk beku tersebut bisa dikirim ke distributor bahan makanan beku atau supplier seafood yang lokasinya jauh dari domisili para nelayan.
Optimalisasi dan Pemberian Nilai Tambah Pada Produk Perikanan
Sama halnya dengan startup Aruna Indonesia yang bukan hanya membantu memasarkan produk perikanan secara langsung agar bisa menembus pasar ekspor dan memberikan manfaat lebih bagi para nelayan. Melalui Aruna Hub, ada banyak kegiatan yang dilakukan Aruna untuk menggandeng banyak pihak agar turut serta menjaga kelestarian ekosistem perairan dan daratan. Agar kemajuan teknologi bukan hanya dimanfaatkan memberikan kesejahteraan bagi para pelaku ekonomi, tetapi juga membantu sumber daya alam di negara kita bisa terjaga keseimbangannya.
Geliat Sektor F&B Turut Meningkatkan Fisheries Market Industry
Medio tahun 2021 bisa dibilang merupakan momentum bangkitnya perekonomian Indonesia, baik secara makro dan mikro. Salah satu sektor yang sangat menggeliat pertumbuhannya adalah bidang food & beverages di level ritel. Dibantu oleh kepiawaian para pemasar digital, ada banyak restoran, rumah makan, bahkan pedagang gerobak yang viral di media sosial dan diburu para konsumen. Geliat ini tentu saja turut memberikan kontribusi pada peningkatan di sektor fisheries market industry.
Peningkatan di berbagai Sektor Perikanan, bukan hanya di Fisheries Market Industry
Sebenarnya kalau ditilik lebih lanjut, sektor perikanan memang semakin gemilang berkat konsumsi rumah tangga atau tingkat konsumsi di level ritel. Karena data menyebutkan bahwa konsumsi ikan nasional per tahun 2019 saja meningkat menjadi 54,50 kilogram/ kapita. Padahal, total konsumsi domestik di tahun 2017 masih menunjukkan angka 47,34 kilogram/ kapita.
Dari sisi utilisasi industri pengolahan produk perikanan ada peningkatan tajam yang terjadi pada tahun 2020, yakni sebesar 58% dengan total produksi sebanyak 1,6 juta ton. Realisasi utilisasi pengolahan produk dan supplier seafood ini turut mengerek nilai ekspor dengan capaian 4,48 miliar dollar AS. Dengan adanya peningkatan utilisasi ini, sektor perikanan dapat mengurangi intensitas ekspor bahan mentah dengan menghasilkan produk olahan yang memiliki nilai tambah.
Masyarakat Semakin Familiar dengan Produk Perikanan
Fisheries Market Industry
Perbaikan pada sisi suplai produk perikanan, tentu semakin membuat fisheries industry memiliki potensi yang kian terbuka. Hal inilah yang ditangkap oleh pelaku bisnis kuliner: mereka menyuguhkan pilihan konsumsi hewani yang sudah tak terbatas pada daging ayam dan sapi saja. Benar saja, keberhasilan sebuah program memang harus ada hasil nyata yang dapat dilihat.
Selain semakin mudahnya masyarakat mendapatkan produk perikanan segar dan beku, kepopuleran produk-produk perikanan pun semakin menanjak. Salah satu produk perikanan yang semakin dikenal oleh masyarakat adalah kepiting dan ikan nila. Bahkan restoran seperti Burger King, Mcdonald’s, dan KFC sudah menyediakan beragam pilihan menu yang berbahan dasar ikan. Selain ada fakta memang gerai restoran yang memang menjadikan olahan ikan sebagai produk unggulan mereka semakin bertumbuh di berbagai kota.
Tetap Utamakan Sustainable Fisheries
Sektor fisheries market industri yang semakin menggelora ini tidak boleh dibiarkan berlari tanpa arah. Seluruh pihak harus tetap mengingat bahwa industri yang sehat harus memperhatikan aspek keberlanjutan (sustainability). Oleh karena itu, di lain kesempatan, pihak Humas dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengungkapkan bahwa untuk menggenjot produktivitas tetap harus menjaga ekosistem tidak bisa hanya mengukur sisi pertumbuhan dari sisi nilai ekonominya saja.
Selain memperhatikan sisi keberlanjutan, peningkatan kesejahteraan para nelayan juga menjadi poin yang penting di tengah menggeliatnya potensi pasar di sektor perikanan ini. Jangan sampai peningkatan ekonomi hanya dirasakan oleh para pelaku bisnis besar. Disinilah para pelaku startup perikanan harus turut mengambil peran. Yakni dengan turut menawarkan solusi yang bisa memberikan dampak juga bagi para nelayan.
Melalui Aruna Hub, startup Aruna bergerak aktif untuk menjangkau para pelaku sektor perikanan hingga ke pelosok Indonesia. Aruna Indonesia bekerja keras untuk menjadi penghubung antara kemajuan teknologi dengan masyarakat pelaku perikanan. Agar teknologi ini dapat diimplementasikan dengan tepat dan memberikan dampak yang dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Mulai dari para nelayan, pihak pengolah hingga ke konsumen.
Tips Penggunaan Susu Ini Harus Diketahui Wirausaha Perikanan
Seiring dengan semakin banyaknya masyarakat Indonesia yang mulai rutin menjadikan ikan sebagai pilihan konsumsi mereka, potensi pertumbuhan wirausaha perikanan pun akan semakin meningkat. Namun, memang masih banyak kendala yang harus diperhitungkan para pelaku usaha ketika memutuskan untuk menggeluti fisheries industry, apalagi jika berhubungan dengan produk perikanan laut.
Berbagai kendala yang harus dihadapi wirausaha perikanan
Kendala besar yang harus dihadapi para pelaku diantaranya adalah rantai pasokan, manajemen logistik, dan cara memproses ikan dan hasil laut lainnya. Penanganan ketiga hal tersebut pada ikan laut memiliki cukup banyak perbedaan, apalagi jika dibandingkan dengan bahan mentah, seperti ikan air tawar atau unggas.
Wirausaha perikanan harus menghadapi harga yang tidak stabil
Dikarenakan rantai pasokan yang belum prima, terkadang harga dari produk laut tidak dapat terjaga dengan stabil. Beruntungnya di Indonesia sudah bermunculan startup perikanan yang bertujuan menyelesaikan masalah tersebut. Tentu saja termasuk Aruna yang juga fokus mengembangkan sistem berkelanjutan atau sustainable fisheries.
Sulit mendapatkan supplier seafood
Penyebab dari ketidakstabilan harga, salah satunya karena penyebaran supplier seafood segar yang belum menjangkau semua daerah. Untungnya, sekarang sudah ada startup Aruna yang siap membantu menyediakan produk laut segar bagi konsumen ritel maupun para pelaku bisnis.
Tekstur dan rasa cepat berubah
Jika menyetok terlalu banyak bahan baku segar tanpa menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang tepat, hal ini justru akan menyebabkan perubahan tekstur dan rasa. Tentu saja hal tersebut akan menimbulkan kerugian karena perubahan tersebut akan mengganggu konsistensi produk yang dihasilkan atau dijual.
Melibatkan susu dalam manajemen logistik
Selama ini, sebenarnya sudah banyak cara yang dilakukan para pelaku bisnis untuk menjaga kesegaran ikan. Sayangnya, hal tersebut tidak terlalu efektif ketika diterapkan pada ikan laut. Namun, setiap masalah dan tantangan pasti diikuti pula oleh jawaban dan solusi. Dalam urusan menjaga kesegaran dan menjauhkan bau amis dari ikan mentah, sebenarnya ada solusi yang mudah dan efektif, yaitu dengan merendam ikan laut dalam wadah yang berisi susu.
Menyerap bau amis
Kandungan kasein dalam susu ternyata terbukti efektif menyerap bahan kimia Trimetilamina N-oksida si penyebab bau amis pada ikan.
Tidak mengganggu tekstur dan rasa
Sering sekali masalah yang harus dihadapi ketika salah menggunakan bahan untuk menghilangkan bau amis pada ikan adalah perubahan tekstur dan rasa. Namun, jika menggunakan susu untuk menghilangkan bau amis pada ikan, justru tekstur dan bakteri penting pada ikan tetap terjaga.
Lebih efektif dibandingkan penggunaan asam
Selama ini, banyak masyarakat dan pemilik restoran yang mengandalkan air cuka, perasan jeruk nipis, ataupun air lemon untuk menjaga kesegaran bahan mentah produk laut yang mereka miliki. Sayangnya, hal ini sering kali membuat perubahan rasa dan tekstur apabila pengaplikasian waktu yang diterapkan tidak cukup presisi.
Di tengah semakin banyak masyarakat yang sadar akan penting dan manfaat dari ikan dan produk laut lainnya untuk menunjang kebutuhan nutrisi, keberadaan Aruna Hub bisa dijadikan sarana untuk saling berbagi informasi terkini. Dengan kata lain, jika ada metode baru yang efektif dan lebih efisien, nelayan dan pelaku ekonomi lainnya pun dapat ikut mengaplikasikannya.
Jika ada yang memfasilitasi proses sharing knowledge dari dan untuk para nelayan serta pelaku bisnis lainnya, maka niscaya kualitas dan nilai ekonomi produk lokal kita akan semakin meningkat.
Rupanya Top Global Produk Fishery adalah Ikan Cakalang
Kira-kira kalau ada pertanyaan, “Ikan apa yang paling banyak dikonsumsi sedunia?”, apa jawaban yang terlintas? Kebanyakan orang mungkin akan menjawab ikan salmon, karena memang popularitas dari ikan ini sudah sangat mendunia. Padahal komoditas yang paling banyak dikonsumsi dari sektor fishery adalah ikan cakalang.
Banyak yang tidak menyangka bukan?
Kalau menilik data statistik dari situs resmi asosiasi pangan dunia FAO (Food and Agriculture Organization), sebenarnya ada 3 jenis ikan tangkapan laut yang menduduki posisi teratas. Yang menduduki urutan teratas top adalah ikan teri Peru, diikuti oleh Alaska Pollock yang masuk dalam keluarga ikan cod.
Nah yang menduduki posisi ke-3 adalah ikan cakalang. Dalam Bahasa Inggris, ikan ini disebut juga skipjack tuna. Ya benar, ikan cakalang memang masih merupakan salah satu varian atau anggota dari keluarga ikan tuna.
Alasan Cakalang Menduduki Top Global Produk Fishery adalah:
Ikan Cakalang
Pasti akhirnya menjadi banyak yang penasaran, mengapa ikan cakalang bisa menduduki posisi deretan teratas dari produk perikanan. Sekarang, mari mengupas beberapa fakta dari jenis ikan yang rupanya menjadi paling favorit dan mudah ditemui hampir di seluruh belahan dunia ini.
Hasil tangkapan paling banyak dari dunia fishery adalah cakalang
Berdasarkan angka statistik yang dilansir dari laman FAO.org, jumlah ikan cakalang yang ditangkap oleh seluruh nelayan di dunia menginjak rekor pada tahun 2018 dengan angka total 7,9 juta ton.
Mengalami peningkatan permintaan sejak 2021
Entah dipengaruhi oleh masa pandemi atau bukan, yang pasti pada medio 2021 terjadi peningkatan permintaan bahan baku ikan tuna atau cakalang dari area produksi yang berlokasi di Benua Asia dan Eropa.
Harga komoditinya fluktuatif
Banyak dikonsumsi dan untungnya mudah didapatkan di penjuru perairan seluruh dunia, harga komoditi laut ini rupanya tetap fluktuatif atau kerap mengalami kenaikan dan penurunan harga. Tentu saja hal ini lumrah terjadi karena adanya mekanisme pasar yang bergantung pada banyaknya suplai dan permintaan.
Kondisi permintaan yang paradoks
Memang ada peningkatan permintaan ikan cakalang di seluruh dunia, tetapi dalam bentuk beku (frozen). Sebaliknya, permintaan pasar akan produk ikan segar justru banyak mengalami penurunan.
Sumber nutrisi yang “murah”
Apa yang paling identik dari produk ikan laut? Salah satunya adalah harganya yang mahal. Tetapi hal ini kurang berlaku di ikan cakalang, karena untuk produk yang kualitas sedang harganya masih ramah di kantong. Jadi masyarakat bisa tetap memenuhi kebutuhan nutrisi tanpa harus menguras isi kantong.
Kemasan kaleng menjadi primadona
Jika sempat terbesit pertanyaan, apa yang menyebabkan permintaan suplai ikan beku ini begitu banyak, jawabannya karena akan diolah menjadi makanan olahan siap saji dalam kemasan kaleng. Karena kepraktisannya yang tetap memberikan kandungan nutrisi yang tinggi, produk olahan ikan dalam kemasan kaleng memang banyak digandrungi di negara-negara maju.
Potensi Ekonomi Bagi Indonesia di Fisheries Market Industry
Startup perikanan harus bersatu bersama pemerintah dan masyarakat untuk menangkap peluang ekonomi yang besar dari sektor fisheries industry. Tentunya harus ada sinergi yang dilakukan secara keseluruhan dari hulu hingga hilir. Mulai dari level para penangkap ikan hingga ke rantai supplier seafood.
Penerapan sustainable fisheries yang selama ini digalakkan oleh startup Aruna, salah satunya melalui berbagai kegiatan yang dilakukan dalam Aruna Hub. Dimana dalam hub ini, bukan hanya sekumpulan para pelaku penggerak ekonomi perikanan, tetapi juga ada sinergisitas yang dilakukan untuk mengembangkan potensi perikanan lokal dengan tetap menjaga mutu dan kualitas.
Warisan Sustainable Fisheries Partnership Indonesia dari Leluhur
Selama kita cenderung menjadikan budaya luar sebagai role model dan sumber pengetahuan di berbagai lingkup kehidupan. Padahal sebenarnya ada banyak kebudayaan yang dilestarikan oleh para leluhur kita dan patut untuk diterapkan. Salah satu bekal dari nenek moyang yang dapat diterapkan ini, ternyata ada juga yang berkaitan dengan lingkup sustainable fisheries partnership Indonesia.
Nenek moyang bangsa kita ternyata sudah memiliki ilmu manajemen pengolahan laut yang berkelanjutan. Hal ini terbukti dari budaya tradisional yang masih dijalankan di daerah Papua, tepatnya oleh suku Tepra di Teluk Tanah Merah, Distrik Depapre. Suku ini memiliki tradisi Tiyaitiki, kearifan lokal yang mengatur pengelolaan sumber daya laut berkelanjutan demi tetap memperhatikan aspek konservasi. Sehingga meskipun masyarakat adat setempat mengeksplorasi laut sebagai mata pencaharian, ada peraturan yang wajib dipatuhi.
Tiyaitiki, Role Model Peraturan Sustainable Fisheries Partnership Indonesia
Kawasan Papua memang dikenal sebagai kawasan yang tetap menjaga tradisi dan budaya yang sudah diwariskan turun-temurun oleh nenek moyang dari masa lampau. Kebudayaan ini memang kebanyakan kaku dan sangat mengikat bagi masyarakat adat, sehingga tidak mudah luntur termakan zaman dan kemajuan teknologi. Sisi positifnya, tradisi Tiyaitiki yang tetap dijalankan oleh masyarakat adat suku Tepra membuat kelestarian alam tetap terjaga.
Inti dari kearifan lokal yang satu ini adalah larangan untuk menangkap hasil laut selama beberapa waktu, untuk membiarkan laut melakukan konservasi secara alami. Padahal, tradisi ini merupakan peraturan tidak tertulis yang penerapannya dipimpin langsung oleh pemimpin adat atau panitua. Tetapi masyarakat tetap patuh dan mengikuti peraturan tiyaitiki, karena perspektif yang dibuat adalah memandang alam sebagai “ibu” yang memberikan ASI bagi mereka. Untuk penerapannya sendiri, ternyata dilakukan secara menyeluruh yang mengatur hubungan masyarakat dan alam.
Tiyaitiki sebagai ilmu manajemen sustainable fisheries partnership indonesia
Setiap tradisi pasti biasanya diikuti pula dengan pelaksanaan upacara, begitu juga dengan penerapan tiyaitiki. Menjelang masa pelarangan penangkapan ikan, panitua akan melakukan upacara penancapan kayu yang menunjukkan area mana saja yang tidak boleh dimasuki oleh manusia.
Tetap terbuka dan menerapkan teknologi
Meskipun ini tradisi lampau yang diwariskan oleh nenek moyang, keberadaan teknologi tetap digunakan oleh masyarakat. Karena teknologi yang membantu menangkap hasil laut tanpa merusak alam bisa digunakan oleh masyarakat.
Membantu masyarakat membagi area kelola
Tradisi masyarakat suku Tepra ini bukan hanya menentukan larangan, tetapi juga mengatur pembagian area yang dapat dikelola oleh masing-masing kelompok. Sebuah kelompok akan mengelola hasil laut di area yang sudah ditandai sebelumnya, sehingga kelompok lain dilarang keras untuk mengambil hasil alam dari area mereka.
Ada sanksi bagi yang melanggar
Agar masyarakat tetap patuh, tentu saja ada sanksi yang akan diberikan jika ada yang melanggar peraturan larangan kelola laut ini. Sanksi akan langsung diberikan oleh panitua bagi siapa saja yang berani melanggar
Juga diterapkan di suku lain dengan nama Sasi Nggama
Ternyata ada suku lain dari Papua yang memiliki tradisi yang sama, yakni suku yang berada di daerah Kaimana. Tidak memiliki banyak perbedaan, tradisi di daerah Kaimana ini juga mengatur agar tata pengelolaan hasil laut dapat tetap memperhatikan aspek kelestarian alam.
Terbukti bahwa kearifan budaya lokal juga memiliki peran positif dalam menerapkan sustainable fisheries, dan memang tidak kalah dibandingkan dengan budaya asing. Hal ini dapat menjadi inspirasi agar kita bisa lebih mengenal budaya dari dalam negeri sendiri.
Semoga setelah ini bukan hanya startup Aruna dan pelaku ekonomi yang tergabung dalam Aruna Hub, tetapi seluruh lapisan masyarakat dan startup perikanan lainnya juga ikut tergugah untuk menggali tradisi budaya yang mengedepankan sustainability. Terutama yang bermanfaat bagi kemajuan fisheries industry.
Plankton, Tokoh Kunci Keberlangsungan Sea Fisheries Industry
Beberapa tahun belakangan ini, semakin banyak masyarakat yang mulai sadar akan besarnya peran dan potensi yang dimiliki oleh luasnya perairan di negara kita. Sedikit banyak, hal ini juga berkat mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Ibu Susi Pudjiastuti. Karena beliau begitu memahami secara mendalam mengenai sea fisheries industry, bidang yang sudah digelutinya sejak lama. Salah satu jargonnya yang masih terngiang hingga sekarang adalah, “Tenggelamkan (orang) yang tidak makan ikan!”.
Dibalik popularitas konsumsi ikan yang terus menanjak, sebenarnya masih banyak materi yang perlu lebih di edukasikan lagi ke masyarakat, salah satunya tentang keberadaan plankton sebagai kunci utama indikator seimbangnya ekosistem perairan.
Plankton Pemasok Utama Oksigen yang Penting bagi Sea Fisheries Industry
Belum banyak yang tahu kalau sebenarnya selama ini yang menjadi pemasok utama oksigen di planet bumi adalah plankton, tepatnya fitoplankton. Bahkan hasil penelitian mengungkap bahwa fitoplankton memproduksi sekitar 50% hingga 85% dari total oksigen per tahunnya. Padahal selama ini banyak dari kita yang mengira bahwa sumber oksigen terbanyak adalah tumbuhan.
Indikator Keseimbangan Ekosistem Laut
Banyaknya jumlah plankton yang terdapat dalam sebuah kawasan perairan, akan menentukan warna dari laut tersebut. Jika warnanya hijau atau biru, maka hal tersebut menandakan bahwa ekosistem laut sedang dalam kondisi seimbang. Akan berbeda kondisinya jika warna air laut terlihat kemerahan karena memiliki kandungan fitoplankton yang terlalu banyak.
Keberadaan fitoplankton yang terlalu banyak dalam perairan, menandakan bahwa ekosistem pada laut tersebut sedang tibak imbang dan dapat menimbulkan banyak masalah. Mulai dari ikan-ikan yang akan mati karena fitoplankton menyerap terlalu banyak unsur hara dan fitoplankton yang kurang sehat ini dimakan oleh ikan di sekitarnya.
Kejadian ini disebut blooming fitoplankton, dimana kandungan fitoplankton terlalu banyak karena menyerap terlalu banyak unsur hara dan tidak diimbangi oleh banyaknya jumlah ikan yang mengkonsumsinya.
Kejadian blooming fitoplankton di Indonesia
Di perairan nusantara sendiri, sudah beberapa kali terjadi tragedi blooming fitoplankton. Hal ini menyebabkan banyaknya ikan yang mati dan mengambang di permukaan laut. Sementara ikan yang mati dalam kondisi seperti ini, sudah tidak layak dikonsumsi. Sehingga menimbulkan kerugian bagi para nelayan.
Penyebab Banyaknya Ikan yang Mati Karena Fitoplankton
Sebelumnya kita sudah membahas bahwa kandungan zat hara yang terlalu banyak di lautan akan diserap semua oleh fitoplankton. Setelah mengkonsumsi banyak zat hara yang mengandung racun, fitoplankton pun akan lebih banyak bereproduksi. Kondisi terlalu banyaknya fitoplankton yang tidak sehat ini membuat kadar oksigen di perairan juga semakin menipis. Ketersediaan oksigen yang terlalu tipis di perairan akan membuat para ikan mengalami kerusakan insang.
Ketidakseimbangan fitoplankton akan mengganggu sektor sea fisheries industry
Zat hara yang bisa terkandung bahan kimia berbahaya akan diserap oleh fitoplankton. Karena ikan mengkonsumsi fitoplankton yang tidak sehat ini, maka jika ikan tersebut sampai ke supplier seafood kemudian dikonsumsi oleh manusia, makan akan berakibat buruk. Salah satu efeknya adalah manusia akan mengalami gangguan pernafasan karena mengkonsumsi ikan yang sudah tercemar tersebut.
Masyarakat Harus Mengambil Peran Mencegah Terjadinya Blooming Fitoplankton
Akan ada banyak dampak buruk yang akan dirasakan, bukan hanya bagi ekosistem laut, tetapi juga oleh manusia, jika keseimbangan alam tidak terjaga. Oleh karena itu, seluruh kalangan mulai dari pemerintah, pelaku bisnis, startup perikanan, para nelayan hingga masyarakat umum harus ikut berperan aktif dalam menjaga kelestarian alam.
Kenapa masyarakat umum harus ikut terlibat mencegah terjadinya blooming fitoplankton? Karena masih banyak masyarakat yang langsung membuang limbah domestik mereka ke perairan. Limbah ini akan mengalir hingga ke lautan dan diserap oleh plankton. Oleh karena itu, startup Aruna melalui Aruna hub berusaha menggandeng seluruh lapisan agar turut serta menjaga kelestarian lingkungan. Salah satunya adalah dengan mengedepankan metode sustainable fisheries. Yaitu dengan mengolah hasil perikanan secara tepat dan mengurai limbah agar tidak mencemari lingkungan.
Domba Laut Berpotensi Mengembangkan Fisheries and Aquatic Industry
Pesona alam bawah laut memang menyimpan banyak sekali misteri yang belum bisa dikuak semuanya oleh para peneliti dan para pelaku industri fisheries and aquatic industry. Sering kali ditemukan varian biota baru atau penemuan hewan yang selama ini dinyatakan sudah punah, justru ditemukan kembali masih ada kehidupannya di dalam ekosistem perairan. Salah satu penemuan yang menarik dan memiliki potensi besar adalah keberadaan dari domba laut.
Domba Laut di Kancah Fisheries and Aquatic Industry
Hewan laut yang satu ini sangat unik dan menyimpan banyak misteri. Karakteristiknya yang unik sudah dapat tergambar dari namanya. Padahal termasuk dalam golongan siput laut, namun karena bentuk fisiknya menyerupai domba yang biasa kita temui.
Para peneliti pun menyatakan bahwa mereka belum dapat mengeluarkan kesimpulan yang menyeluruh mengenai spesies domba laut yang memiliki nama lain domba daun, leaf sheep ataupun sea sheep.
Memperkaya keanekaragaman di sektor fisheries and aquatic industry
Karena penampilannya yang sangat cantik, tidak salah jika akhirnya banyak yang jatuh hati dan tertarik mengamati hewan berukuran mini ini. Jika dilakukan penelitian yang komprehensif, kelak hasilnya pasti akan menambah catatan keanekaragaman yang terdapat dalam ekosistem laut.
Ciri dan Karakteristik Domba Laut
Domba Laut
Agar bisa lebih dekat dan memahami berbagai keunikan dari sidomba “mini” laut, mari kita dalami apa saja yang merupakan karakteristik hewan yang ditemukan pada tahun 1993 di lautan lepas sebuah pulau di negara Jepang ini.
Berukuran mini
Walau bentuknya sangat imut, kita akan susah memandangnya dengan mata telanjang. Karena rerata hewan ini hanya berukuran 5 milimeter hingga 1 centimeter saja.
Memiliki banyak kemiripan dengan hewan domba
Selain area tubuhnya yang ditutupi bulu berbentuk daun, binatang ini juga memiliki 2 buah antena layaknya tanduk di bagian kepalanya.
Mempertahankan hidup dengan berfotosintesis
Hanya sedikit hewan yang memiliki kemampuan untuk berfotosintesis, selain domba laut ada juga binatang kutu kacang dan salamander berbintik yang memiliki kemampuan serupa.
Mencuri kemampuan fotosintesa dari tumbuhan
Domba laut akan mendeteksi alga yang berada di dekatnya, untuk kemudian “mencuri” kloroplas yang dimiliki oleh alga. Jadi bukan memakan tumbuhan alga, justru dia hanya akan mengambil bagian tertentu untuk mempertahankan hidupnya selama beberapa bulan kedepan.
Tetap memiliki insang
Meskipun mengandalkan aktivitas fotosintesa untuk mengolah makanannya yang bersumber dari tumbuhan alga, sidomba daun ini tetap menggunakan insang untuk bernafas.
Pertama kali ditemukan di Negara Jepang
Tidak heran jika hewan imut nan lucu ini memiliki nama asli Costasiella kuroshimae. Karena memang ditemukan di sekitar Pulau Kuroshima. Costasiella sendiri merupakan pengklasifikasian nama genus untuk semua jenis siput laut.
Masih banyak misteri yang belum terkuak dari binatang lucu ini, namun para pakar berpendapat kalau keberadaannya sangat banyak terutama di lautan Benua Asia, termasuk lautan di Indonesia. Selain itu, kemampuan untuk bertahan hidup yang dimiliki diperkirakan antara 2 hingga 3 tahun.
Jika keberadaannya masih mudah ditemukan, bukan mustahil jika hewan imut ini memiliki potensi ekonomi. Semisal, dijadikan hewan hias untuk aquarium air asin. Asalkan tetap menerapkan sustainable fisheries ketika ingin serius mengelolanya di sektor fisheries industry. Startup perikanan, termasuk startup Aruna pun bisa saja nantinya turut andil mengembangkan potensi ini bersama Aruna Hub.
Info Fisheries: Paus Pilot Sebenarnya bukan Paus Loh!
Tak kenal maka tak sayang, ini adalah kalimat yang relate untuk banyak hal termasuk untuk dunia fisheries khususnya di Indonesia. Karena kalau kita mengulik dunia perikanan, ada banyak sekali hal yang ternyata selama ini kita salah kaprah.
Salah satunya adalah mamalia Paus Pilot yang selama ini kita tahunya memang merupakan anggota dari spesies paus. Padahal, sebenarnya selama ini nama spesies yang kita lekatkan ini tidak tepat. Mengapa?
Fakta fisheries: paus pilot bukan anggota dalam keluarga paus
paus pilot
Yang kamu baca tidak salah, spesies favorit yang memiliki banyak idola ini sebenarnya tidak tergabung dalam keluarga hewan mamalia paus. Yang benar, memang masih masuk jenis mamalia air tetapi berasal dari golongan lumba-lumba.
Spesies paus pilot sendiri terdiri dari 2 jenis, yaitu yang memiliki sirip panjang dengan nama latin Globicephala melas dan paus pilot sirip pendek dengan nama Globicephala macrorhynchus.
Ciri-ciri paus pilot
Seperti yang sudah diberikan sebelumnya, untuk membedakan kedua jenis paus pilot hanya perlu diamati dari panjang siripnya saja. Ciri fisiknya juga disertai tanda khas berwarna putih pucat di sekitar belakang mata. Sedangkan untuk panjang tubuh keseluruhan dan berat badannya, tidak memiliki banyak perbedaan. Untuk panjang tubuh, biasanya memiliki ukuran 5,5-7,5 meter. Bila berkelamin jantan, biasanya memiliki berat badan 2,3 ton sedangkan betinanya hanya memiliki bobot 1,3 ton. Tetapi bisa saja suatu saat kita menemui paus pilot yang memiliki berat hingga 3 ton.
Selain ciri fisik, paus pilot dapat dilihat dari kebiasaan hidupnya yang berpindah-pindah atau nomaden. Perbedaannya, yang sirip panjang lebih suka tinggal di perairan dingin. Sedangkan yang bersirip pendek justru banyak ditemui di area perairan tropis dan subtropis.
Langganan kasus terdampar
Mungkin sudah banyak beberapa yang tahu, bahwa mamalia air termasuk lumba-lumba mengandalkan kemampuannya menangkap gelombang sonar karena memiliki jarak pandang yang pendek. Jadi melalui tangkapan gelombang sonar-lah, para lumba-lumba nomaden ini memperkirakan jarak tempuh dan keberadaan benda laut lainnya.
Jika para mamalia ini mengalami gangguan dalam penangkapan gelombang sonar, maka mereka bisa tidak sadar sedang menuju ke perairan yang terlalu dangkal. Inilah salah satu penyebab kenapa semakin sering terjadi kasus makhluk laut terdampar di tempat yang bukan merupakan habitat aslinya.
Menjaga kelestarian paus pilot
Keberadaan hewan mamalia laut memang semakin terancam. Selain karena bencana alam yang semakin terjadi, nilai ekonomi tinggi yang terkandung dalam hewan lumba-lumba dan paus membuat banyak orang yang memburunya. Padahal, tanpa diburu saja sudah banyak ancaman yang menggerus habitat hewan ini.
Ancaman hidup paus pilot sama halnya seperti manusia, yang dapat terjangkit berbagai penyakit bersumber dari bakteri dan virus. Belum lagi karena tertangkap dalam jaring pencari ikan skala besar di lautan lepas. Oleh karena itu startup perikanan harus turut serta mengambil peran dalam keberlangsungan ekosistem laut, termasuk didalamnya paus pilot dan biota laut lainnya.
Startup Aruna Indonesia melalui Aruna Hub akan terus mengedukasi seluruh lapisan masyarakat akan pentingnya sustainable fisheries demi kemajuan dan keberlangsungan di bidang fisheries industry. Masih ada banyak cara yang menghasilkan nilai ekonomi dari sumber daya kelautan. Termasuk jika tidak bermukim di tepi laut, masih bisa menjadi supplier seafood segar yang disalurkan langsung dari tangan para nelayan.